webnovel

Pernikahan yang Salah

Hati Melani terasa begitu bahagia, karena pasalnya hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tidak sia-sia usahanya dalam mempertahankan hubungannya dengan Reza, dan mempersiapkan segala kebutuhan pernikahan sampai harus melepaskan project besar yang ditawarkan oleh pejabat negara.

Melani duduk di sebuah kursi putih yang nampak mewah, sisi-sisi kursi tersebut berwarna emas dengan ukiran daun merambat, di beberapa sudut nampak buket bunga berjejer serta ucapan selamat atas pernikahannya dari para bawahan di perusahaannya. Melani merasa gugup, ia takut bahwa dirinya akan melakukan kesalahan di acara pernikahannya sendiri. Sesekali ia menghela nafas dan menghembuskannya sembari menggenggam buket bunga edelweis di tangan. Rambutnya digulung dengan cantik, riasan di wajahnya nampak sederhana namun kecantikannya tetap terlihat, karena pada dasarnya wajah wanita itu memang sudah cantik secara natural dari lahir, kesan wanita polos nampak dengan jelas di wajahnya sekalipun ia sudah cukup berumur.

Melani menyambut kedatangan Alea dan juga Faris, kedua sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Melani tersenyum dengan lebar sembari merentangkan tangannya, ingin memeluk ke dua orang di hadapanny. Alea nampak canggung saat ia memeluk Melani, pasalnya ia masih belum bisa memberikan restunya terhadap pernikahan Melani dan juga Reza, begitupula dengan Faris, ia terlihat begitu sedih dan cemas terhadap masa depan Melani di tangan Reza yang memiliki hobby berselingkuh. Faris masih ingat dengan jelas kejadian dua hari sebelum pesta pernikahan itu digelar, ia yang baru saja menengok Melani di rumah sakita dan turun ke lobby rumah sakit untuk membeli secangkir kopi, malah melihat Reza sedang bermesraan dengan wanita selingkuhannya di lobby, alih-alih menjaga Melani di ruang rawat innap. Faris yang geram akhirnya mendekati Reza dan melayangkan tinjunya pada lelaki tak tahu malu itu. Bagaimana bisa tidak geram? Faris adalah saks dari janji yang diucapkan oleh Reza pada Melani. Selepas ia memergoki Reza berselingkuh di apartemen milik Melani, Reza mendatangi Melani di rumah sakit sembari membawa buket mawar putih kesukaan calon pengantinnya, ia bertekuk lutut di hadapan Melani, menangis tersdu-sedu lalu mengutarakan cintanya pada Melani, terlihat begitu tulus hingga hati melani menjadi luluh, Reza pula mengutarakan janjinyauntuk tidak lagi berselingkuh, meminta maaf dan berkata ingin menjalani masa tuanya bersama dengan Melani. Sungguh mulut buaya! Ucapan dari Reza tak ada lagi yang bisa dipercaya, setelah ia mendapatkan hati Melani kembali, ia malah berselingkuh di rumah sakit dua hari sebelum pernikahan Melani dan Reza dilangsungkan, bagaimana Faris tidak geram melihat tingkah lelaki itu?

"Lo yakin Mel dengan pernikahan ini?" pertanyaan Alea sungguh bisa mewakili pertanyaan yang ingin diutarakan oleh Faris. Baik Alea maupun Faris masih tidak rela jika harus menyerahkan sahabat terbaik mereka ke tangn seorang bajingan seperti Reza.

Lag-lagi Melani tersenyum, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan "Gue yakin kok, lagi pula Mas Reza kan sudah janji tidak akan kembali berselingkuh, dan dia tetap mau sama aku sekalipun ia tahu bahwa aku menderita penyakit yang parah, bahkan ia masih bisa menerimaku yang harus menggunakan rambut palsu setiap harinya" balas Melani. Ia menundukan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah akibat rasa malu dan bahagia yang bercampur menjadi satu.

