Mencintai seseorang memang hal yang indah, namun bagaimana jika kita mencintai orang yang salah? Bukannya bahagia tapi malah sengsara. Itulah yang dihadapi oleh Melani, gadis itu memiliki cinta yang begitu besar pada kekasihnya, Reza, sekalipun ia tahu bahwa dirinya diselingkuhi, ia tetap bertahan dalam hubungan tersebut. Cinta yang ia rasakan memang telah membuatnya buta, bertahan menyakitkan namun melepaskan, ia tak rela. Lalu kapankah Melani akan sadar bahwa cinta yang ia miliki adalah sesuatu yang salah? Ataukah Reza yang akan sadar bahwa cinta dari seorang Melani adalah sesuatu yang mahal harganya?
"Mas Reza..." panggil Melani, lirih. Hatinya tak kuasa menahan rasa sakit ketika ia melihat Reza, tunangannya yang seminggu lagi akan menikah dengannya itu sedang asyik berbelanja dengan seorang wanita sambil bergandengan tangan dan sesekali sang wanita menyenderkan kepalanya pada pundak Reza seolah mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.
"Mel... itu beneran Reza, tunangan lo itu?" tanya Alea, sahabat Melani dari semenjak mereka berada di bangku kuliah. Mulut Alea ternganga lebar, begitu pula dengan kedua bola matanya yang melebar "ASTAGA MEL! TUNANGAN LO SELINGKUH?!" pekik Alea sembari memukul-mukul tangan Melani, menyadarkan Melani yang semenjak tadi tidak bergeming sedikit pun.
"Ayo Mel! Kita ikutin mereka! Gemes banget gue lihat tuh cowok brengsek! Tega-teganya ya dia selingkuhin lo!" ujar Alea dengan emosi yang membludak, Alea menarik lengan Melani, menyeretnya agar mau mengikuti Reza.
Alea dan Melani mengikuti Reza secara sembunyi-sembunyi, mengintipnya dari belakang. Nampak Reza sedang memilihkan baju untuk wanita di sampingnya sambil sesekali tertawa, mengelus rambut sang wanita dan mengecup keningnya. Membuat Alea semakin merasa panas "MELANIIIII! Lo nemuin cowok kayak dia dari mana sih?! Gila ya tuh cowok! Gue labrak juga nih!" pekik Alea, geram, darahnya semakin terasa mendidih saat melihat Reza mengkhianati sahabat terbaiknya, Melani. Sedangkan Melani hanya terdiam, ia tak mampu berkata-kata, badannya terasa lemas ketika ia melihat pemandangan yang tak mengenakan itu, Jantungnya berdegup dengan kencang seakan ingin meledak.
"Lea, Ayo kita pulang aja yuk, badan gue kerasa gak enak nih" ajak Melani dengan lemas, pandangannya terlihat buram.
"Gak boleh Mel! Enak aja kita biarin itu cewek dan cowok gatel hidup tenang, biar gue kasih pelajaran Mel! Biar mereka tahu malu!" ucap Alea dengan suaranya yang lantang, ia melepaskan tangan Melani yang semenjak tadi menahannya, lalu ia menghampiri Reza, menarik lelaki itu hingga menghadapnya dan...
PLAAAK!
Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi Reza, jejak tangan berwarna merah terpampang jelas di pipi Reza, suara tamparan itu terdengar lantang hingga menarik perhatian dari pengunjung toko yang ada di sekitar mereka.
"Cowok brengsek! Gak tahu malu lo ya! Berani-beraninya lo selingkuh dari sahabat gue! Memangnya Melani kurang apa sama Lo hah? She is good, pretty, clever! Gak bersyukur banget sih lo jadi cowok!" gertak Alea dengan nafasnya yang memburu, dadanya naik turun akibat terlalu emosi dalam menghadapi Reza.
"Maksud lo apa sih Le! Gue selingkuh apa, gue sama cewek ini cuma berteman! Just friends! Gak ada hubungan apapun, gak ada yang namanya gue selingkuh dari Melani" balas Reza dengan penuh penekanan
"Gak selingkuh kata lo?! Lo pikir dari tadi gue gak lihat lo gandengan sama dia, lo elus rambut dia, lo cium kening dia. Temen?! Itu cara lo berteman dengan para cewek?! Bajingan emang gak pernah mau ngaku bajingan ya!" Alea menyabet semua baju yang tergantung di sampingnya lalu melemparkan baju-baju tersebut ke Reza dengan kasar. "Makan tuh baju cewek! Dasar cowok dan cewek gatel! Bukan manusia lo semua! Gak punya perasaan sama sekali!" gerutu Alea sembari berlalu pergi. Alea melemparkan kartu kredit pada bagian kasir "Cepet proses pembayaran semua baju yang saya lempar Mba, saya alergi kalau deket-deket sama orang yang selingkuh!" ujar Alea pada kasir wanita yang sedang bertugas disana.
"Maaf Mba, tapi kami membutuhkan waktu unt..."
"Ah udahlah, saya gak akan nunggu! Kalau udah selesai, tolong berikan ke pengawal saya saja yang nanti akan saya suruh datang kemari!" Alea memotong perkataan kasir tersebut yang masih terkejut dengan keributan yang terjadi di tokonya.
