"Apa aku pernah bertemu denganmu sebelumnya?" tanya Brian penasaran sambil berusaha meraih tubuh Sandra yang terdengar jauh darinya.
"Tidak, Tuan!" tegas Sandra lalu menundukkan kepalanya.
"Baiklah, aku harus meninggalkan kalian karena aku harus memasak!" pamit Bani dengan terburu-buru lalu menutup pintu kamar Brian.
Jantung Sandra berdetak tak karuan, dia takut Brian menyadari siapa dia.
"Aku belum mandi, bantu aku menyeka badanku. Kau tau caranya, kan?"
Mata Sandra membola, tak terbayang baginya akan melihat tubuh Brian yang kini telah menjadi pemuda perkasa dangan tubuh atletis saat memandikan pria yang sedang cidera ini.
"Sasa!" panggil Brian mulai kesal karena tak lekas mendapatkan jawaban dari perintahnya.
"I..iya, Tuan!" Sandra lalu menurut dengan mengambil handuk berukuran kecil yang menurut Brian di letakkan di laci baju paling bawah, tak cuma itu Sandra juga melengkapi sesi mandi tuannya dengan mengambil baskom yang diletakkan pelayan sebelumnya di kamar mandi kamar Brian.
"Ah! Ini sudah siap!" bisik Sandra lalu melangkah mendekati Brian setelah semua siap.
"Mari saya bantu buka bajunya!" Sandra kemudian membuka piama kancing baju yang dikenakan Brian sambil terus mengendus parfum yang menempel pada kulitnya.
"Permisi," bisik Sandra yang mulai membasahi handuk lalu meraba tubuh Brian yang tak bergeming saat dia sentuh.
'Tuhan aku tak mau jatuh cinta pada pria ini' bisik Sandra dalam hati sambil menahan nafasnya yang mulai terengah-engah.
"Yang ini!" ujar Brian lalu menarik tangan Sandra tepat di bagian perutnya.
Jantung Sandra seperti berhenti, meski ini bukan pertama kalinya dia menyeka pasiennya tapi menyentuh tubuh beberapa senti dari bagian vilat pria ini tentu adalah hal yang pertama untuknya.
"Kenapa jantungmu berdegub kencang!" gerutu Brian yang tersenyum sambil terus memegang tangan Sandra.
"Jangan, Tuan. Saya hanya ingin bekerja saja!" tolak Sandra lalu mencoba melepakan tangannya dari tangan kekar Brian.
"Oh, jangan sok jual mahal. Aku tau apa isi kepalamu dan meskipun kakiku tengah terluka tapi yakinlah kakiku yang lain masih bisa berdiri dengan tegak!"
Sandra membelalakan matanya dan segera mengerti apa yang dimaksud pria tampan ini, dia pasti sedang mengajaknya bercinta padahal dia belum satu jam bekerja di kamar ini.
Laki-laki nakal?
Sandra terdiam sesaat lalu mulai meraba lagi bagian perut Brian yang memang sangat menggodanya.
"Ah, aku harus tahan. Aku hanya butuh bekerja di rumah ini dua minggu setelah itu mangambil gajiku dan pergi!" batin Sandra bergejolak.
Namun nampaknya Brian buka lagi pria polos masa SMP yang tak banyak tingkah, sesekali pria yang matanya tertutup perban ini menarik tangan Sandra menuju area-area sensitifnya mencoba merayu Sandra yang masih saja tak terpancing.
"Jangan jual mahal, aku akan membayarmu lebih mahal jika kau mau melayani kebutuhan khususku!" tawar Brian sambil tersenyum nakal.
"Tidak, Tuan. Saya tak apa," lirih Sandra lalu melangkah membawa baskom bekas menyeka tubuh Brian ke kamar mandi.
"Biasanya, Bani, meletakkan baju gantiku di kursi itu!" ujar Brian lalu menunjuk pada baju yang terdapat di atas meja dekat cermin yang segera di ambil Sandra.
"Pakaikan!" perintah Brian yang membuat Sandra berdiri tepat di depan Brian yang terduduk.
Sesekali bibir Brian maju mendekati dada gadis cantik ini dan tak jarang dia malah mengendus aroma tubuh Sandra yang masih menggenakan parfum yang sama dengan saat dulu mereka pacaran.
"Aromamu!" bisik Brian lalu menarik punggung Sandra yang membuat dadanya menempel di hidung tuan muda menyebalkan ini.