Alea menghela nafasnya dengan berat, dan dengan berat pula ia memeluk Melani "Semoga lo beneran bisa bahagia ya dengan pilihan lo ini" bisik Alea dengan matanya yang berbinar.

Melani melepaskan pelukannya "Gue pasti akan bahagia kok" balas Melani, matanya pun ikut berbinar, mereka berdua tertawa kecil dan memecahkan kecangguangan yang sedari tadi ada.

*****

Riuh tepuk tangan menggema ke seluruh ruangan tatkala Melani memasuki aula pernikahan, tempat ia kan mengucapkan janji suci sehidup semati dengan kekasihnya Reza. Reza, lelaki itu tengah berdiri di depan altar dengan tuxedo hitam rapih dan elegan, rambutnya terkesan klimis, ia tersenyum ke arah Melani yang berjalan di antra para tamu undangan dengan gaun putih indah yang terjatuh ke lantai. Setiap langkahnya ditaburi oleh kelopak bunga mawar yang dilempar oleh para bridesmaid, sedangkan Alea berjalan di belakang Melani sebagai pengiring pengantin, membantu mengangkat gaun Melani yang lebar.

Melani menjadi pusat perhatian, bukan karena ia adalah pengantin disana, melainkan karena kecantikannya yang terlihat begitu luar biasa, para pengangum rahasia Melani yang datang pun harus merasakan sakit hati yang terasmat dalam karena harus merelakan sang pujaan jatuh ke tangan orang. Hanya Reza yang nampak tidak merasa beruntung karena telah mendapatkan wanita seperti Melani. ia secara diam-diam melirik ke arah Lisa yang duduk di kursi tamu barisan depan, mata mereka saling beradu dan saling melemparkan senyum tanpa ada satupun yang menyadari karena setiap pasang mata sedang tertuju pada sosok Melani.

Baru ketika Lisa memberikan kode bahwa Melani sudah hampir tiba di hadapan Reza, barulah lelaki itu melayangkan senyuman palsunya pada Melani, ia meraih tangan pengantin wanita yang ditutupi oleh sarung tangan berwarna putih. Reza melakukan aksinya, ia mencium punggung tangan Melani, seolah ia sungguh mencintai dan bahagia terhadap pasangannya. Sedangkan Melani yang sudah dibutakan oleh cintanya terhadap Reza pun menjadi begitu tersentuh, serasa dirinya dibuat terbang oleh perlakuan Reza terhadapnya di depan para tamu undangan. Alea menatap Reza dengan curiga, terlebih lagi ketika ia melihat sosok Lisa di antara para tamu undangan, perasaan Alea menjadi tidak tenang, ia merasakan ada sesuatu janggal. Alea terdiam mematung, sampai akhirnya Faris menghampirinya dan menuntun tantenya itu unttuk mundur ke kursi tamu sebab kedua mempelai pengantin akan segera mengucapkan janji sucinya pada pendeta yang ada di hadapan mereka.

*****

Selepas janji suci pernikahan di ucapkan, Melani mengganti gaun pernikahannya dengan gaun yang lebih sederhana dengan bagian rok yang hanya selutut kakinya. Ia kemudian kembali ke kursi pengantin yang ada di dekat Altar, berharap bisa segera menemui Reza disana, namun ternyata sosok Reza sudah tidak ada, kursi pengantin itu kosong ketika ia baru saja kembali dari ruang ganti baju. "Apa Mas Reza juga sedang berganti baju ya?" batin Melani, ia memang selalu memiliki pemikiran positif terhadap orang di sekelilingnya, itulah yang membuat Melani begitu mudah ditipu dan dimanfaatkan.

Melani dengan pemikiran positifnya tetap diam di kursi pengantin, mengamati para tamu undangan yang sedang sibuk menyantap hidangan di pesta pernikahannya, sedangkan dirinya tidak bisa turun dari tempatnya untuk menyapa para tamu secara langsung, pasalnya semenjak ia diketahui menderita tumor otak, tubuhnya begitu mudah merasa lelah, begitupula dengan yang ia rasakan sekarang, bahkan rasanya ia hanya ingin tertidur saja.

