webnovel

Munculnya Awan Kelabu

Faris mengendarai mobilnya dengan cepat, menerobos kemacetan, lampu merah, seolah ia sudah tidak peduli lagi dengan segala peraturan dan hukum yang ada, semenjak ia mendengar bahwa Melani telah dikhianati oleh orang yang paling dia cintai, hati Faris terasa sakit, hancur, bahkan mungkin hatinya lebih sakit dari rasa sakit yang Melani rasakan. Faris terlalu mencintai Melani dan ia tidak bisa membiarkan seseorang menyakiti hati dari gadis yang dicintaiya. Ada mendung di wajah Faris, ada gemuruh di hatinya yang selama ini damai.

Faris memarkirkan mobilnya di depan apartemen milik Melani yang baru saja wanita itu beli untuk tempat tinggalnya setelah ia menikah dengan Reza, apartemen mewah yang dibeli dengan uang hasil jerih payah Melani sendiri, tak ada satu rupiah pun uang Reza yang masuk dalam deposit apartemen tersebut.

Faris menghampiri pengelola apartemen dengan wajahnya yang merah padam

"Saya minta kunci cadangan untuk unit J512 Pak" ujar Faris dengan suaranya yang terkesan memaksa

"Maaf, tapi anda siapa ya?" tanya pengelola partemen tersebut

Faris menunjukan KTP milik Melani yang ia ambil secara diam-diam saat ia sedang menuju ke apartemen tersebut "Saya teman dari pemilik unit tersebut, sudah beberapa hari ini saya tidak bisa menghubungi Kak Melani jadi saya ingin memeriksa keadaannya disana sekarang, kalau bisa, Bapak ikut saya ke atas untuk memeriksa" jawab Faris, berbohong. Ia sengaja berbohong agar mendapatkan akses ke apartemen milik Melani yang secara tidak sengaja ia ketahui sedang ditempati oleh Reza secara diam-diam.

"Baik Pak, kalau begitu mari saya antarkan" balas sang pengelola apartemen. Mereka berdua bergegas menuju unit apartemen yang dituju.

KRIIIET

Pintu apartemen terbuka. Faris mendengar suara dengan samar, suara erangan wanita dan desahan seorang lelaki yang berasal dari kamar utama yang ada dalam apartemen tersebut. Jantung Faris semakin berdegup dengan kencang, darahnya mendidih seketika, ia mengepalkan tinjunya dengan erat, bersiap akan memukul Reza jika saja firasat yang dirasakan oleh Faris tentang Reza benar terjadi.

"Pak, boleh saya minta bapak keluar sebentar?" tanya Faris dengan suara yang pelan. Sang pengelola apartemen mengangguk dengan canggung, pasalnya ia juga sama-sama mendengar suara erangan dan desahan yang didengar oleh Faris, ia yang tidak enak mencampuri urusan orang lain pun akhirnya menurut pada Faris untuk keluar dan menunggu Faris dari luar apartemen.

Faris berjalan mendekati kamar utama, dan suara-suara tersebut semakin jelas. Membuat Faris bertambah yakin akan keputusan yang akan dia ambil

BRAAAAAK!

Faris mendobrak pintu kamar dengan keras, hingga pintu kamar yang terkunci dari dalam itu rusak, dan terjatuh ke lantai. Nampak sosok Reza sedang menindih tubuh seorang wanita di atas kasur tanpa benang sehelai pun di tubuh mereka.

"AAAAAA" Seorang wanita berteriak karena terkejut, ia menutupi wajahnya dengan selimut, sedangkan Reza mendongak ke arah Faris "Apa-apaan sih lo! Siapa yang kasih izin lo masuk ke rumah orang sembarangan!" pekik Reza, emosi. Namun Faris lebih jauh emosi dibandingkan Reza yang baru saja melepaskan peluhnya pada wanita yang ada di hadapannya.

BUAAAAGH!

Tanpa ragu lagi Faris melayangkan tinju pada Reza, membuat Reza terbentang di atas kasur,, sang wanita tak henti-hentinya berteriak saat melihat kekerasan yang dilayangkan oleh Faris pada lelakinya.

"Emang bajingan lo!" pekik Faris sembari terus meninju Reza hingga babak belur. Reza mendorong Faris sekuat tenaga hingga dirinya berhasil lepas dari amukan Faris.

"LO SIAPA HAH?!" teriak Reza sembari memegang lampu meja, bersiap menghantam Faris jika lelaki itu kembali menyerangnya lagi. Nafas Faris memburu, dadanya naik turun, ia mencoba untuk menenangkan dirinya agar dapat berbicara.

PRAAK!

Faris melemparkan KTP Melani ke hadapan Reza "Udah selesai lo bercinta sama selingkuhan lo? Kalau udah, gue tunggu kedatengan kalian berdua di kantor polisi sekarang juga!" ujar Faris dengan tegas.

