1 eps.1 (awalnya)

Baiklah mari kita mulai. Inilah kisah ku.

Namaku Kim Hongjong, siswa kelas 12 yang itu artinya aku akan lulus tahun ini. Sungguh ku kira lulus itu hal yang sangat mudah seperti kelas 10-11. Tapi ternyata ini sangat sulit. Fokus ku sudah terbagi.

Semua ini bermulai saat aku bertemu dengannya. Entahlah dia itu apa yang pasti namanya adalah Park Seonghwa. Katanya dia itu murid disini tapi sudah lama meninggal.

Oh ayolah aku berani bersumpah jika keluarga ku tak ada yang keturunan indigo. Tapi kenapa aku bisa melihat hantu. Apa Seonghwa membohongi ku?. Jika iya untuk apa juga dia membohongi ku?.

Baik, aku orang yang tidak pendendam jadi aku tidak akan dendam dengannya. Aku belum pernah menceritakan Seonghwa kepada teman-teman ku bahkan kedua orang tuaku saja belum ku ceritakan.

"HONGJONG APA KAU TAK SEKOLAH?!"

"Iya sebentar lagi aku turun!"

Aku segera turun, huh menjadi pendek itu sangat menyebalkan. Andai aku jadi Mingi atau Yunho, membayangkan saja sudah senang apalagi jika terjadi sungguhan.

"Kau ini lama sekali." itu mamahku.

"Maaf mah, tadi beresin buku dulu."

"Baiklah, cepat makan dan berangkatlah sudah jam 7 ini." ucap beliau.

"Baik mah."

Aku langsung menyantap makanan yang ada dan seperti biasa ini sunggu enak. Aku suka masakan mamah ku. Dia mengerti kesukaan ku dan ketidak sukaanku. Segera ku habiskan sarapanku.

"Mah, Hong berangkat dulu ya." kata ku sambil mencium tangan mamah.

"Hati-hati ya Hong, inget belajar yang rajin, bentar lagi kamu kan mau lulus." kata mamah.

"Iya mah, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku berjalan keluar rumah sambil memainkan kunci motor.

"Baiklah, aku yakin dia tak ada didepan." kataku, untuk menyakinkan jika Seonghwa tak ada didepan rumah.

Aku sering berfikir kenapa dia mengikuti ku sampai di rumah. Apa hantu juga lapar jadi ingin meminta makanan. Atau hantu juga butuh tidur.

Pintuku buka perlahan. Ah untung tak ada dia, pikir ku.

"Hai Kim!"

"Astaga!"

"HONG KAU KENAPA NAK?!" teriak mamah dari dalam rumah.

"T-tak apa-apa kok mah." bohongku. Aku mengalihkan pandanganku kedepan.

"Kau, kenapa ada disini?" kata ku sambil menormalkan deru jantung. Sungguh Seonghwa membuatku ingin mati saja.

"Tak apa, kemaren kenapa kau tak berangkat sekolah?" tanya Seonghwa.

"Apa urusanmu?" tanya ku.

"Kau ini, hanya kau yang bisa berkomunikasi dengan ku." ucapnya.

"Lalu?" kata ku, tak peduli dengan Seonghwa aku segera membenarkan posisi motorku dan segera menaiki nya.

"Ingat kau jangan mengikuti aku lagi." kata ku pada Seonghwa. Dia hanya diam saja lalu mengangguk.

"Kak Hong ngomong sama siapa?"

Aku refleks melihat kesamping. Ternyata San dengan sepedanya.

"Ah tidak ada." bohongku.

"Terus yang gak boleh ngikutin kakak sia..."

"SAN! BEKALMU TERTINGGAL." teriak bunda San dari depan gerbang rumahnya yang tak jauh dari rumahku.

Bisa ku lihat San sedang mengecek tasnya. "Ah! iya sebentar bun." kata San langsung memutar sepedanya.

Dan tersisalah aku dan....mana Seonghwa. Dia hilang.

"Baiklah, dasar jalankung datang tak diundang pulang tak dijemput." ucapku lalu menyalakan motor.

Pagi ini masih sangat sepi. Jadi aku tak perlu menyalip-nyalip motor lain ataupun mobil.

.

.

.

Motorku sudah terparkir dengan sempurna. Aku akui, aku suka sesuatu yang menurutku sempurna. Menurutku itu cantik. Walau didunia ini tak ada yang sempurna.

Tin! Tin!

Disebelah motorku yang tadinya kosong sekarang terisi. Mingi dan Wooyeong. Mereka berangkat bersama lagi. Mereka itu bertetangga jadi tak usah dipertanyakan.

"Oh Ming, Yeong." sapaku.

"Hai kak." Mingi.

"Kak Hong, San udah berangkat belum sih?" tanya Wooyoung.

"Udah tadi, paling sebentar la....lah itu orangnya." kata ku sambil menunjuk gerbang.

"Wah! San tunggu Uyong!!" teriak Wooyoung sambil berlari kecil kearah San.

Parkir motor dan sepeda memang berbeda. Bahkan disini juga diberi parkir mobil khusus untuk siswa-siswi.

"Ayo kak ke kelas." kata Mingi.

"Oh ayo"

Baik aku hanya ingin memberi tahu kalian jika aku, Mingi dan Yunho itu kelas 12. Tapi mereka masih memanggilku dengan embel-embel kak. Wooyoung dan San itu baru kelas 11. Kita berlima memang sangat dekat.

Aku dan Mingi berjalan melewati area lapangan.

"Kak apa ada pr?" tanya Mingi.

