webnovel

Hilangnya Matahari

Reza baru saja keluar dari kamar mandi, tubuh dan rambutnya masih basah, ia menghampiri wanita selingkuhannya saat masih mengenakan handuk yang menutupi bagian bawahnya. Reza memeriksa handphonenya dan menjadi panik ketika terdapat panggilan masuk dari Melani.

"Kamu tadi mengangkat telepon ini Sa?" tanya Reza sembari menunjukkan history panggilan dari kontak bernama my money. Lisa meliriknya sebentar, mengangguk lalu kembali memutar balikkan halaman majalah yang ada di pangkuannya, seolah ia tidak peduli dengan panggilan yag baru saja ia terima "Memangnya dia siapa sih Mas? Aku angkat teleponnya malah gak jawab terus dimatiin gitu aja. Iseng banget jadi orang" gerutu Lisa dengan bibirnya yang menyerungut.

"Dia itu Melani, Sa! Tunangan Mas, sumber keuangan Mas! Kalau sampai dia tahu Mas berselingkuh sama kamu, bisa gawat dong sayang" balas Reza dengan suaranya yang terdengar khawatir. Lisa menutup majalahnya, ia menghampiri Reza, mengelus tubuh lelaki itu lalu mengecup bibirnya singkat "Tenang aja Mas. Mas Reza kan tinggal datangi Mba Melani, mengaku, minta maaf dan janji gak akan mengulangi, beres kan?" balas Lisa dengan suaranya yang lembut.

"Mana bisa Mas janji gak akan mengulangi. Mas kan cintanya sama kamu, gak mungkin Mas bisa jauhin kamu sayang" balas Reza sembari menyentuh bibir Lisa yang ranum, terlihat ingin melahapnya.

"Mas ini, memangnya siapa yang meminta Mas untuk menepati janji? Mas Reza kan cukup berjanji tapi... gak perlu ditepati, gimana?"

Reza tersenyum, ia terlihat menyukai ide yang diutarakan oleh Lisa. Benar, ia hanya perlu berjanji untuk dapat pengampunan dari Melani agar wanita itu tidak meninggalkannya dan menghentikan sumber keuangannya, ia hanya perlu menjanjikan sesuatu yang membuat haiti wanita itu luluh, tanpa perlu ia tepati janjinya.

CUP!

Ia mengecup bibir ranum Lisa yang menggoda, melumatnya, lalu mereka pun kembali bergulat dii atas kasur.

*****

"Lo kemana aja sih Ris?" tanya Alea dengan khawatir ketika ia baru saja melihat Faris kembali ke rumah sakit. Tangan Faris memerah dengan wajah yang terlihat garang "Lo baik-baik aja Ris?" tanya Alea, penasaran

BRUUUUK

Faris menendang kursi yang ada di rumah sakit, ia kembali kesal saat mengingat perselingkuhan yang diperbuat oleh reza "Itu orang emang brengsek ya Mba!" ujar Faris sembari meninju dinding.

"Lo liat apa lagi Ris?" tanya Alea. Faris pun menceritakan semua yang ia lihat pada Alesa, dan tentu saja Alea langsung terbakar emosi saat itu juga, "GUA GAK TAHAN LAGI RIS! Kita harus kasih pelajaran ke tuh orang!" gerutu Alea.

Faris menghela nafas panjang "Kak Melani terlalu baik buat Reza" balas Faris dengan penuh penyesalan. Ia menyesal karena tidak pernah berusaha untuk merebut Melani dari Reza, seandainya saja ia mampu merebut melani, mungkin wanita itu tidak akan disakiti oleh orang seperti Reza.

"Faris? Alea? Kalian kenapa diam di luar?" tanya Melani yang tiba-tiba muncul, berjalan keluar tertatih-tatih, pundaknya bersender pada dinding agar tidak langsung terjatuh saat berjalan

"Ya ampun Mel... Lo ngapain sih keluar segala, lo tuh harusnya diem di kasur, istirahat, jangan banyak gerak!" titah Alea

"Gue gak betah Le diem terus di kasur, lagian gue sakit apa sih sampai lo seheboh itu? Gue kan cuma kecapek-an Le Jadi gak usah terlalu khawatir, oke? Lagian gue cuma mau minta air ke perawat rumah sakit ini" balas Melani dengan suaranya yang ke-ibuan. Alea bersikeras menopang Melani kembali ke kamarnya, berbaring lagi di kasur dengan bau-bau kimia yang tidak mengenakkan. Besok, Melani akan dipindahkan ke ruangan khusus para penderita tumor otak, rambutnya akan digunduli terlebih dahulu. Alea tidak bisa membayangkan akan betapa sedihnya Melani ketika mengetahui penyakit apa yang dideritanya. Mengetahui tunangannya berselingkuh saja sudah menyakitkan, apalagi mengetahui bahwa ia mengalami penyakit serius dan sisanya umurnya tidak akan banyak lagi.