Faris langsung pergi, menghampiri pengelola apartemen "Pak tolong berikan semua rekaman cctv di apartemen ini pada saya, tanpa ada satupun rekaman yag dihapus, saya akan bayar bapak berapapun nominalnya" ucap Faris pada sang pengelola apartemen yang masih terkejut akibat keributan yang ada di apartemen kelolaannya.

*****

"Ya ampun Mel... akhirnya lo sadar juga!" ujar Alea kegirangan. Melani telah bisa menggerakan jemarinya dan membuka matanya meskipun tatapan mata itu telihat begitu lemah.

"Lea..." panggil Melani dengan pelan. Alea menggenggam tangan Melani "Iya Mel, kenapa? Lo butuh apa?" jawab Alea dengan sigap. Ia merasa sanggup untuk memberikan dan menuruti apapun yang Melani inginkan sekarang juga.

"Hp gue Le..." balas Melani sembari menunjuk handphonenya yang ada di atas meja kecil di sampingnya.

"Buat apa sih Mel lo nyariin hp... udah deh, mending lo istirahat dulu sampai tenaga lo balik, oke?" balas Alea, ia menaikan selimut Melani. "Enggak Le... gue butuh hp gue sekarang" timpal Melani dengan wajahnya yang memelas.

Akhirnya Alea dibuat luluh oleh tatapan Melani, ia memberikan handphone Melani pada yang meminta.

Suara dering telepon terdengar dengan jelas "Lo nelepon siapa Mel?" tanya Alea, penasaran.

"Mas Reza Le, gue khawatir sama dia" jawab Melani. Jawaban yang langsung mengembalikan emosi Alea yang semenjak tadi sudah reda. Alea merebut handphone Melani. "Gak boleh! Ngapain sih lo masih peduli sama orang seperti dia? Cukup Mel! Lo tuh mau baik ke orang pilih-pilih dong! Orang seperti Reza itu gak berhak untuk mendapatkan kebaikan lo! Ketulusan lo. Bisa sombong tuh orang! Semena-mena tau gak!" bentak Alea.

"Le... please, ini buat yang terakhir kalinya" balas Melani dengan suaranya yang semakin pelan, kepalanya terasa begitu sakit, seperti sedang dihimpit oleh buldoser, ia menahan rasa sakit itu untuk bisa berbicara dengan Reza. Lagi-lagi Alea merasa iba, dan luluh pada keinginan Melani "Yaudah, biar gue yang telepon, kalau udah terhubung, nanti gue kasih ke lo" balas Alea.

*****

"Mas Rezaaaaa! Handphone Mas ada yang telepon nih!" teriak seorang wanita masih di kasur, kamar dan apartemen yang sama dengan yang didatangi oleh Faris. Reza sedang mandi di bath tube yang ada di sana, mengalirkan kran air dengan deras hingga suara teriakan dari luar tidak terdengar olehnya. Reza berdiam diri, menghela nafas beberapa kali, berpikir mengenai apa yang harus ia lakukan agar ia tidak berpisah dari Melani, pasalnya jika ia berpisah dari Melani, apalagi jika semua orang tahu bahwa perpisahannya adalah karena dirinya yang berselingkuh, karirnya pasti akan hancur, dan ia juga tidak akan mendapatkan kiriman uang lagi tiap bulan dari Melani "Sial! Bisa jatuh miskin lagi nih gue!" batinnya.

"Mas Reza!" panggil wanita selingkhan Reza untuk yang kedua kalinya, suara itu terdengar samar sekarang, namun ia sengaja tidak menanggapi karena masih sibuk dengan pikirannya sendiri, pada akhirnya wanita selingkuhannya lah yang menjawab telepon tersebut, telepon dari nomor Melani yang disimpan dengan nama 'My Money' di kontak handphonenya.

'Hallo," sapa wanita itu.

Alea tertegun seketika saat mendengar suara wanita dari seberang telepon, ia melirik ke arah Melani yang masih menatapnya dengan penuh harap. Sakit. Hanya itu yang bisa Alea rasakan untuk bisa mewakili perasaan Melani. "Gila lo Mel, sesakit apa hati lo kalau tahu Reza masih sama wanita selingkuhannya" batin Alea.

Tanpa pikir panjang lagi, Alea langsung menutup telepon tersebut. Lalu menggeleng pada Melani "Gak ada yang jawab Mel" ujar Alea, berbohong, ia tidak ingin hati Melani semakin hancur dan kondisinya memburuk jika mengetahui kenyataan yang ada.

"Tapi tadi gue denger suara perempuan Le" balas Melani

DEG!

Jantung Alea seakan ingin berhenti berdetak saat itu juga, ia tidak kuasa untuk memberitahukan kebenarannya, namun Melani sudah mendengar suara wanita itu, apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Le... lo inget kan apa prinsip gue? Jujur meskipun pahit lebih baik dari pada kebohongan yang terasa manis" ujar Melani