"Tuan! Jangan!" teriak Sandra dengan kesal.
Tapi bibir Brian sudah terlanjut mendarat di tengah-tengah dada Sandra yang membuatnya terpancing.
"Ah, kau ini!" geram Sandra lalu membaringkan tuannya.
"Hahaha, ayo kita bermain-main dulu, kau tak akan menyesaliku!" canda Brian yang dungukan dagingnya mulai mengeras.
"Ah, memangnya kau mau beri aku uang berapa?" ujar Sandra dengan ketus.
"Mintalah berapapun yang kau mau!" tegas Brian lalu mengulurkan tangannya mengharap Sandra mau menerima tawarannya untuk bercinta.
Tiba-tiba pikiran nakal Sandra menggila, tentu pria ini tak akan membiarkan nama baiknya rusak karena bercinta dengannya dan kebetulan dia memang sedang sangat membutuhkan uang untuk keluar dari jeratan utang sang ayah.
"Bayar aku dua puluh juta, aku akan melayanimu hingga kau puas!" tegas Sandra yang membuat Brian tertawa menang.
"Ambilkan dompetku!" tunjuk Brian pada sebuah dompet lipat berwarna hitam yang dia letakkan tak jauh dari tempat tidurnya.
Sandra mengambilnya dan menyodorkan pada Brian.
"Ini!" Brian menyodorkan dua gepok uang sepuluh jutaan yang membuat mata Sandra membola, "Sekarang layani aku!" ujar Brian yang belum mengenakan pakaiannya.
"Ta... tapi tuan!"
"Cepatlah, aku yakin kau akan sangat membutuhkan uang ini!" seru Brian yang mulai bisa membaca hati gadis di depannya.
"Berikan aku lebih!" pinta Sandra mencoba menahan harga!"
"Kau butuh berapa? Seratus juga!"
"Wah, seratus?" tanya Sandra tak percaya.
Melihat mangsanya tak percaya, Brian segera teringat gepokan uang di laci samping tempat tidurnya.
"Buka laci itu dan uang yang ada di dalamnya kini jadi milikmu!"
"Wah dia sungguh-sungguh!" bisik Sandra dalam hati saat berhasil melihat uang yang dijanjikan tuannya.
Tak mau membuang waktu, Sandra segera mengunci pintu kamar Brian dan membuka baju bagian bawah tuannya.
Sandra lalu bergegas membuka seragam pinknya dan bersiap menikmati tubuh mantan kekasihnya itu.
"Saya siap, Tuan!" bisik Sandra yang masih menunduk tak berani melihat Brian membuka bagian bawah tubuhnya.
"Duduk di atasku!" desah Brian nakal dan tanpa aba-aba segera membiarkan Sandra duduk tepat di atasnya.
Tentu ini bukan pertama kalinya bagi Sandra melakukan ini pada Brian sehingga dia bisa dengan liar segera mendudukinya pedang Brian dan dengan desahan manja mulai bergerak bebas menikmati ritme yang diberikan pria tampan dari keluarga kaya itu.
"Mendesahlah!" perintah Brian lalu meraih pinggul Sandra dan menaik turunkan gadis itu dengan lebih liar.
"Ah!"
"Ayo, lagi!" desah Brian yang mulai menikmati permainan Sandra yang naik turun dengan semakin liar.
"Jangan malu-malu, Nona! Semakin kau bisa membuatku puas aku janji akan membayarmu lebih mahal!"
Janji Brian membuat Sandra tak perduli lagi dengan apapun yang dikatakan penghuni rumah ini, di kepalanya kini hanya ada uang dan uang. Bahkan jika Brian memintanya lebih liar dari ini dia tentu tak akan keberatan asal dia dibayar sebanyak yang dia butuhkan.
"Lakukan, Brian!"
"Kau suka permainanku!"
"Ahaa! Ini enak!" desah Sandra lagi.
Tak mau menyiakan kesempatan panas itu, Brian segera mempercepat gerakanya dan tentu saja Sandra yang ada di atasnya semakin liar bergerak.
"Oh, Bri. Iya, itu!" desah Sandra yang terus meremas dada pria tampan itu yang kini tak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya.
"Ayo, Sayang! Kau benar-benar bisa membuatku terpukau pada permainanmu!" bisik Brian kasar lalu bersiap menghujam Sandra lebih keras lagi.