"Oh iya, Mas Reza katanya mau jenguk gue kemari" ujar Melani saat dirinya sudah kembali berbaring di kasur, wajahnya terlihat senang dengan bola mata yang berbinar, baginya Reza adalah sumber kebahagiaannya, hanya dengan memeikirkan dan membicarakan Reza saja ia sudah merasa senang. Berbeda dengan Alea dan juga Faris yang langsung naik pitam ketikka nama tersebut terucap dari mulut Melani yang suci.

"Ngapain sih lo kasih izin dia kemari Mel?" tanya Alea, geram

Melani melirik Alea dan Faris secara bergantian, ia nampak bingung akan situasi yang terjadi, akan alasan mengapa Alea dan Faris memiliki wajah yang terlihat tegang dan juga kesal saat ia mmebicarakan Reza, padahal sebelumnya mereka pun akan ikut berbahagia saat nama Reza disebutkan.

"Memangnya ada alasan untuk melarang calon suami gue dateng ya Le?" tanya Melani.

"LO GILA KALI YA! MASIH MAU LO SAMA ORANG MACEM REZA? SUMPAH DEH MEL, GUE GAK TAHU LAGI LO TUH MIKIRNYA KAYAK GIMANA" timpal Alea, ia sudah tidak kuasa lagi menahan emosi yang ia rasa, dan pada akhirnya Alea memutuskan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Hanya tersisa Faris dan Melani berdua di ruangan sekarang

"Alea kenapa sih Ris?" tanya Melani dengan suaranya yang lemah. Ia nampak bingung dengan sikap Alea yang meledak-ledak, tidak pernah ia lihat Alea semarah itu sebelumnya, bahkan ketika Alea menjadi orang yang diselingkuhi pun, ia tidak semarah itu.

Faris mengatur nafasnya, ia juga ingin memperlihatkan emosinya atas pernyataan yang dutarakan oleh Melani barusan, namun ia tidak ingin Melani melihat dirinya marah, ia selalu ingin terlihat sebagai sosok yang baik dan juga lembut di hadapan Melani.

Faris duduk di samping Melani, ia menggenggam tangan Melani dengan hangat dan menatap dalam mata Melani yang nampak rapuh "Kak Melan..." panggil Faris lirih "Kakak jujur ya sama Faris, apa kakak udah lama merasa sakit kepala? atau Kakak pernah mimisan sebelumnya?" tanya Faris

"Ya jelas pernah dong Ris, gue kan kerja di bidang dengan banyak tuntutan, kadang kerja dua puluh empat jam dalam sehari, jelas gua sering sakit kepala, mimisan, karena gue capek" balas Melani, ia memegangi kepalanya "Tapi, sekarang gue baik-baik aja kok Ris. Emang bener ya kalau cinta itu bisa menyembuhkan segalanya, denger suara Reza, orang yang gue cintai aja, rasa sakit dan capek gue hilang Ris" balas Melani dengan senyuman mengembang di wajahnya. Ah, hati Faris terasa sakit saat itu juga, ia tidak kuasa untuk memberitahukan Melani betapa buruknya lelaki pilihannya, dan betapa salahnya rasa cinta yang sedang ia rasakan sekarang.

"Kak..." panggil Faris, ia mengatur nafas dan perkataannya "Faris dengan Mba Alea sayang banget sama Kak Melani. Kakak tahu itu, kan?" Melani mengangguk saaat mendengar pertanyaan Faris "Dan kita gak mau kalau sampai Kakak mencintai orang yang salah. Kita gak mau Kak, rumah tangga kak Melan yang seharusnya menjadi surga untuk kakak tapi nyatanya malah akan menjadi neraka untuk Kakak sendiri" lanjut Faris.

Melani tersenyum dengan matanya yang nanar, ia menunduk, seolah sedang menyembunyikan sesuatu "Lo gak perlu khawatir Ris. Gue bakal pastiin kalau rumah tangga gue sama Reza adalah surga buat gue, dan meskipun akan menjadi neraka, maka seharusnya itu adalah neraka untuk Reza, bukan untuk gue" ucap Melani dengan tegas, sorot matanya terlihat tajam, seolah bukan milik Melani yang biasa Faris kenal.