Alea keluar dari toko lalu menarik lengan Melani yang semenjak tadi menunggunya di luar '"Udah Mel, gak usah dilanjutkan lagi acara pernikahan lo! Buat apa lo nikah sama cowok brengsek kayak dia!" celoteh Alea
Tiba-tiba...
BRUUUUK
Melani terjatuh di lantai, ia tidak sadarkan diri, membuat Alea panik setengah mati
"Mel! Bangun Mel!" panggil Alea sembari mengguncang tubuh Melani beberapa kali namun Melani tetap tak bergerak sama sekali.
*****
"Kenapa Kak Melani baru di bawa ke rumah sakit hari ini, Mba?" tanya Dokter Faris, keponakan Alea yang bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit terkemuka kota Jakarta.
"Dia kan baru pingsannya hari ini Faris, makanya Mba baru bawa Melani ke rumah sakit hari ini. Memangnya ada apa sih Ris? Melani baik-baik aja, kan? Dia pingsan hanya karena syok kan?" tanya Alea penasaran.
"Syok? Memangnya apa yang terjadi pada Kak Melani sampai dia harus syok? Keluarga Kak Melani ada yang meninggal?" kali ini Faris yang bertanya karena penasaran. Faris dan Alea adalah dua dari banyaknya orang yang menerima kebaikan Melani hingga mereka sangat menyayangi dan menghormati sosok Melani, bahkan Faris sudah memendam perasaan cintanya sejak lama, jika saja Melani tidak berpacaran dengan Reza, Faris pasti akan berani mengutarakan perasaan cintanya dan meminta Melani untuk menjadi pasangannya. Dua orang yang sangat peduli dan tidak pernah meninggalkan Melani seorang diri, kini dibuat khawatir karena keadaan Melani yang masih belum sadarkan diri.
"Jawab dulu pertanyaan Mba, Melani cuma syok, kan? Dia baik-baik aja, right?" tanya Alea dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas, sedangkan Faris malah menundukkan kepalanya, menyembunyikan perasaan sedih yang terpampang nyata di wajah, ia menggeleng dengan lemas "Kak Melani menderita tumor otak Mba" balas Faris dengan sendu.
DEG!
"Tumor otak? Lo bercanda, kan Ris?" tanya Alea, ia tidak ingin mempercayai ucapan Faris, bagamana mungkin sahabatnya menderita tumor otak? Padahal selama ini ia terlihat baik-baik saja, bahkan begitu semangat dalam menyiapkan acara pernikahannya.
"Aku tahu Mba ini berat, tapi Kak Melani memang baru saja dinyatakan menderita tumor otak, stadium tiga. Mulai hari ini, kondisi Kak Melani tidak akan sama seperti sebelumnya" jelas Faris dengan matanya yang berlinang air mata.
"Sejak kapan Ris? Melani baik-baik aja selama ini, dia gak terlihat sakit sama sekali! Alat di rumah sakit lo pasti rusak nih Ris. Gue yakin! Ngaku Ris! Gua kasih duit buat lo beli alat baru yang lebih canggih! Ini pasti cuma kesalahan Ris, Melani gak mungkin..."
"Mba, tenang Mba. Kak Melani butuh support dari kita, kalau Mba udah hancur seperti ini, bagaimana Kak Melani bisa kuat dalam menjalani kehidupannya?"
Alea menggelengkan kepalanya, air matanya berlinang begitu saja tanpa ada izin darinya. "Gue gak percaya Ris..." gumam Alea, ia menjambak rambutnya dengan frustasi lalu terduduk begitu saja di lantai rumah sakit yang pucat dan dingin.
"Mba..." panggil Faris dengan lembut.
"Ris, kok Tuhan gak adil banget sih Ris. Melani sebaik gitu, kenapa sih hidupnya harus punya banyak penderitaan? Hidup sendiri, diselingkuhi tunangannya dan sekarang kena tumor? Kenapa sih Ris Tuhan tuh seneng banget nyiksa orang baik kayak Melan?! Kenapa Ris?! Kenapa gak gue aja gitu yang banyak dosa yang dapet penyiksaan atau... siksa si Reza yang brengsek itu aja kek! Kenapa sih harus Melani..." Suara Alea terdengar bergetar, nafasnya tidak beraturan, matanya sudah memerah dengan bagian pipi yang membengkak. Faris memeluk Alea, mencoba menenangkan tantenya yang hanya berbeda tiga tahun darinya itu.
"Mba... yang Kak Melani sekarang hadapi itu bukan siksaan, melainkan ujian. Aku yakin kok kalau Kak Melani pasti kuat, makanya kita juga harus kuat Mba. Tapi... Mba tadi bilang tunangan Kak Melan selingkuh? Apa itu benar Mba?" balas Faris
"Gue sama Melan lihat sendiri kelakuan busuk si Reza. Sumpah ya tuh orang gak tahu malu! Gak tahu terimakasih! Gak inget apa ya dia siapa yang biayain kuliahnya? Siapa yang bantu dia dapatkan pekerjaannya sekarang ini! Melani! Dia tuh gak kan jadi apa-apa kalau Melani gak bantu hidupnya! Kok- bisa-bisanya sih dia selingkuh dari orang sebaik Melan!! Gue berharap banget Ris kalau hidup dia bisa lebih menderita dari Melani!"
*****