Faris menghampiri Melani di kursinya, ia membawakan potongan strawberry cheesecake dan buah-buahan pada wanita itu "Makanlah, pengantin juga memerlukan energi untuk bertahan dalam acara yang akan berlangsung laa ini" ujar Faris dengan penuh perhatian, Melani tidak serta merta menerima pemberian dari Faris, sekalipun perutnya memang terasa lapar, namun tetap saja ia tidak bisa menerima perhatian dari lelaki lain selain Reza. Melani menundukkan kepalanya dan mengelus tengkuk lehernya "Maafkan gua Ris, tapi gue lebih membutuhkan Mas Reza disini dibanding kue-kue itu" bisik Melani. Ia sebenarnya tidak enak untuk menolak makanan yang diberikan oleh Faris, namun mau bagaimana lagi, ia tidak ingin menerima kue pemberian Faris dan membuat para tamu yang melihat menjadi dalah paham.

"Kenapa yang Kak Melan pikirkan hanya Reza? Bukankah Kakak juga harus memikirkan diri kakak sendiri?" tany Faris degan geram.

Melani mendongakkan kepalanya, ia melihat mata Faris dan terlihat jelas ada kekecewaan disana "Ris, gak gitu juga. Reza kan searang suami gue" balas Melani dengan suaranya yang merendah, berharap Faris bisa mengerti dan tidak sakit hati dengan penolakannya, namun upaya Melan tak berhasil, Faris terlihat begiitu kecewa, meskipun ia tidak menunjukkan rasa kesal serta amarahnya terhadap Melani, namun tetap saja semua perasaannya terpampang jelas di wajah Dokter muda yang merawat Melani tersebut.

Faris melarikan diri ke sebuah ruangan kecil yang ada di bagian belakang aula, ruangan yang tidak digunakan oleh siapapun dan nampak gelap itu sungguh menjadi tempat yang tepat untuk dirinya yang ingin bersembunyi.

Faris menutup pintu ruangan tersebut lalu meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu agar lampu di ruangan tersebut bisa menyala dan memperlihatkan isinya

CEKLEK

Lampu di ruangan tersebut pun menyala dengan terang saat Faris berhasil menemukan dan menekan saklar lampu yang ia cari.

Faris tersontak begitu kaget ketika ia membalikkan badan dan menemukan Reza yang sedang melumat tubuh Lisa dengan mesra. Pakaian Reza dan Lisa telah lepas dari tubuh mereka, berserakan di lantai, tubuh Lisa telah dipenuhi oleh cairan putih kental yang keluar dari salah satu bagian tubuh Reza.

"Kurang ajar!" gumam Faris saat ia melihat adegan tak senonoh yang dilakukan oleh kedua orang di hadapannya itu.

Terlihat wajah Reza menegang setegang benda pusaka yang ia miliki. Reza melepaskan benda kepunyaannya dari tubuh Lisa, ia mundur beberapa langkah menghindari Faris karena takut akan mendapatkan pukulan lagi dari lelaki itu.

"Lo emang gak ada kapoknya ya jadi orang!" pekik Faris sembari berjalan ke arah Reza dengan tangan yang terkepal begitu kuat, menjadikan tangannya sekeras besi.

"Lo gak bisa mukul gue, gue suami Melani sekarang! Suami sahabat lo! Bayangin betapa sedihnya sahabat lo kalau tahu lakinya babak belur di tangan sahabatnya sendiri!" balas Reza dengan suaranya yang meninggi.

BRAAAK

Faris menendang kursi yang ada di hadapannya, membuat Lisa menjerit ketakutan. Faris melihat ke arah Lisa lalu kemudian menghampiri wanita tanpa busana itu. Mengerikan! Faris sudah tidak tahan lagi melihat wanita murahan seperti Lisa tersebut tetap hidup dan merenggut kebahagiaan serta cinta yang seharusnya bisa Melani dapatkan.