webnovel

Serahkan Uangnya Sekarang

"Oh, iya, Bri..." teriak Sandra saat tubuh mungilnya mulai mencapai puncak kenikmatannya.

"Yes, Baby. Yesss!" Brian tak mau kalah, dia juga tiba di puncak dengan selamat.

Tuan muda Brian mulai terengah-engah namun belum mau melepas Sandra yang miliknya begitu kenyal.

"Kau sudah lama tak bercinta?" tanya Brian dengan lembut.

"Iya, terakhir bercinta dulu sekali!" jelas Sandra dengan nada genit.

"Kita istirahat sebentar, aku masih mau membuaymu!" pinta Brian dan Sandra bergeser tidur di samping tuan tampannya.

Dada Brian masih naik turun, dia terus mengumpulkan nafasnya agar bisa kembali bangkit dan membuat perawatnya ini membuatnya kembali menikmati puncak kenikmatan yang sudah lama tak dia nikmati.

Pok...

Tangan Brian memukul pinggul Sandra dengan keras membuat gadis yang masih lelah ini harus kembali bangkit menghadapinya.

"Aku yang di atas!" ujar Brian yang kakinya masih belum sembuh sempurna.

"Apa kau bisa melakukannya dengan berpijak pada kakimu?" tanya Sandra saat Brian menarik tubuhnya ke samping tempat tidur dan bersiap menikamnya dengan benda tumpulnya lagi.

Bukannya mendengarkan perkataan Sandra, Brian malah dengan gagah berdiri di telapak kakinya yang masih terbalut gips.

Dengan liar dia merentangkan paha Sandra dan mulai mencari posisi yang pas untuk pedangnya.

"Ah!" desah Sandra tak tahan dengan ukuran milik Brian yang ternyata lebih besar saat posisi berdiri.

Mendengar rintihan Sandra yang panas, Brian dengan mata yang masih terbalut perban mulai bergerak maju mundur membuat wanita ini kesakitan.

"Ah, Bri..." panggil Sandra membuat Brian bergerak semakin kencang.

Sebenarnya Brian aneh dengan panggilan perawatnya kepadanya, karena setaunya hanya wanita-wanita tertentu saja yang tau nama panggilannya saat bercinta. Tapi karena Sandra sangat menggairahkan dia melupakan sejenak kemungkinan itu.

"Oh, angkat, Sayang!" pinta Brian lalu menangkat paha Sandra tepat di dadanya, sesekali pria tampan ini juga mengecup kulit betih Sandra yang sengaja dia lipat agar mendapatkan posisi yang pas untuknya.

"Bri... cukup... aaaah!" Sandra menjerit menandakan tumpukan gairahnya telah terlepas manis di ranjang tuannya.

Kringg...

Alarm di ponsel Brian berbunyi tanda pria ini harus bergegas minum obat agar dia bisa segera sembuh.

"Apa itu?" tanya Sandra yang mencoba bangkit dari tempat tidur.

"Tak apa, Sayang. Itu hanya alarm peninggat minum obatku!"

Sandra yang mengerti lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia tak menyangka pekerjaannya kali ini akan dia mulai dengan adegan ranjang yang panas hingga dia harus bergegas untuk mandi.

Selesai membersihkan diri, Sandra kembali menghampiri Brian yang nampak sudah berbusana.

"Aku mau uangku!" tutur Sandra kemudian mendekat kearah meja tempat Brian meletakkan dua puluh juta uangnya.

"Oke, itu uangmu. Ambillah, tapi aku minta satu hal padamu,"

"Apa?" tanya Sandra yang pahanya masih bergetar karena hujaman benda tumpul milik pria tampan ini.

"Aku mohon jangan terlihat mencurigakan di depan tunanganku. Dia tak boleh tau apa yang telah kita lakukan hari ini!" bisik Brian lalu meminta perawatnya ini pergi.

Sandra menunduk, dia sebuah kesalahan saat dia harus meniduri tuannya yang jelas-jelas sudah punya tunangan, tapi gairahnya saat bersama Brian tadi sungguh meninggatkannya pada saat-saat dia berpacaran dengan pria yang kini menjadi seorang CEO perusahaan furniture ternama saat ini.

"Kalian sudah selesai?" tanya Bani seakan tau apa yang baru saja di lakukan Sandra dan Brian di kamarnya.

"Sudah!" bisik Sandra lalu menyembunyikan dua gepok uang pemberian Brian di belakang badannya.

"Baiklah, kau istirahat dulu selagi aku memberikan makan siang pada, Brian!"