"Kimia? MTK? iya hanya itu." kata ku.

"Ohmaygod." ucap Mingi terkejut, ya aku tau dia hanya pura-pura terkejut saja.

"Kau belum mengerjakan?" tanyaku. Dan lihat Mingi hanya mengangguk saja.

"Hah baiklah, liha..." / "Tapi boong hiyahiya"

Ucapan ku dan Mingi bersamaan.

"Dasar tidak jelas." kata ku.

"Hei, aku juga ingin naik kelas." kata Mingi.

"Kau mau naik kelas ke kelas apa? kelas 13?" kata ku.

"Ya! Bukan seperti itu maksudnya kuliah." kata Mingi.

"Oh kalo itu aku juga ingin." kata ku.

Tin! Tin! Tin! Tin!

Aku dan Mingi melihat ada adik kelas berjalan dengan kesusahan. Dan didepannya ada mobil yang tidak sabar untuk melewat. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan berjalan untuk membantu adik kelas itu.

Aku menarik tangannya pelan. "Kau tak apa Ho?" kataku.

"Iya makasih ya kak." katanya.

"Besok-besok lewat pinggir aja Ho, nanti ada orang gila lagi." kata Mingi asal.

"Huhs, kakimu masih sakit Ho?" tanya ku.

"Masih kak, padahal semalem udah diurut tapi tadi pagi sakit lagi." jelas Jongho.

"Yaudah, ayo aku antar." kata ku.

"Tak us..." ucap Jongho terpotong.

"Cih, lemah!" kata orang itu.

"Hei, tuan muda Kang, aku mohon kurangilah ke sombongan-mu." ucap Mingi tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Jaga bicaramu Song Mingi, kau ingin dikeluarkan dari sekolah?" kata Yeosang. Dia anak pemilik sekolahan ini, dia juga sering semena-mena disekolahan ini. Makannya dia tak punya teman.

"Aku tak takut, lagi pula ayahmu tak akan mengeluarkan kapten basket seperti ku." kata Mingi.

"Baiklah, sudah ya aku Ho, Ming kita masuk." leraiku sebelum mereka berdua menjadi-jadi.

Tangan kananmu membantu Jongho agar mudah untuk berjalan. Karena kakinya cedera saat berlatih dengan Mingi lusa lalu. Sedangkan tangan kiri ku untuk menarik tas Mingi.

"Dasar orang miskin!" kata Yeosang.

Aku tau kata-kata itu ditunjukkan untuk aku, Jongho dan tentunya untuk Mingi. Aku tak memasukan itu ke hati. Biarkan, karma tak akan salah alamat juga. Iya kan?.

.

.

.

Sekarang aku sudah berada dikelas. Aku duduk disebelah Yunho, sedangkan Mingi duduk di depanku. Yunho itu termasuk murid yang pintar, tidak seperti ku. Aku ini hanya setengah-setangah. Walaupun Yunho tinggi dia tak ikut basket ataupus tonti, Yunho hanya ikut paduan suara bersama Jongho.

Jongho mengikuti basket dan paduan suara. Tapi untuk basket Jongho masih tahap seleksi. Jongho itu masih kelas 10. Aku kenal dengannya karena dia pernah di-bully saat MOS oleh Yeosang.

Yeosang itu satu kelas dengan Wooyeong dan San.

Mungkin hanya itu yang ku tau tentang mereka. Aku mulai bosan. Apa yang harus aku lakukan. Padahal 5menit lagi bell masuk.

"Tiduran aja kak." ucap Yunho. Sunggu aku terkejut, kenapa tidak ku kira Yunho tidur. Dengan posisi kepala ditenggelamkan disela-sela tangannya.

Tapi benar juga, aku mulai menaruh kepalaku diatas tangan. Mataku terasa berat, apa karena semalam aku bergadang dengan Mingi hanya untuk game.

5menit berlalu.

Itu artinya guru sudah datang. Dan sekarang pelajaran kimia.

"Baik anak-anak, kumpulan tugas kalian dimeja saya." ucap bu Suzy.

Aku mulai berbaris untuk mengumpulkan tugas.

Saat aku kembali duduk tiba-tiba ada suara yang terdengar. "Nilaimu sungguh buruk." katanya. Ah ini suara Soenghwa.

Saat aku melihat kananku hanya ada Yunho, saat aku melihat kiriku hanya ada tembok. Bekalang hanya ada lemari kelas. Depan hanya ada murid-murid yang memperhatikan Bu Suzy. Atas cuman ada kipas. Hanya tinggal bawah.

Aku melihat bawah meja, dan..."Astaga!" ucapku, membuat seluruh perhatian dikelas tertuju padaku.

"Maaf, maaf Bu." ucap ku dengan membungkukkan badan.

"Kau kenapa?" tanya Bu Suzy.

"Ah tidak bu, tak apa." elak ku.

"Baiklah, kalian kerjakan tugas dari saya ya. Saya mau keluar sebentar jika sudah ganti pelajaran segera dikumpul. Yunho tolong kumpulan buku nya nanti ya." kata Bu Suzy.

"Siap bu." jawab Yunho.

"Jika begitu jangan ribut, kerjain yang benar! Terutama kamu Hongjong nilaimu kenapa bisa turun?" kata Bu Suzy. Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Maaf Bu." ucapku.

"Iya, jangan diulangi lagi, saya keluar." ucap Bu Suzy sambil berjalan keluar.

Dengan hati-hati aku melihat ke bawah lagi. Seonghwa sudah tidak ada. Syukurlah.

avataravatar
Next chapter