Sandra hanya mengangguk lalu turun ke lantai satu dan bergegas masuk ke dalam kamarnya dengan perasaann campr aduk, satu sisi dia bahagia karena akhirnya dia punya uang yang cukup untuk menutup utang judi ayahnya, tapi di sisi lain dia merasa sedih karena uang yang dia dapat justru datang dari adegan ranjang yang selama ini selalu dia tolak.

"Tak apa, asal rumah kami tak di hancurkan!" gumam Sandra dalam hati.

Sandra lalu menghubungi adiknya memintanya datang malam ini juga saat dia sudah selesai bekerja, tentu Kiran sangat senang dengan kabar yang dikirimkan kakaknya via pesan singkat itu.

**

Malam hari

"Nona, seorang wanita muda datang untuk menemuimu," panggil petugas penjaga rumah saat Sandra beranjak masuk ke kamarnya setelah makan malam.

"Oh, adikku!" serunya lalu melangkah menuju halaman rumah mewah milik Brian.

Sesampainya di halaman, Sandra yang mengenakan baju seragam pink muda itu nampak begitu cantik di mata Kiran, adiknya.

"Sandra, aku terlihat berbeda dengan baju itu," puji Kiran saat mendekati kakaknya.

"Iya, kau datang dengan siapa?" tanya Sandra yang melihat adiknya tiba seorang diri.

"Itu!" tunjuk Sandra pada pacarnya yang menunggu di bawah pohon.

"Pokoknya kau harus segera membayarkan uang ini kepada orang jahat itu, aku tak mau sampai sesuatu terjadi dengan rumah peninggalanorang tua kita satu-satunya.

"Iya, malam ini akan langsung aku bayarkan. Kakak tenang saja!"

Sandra lalu menyerahkan dua gepok uang pemberian Brian yang dia simpan di tas kain miliknya. Mata Kiran langsung hijau melihat gepokkan uang itu.

"Kau dibayar di muka?" tanya Kiran heran.

"Ya, begitulah!"

"Baik sekali tuanmu!"

"Sudah, terima saja. Jangan banyak bicara!" potong Sandra sambil membolakan matanya.

"Kau sudah hitung jumlahnya,"

"Sudah, lima belas juta!" lanjut Sandra yang buru-buru masuk karena dia tak enak jika petugas penjaga rumah melihatnya terlalu lama di luar.

Kiran lalu memasukkan uang itu ke dalam tasnya dan berlalu pergi mengendarai motor pacarnya.

"Beres!" bisik Sandra yang kini bisa bernafas lega.

"Kau sudah selesai?" tanya petugas penjaga rumah saat Sandra memasuki halaman.

Sandra tak menjawab, dia hanya mengangguk sambil melangkah masuk.

"Sasa!" panggil Brian tak lama setelah gadis muda ini memasuki rumah mewah tuannya.

"Iya!" jawab Sandra singkat lalu berjalan dengan langkah cepat menuju kamar Brian.

Saat tiba di kamar Brian, pemuda tampan itu nampak sedang duduk di sebuah kursi bergaya klasik dengan warna merah dan sandaran yang terlihat sangat empuk, di sampingnya ada seorang wanita muda yang sangat cantik dengan rambut keriting gantung dan dress berbahan saatin berwarna pink.

"Iya," ulang Sandra yang tau Brian tak bisa melihat kehadiarannya.

"Sini!" Brian lalu menunjuk perawatnya ini dengan jari telunjuknya, "Dia, perawatku!" ujar Brian memperkenalakan wanita di sampingnya kepada Sandra.

Sandra segera menebak jika wanita di samping Brian itu adalah tunangannya yang kabarnya ribut hingga membuat pria bertubuh atletis itu celaka.

"Kau perawat, Brian?" tanya wanita itu dengan sinis.

"Iya!" jawab Sandra lalu tersenyum kecut.

"Cantik!" puji tunangan Brian yang bernama Widuri itu.

"Terima kasih!" jawab Sandra lalu menundukkan kepalanya.

"Kau boleh dekat dengan, Brian. Tapi awas saja kalau sampai kalian main-main dibelakangku!" ketus Widuri yang tak tau jika Brian sudah memulai permainannya dengan Sandra.

Widuri lalu berdiri dan mendekat kearah Sandra, dia seperti melihat tanda kemerahan di dekat telinga Sandra seperti bekas kecupan.

"Kau punya pacar?" tanya Widuri lalu semakin mendekat kearah Sandra.

Sandra terperanjak, dia tak mengerti apa yang dimaksudkan wanita ini, "Apa maksudmu?" tanya Snadra lirih.

"Kau habis berkencan, ya? Ada tanda merah di dekat telingamu!"

Deg...

Jantung Brian dan Sandra seperti terpukul kayu, mereka terlalu asyik berkencan sampai meninggakan bekas di tubuh Sandra.