Lu Zijia merasa begitu bersemangat saat memikirkan kemungkinan ini.
Ruangan Kuno adalah kunci yang terpenting baginya. Berkat ruangan ini di kehidupan sebelumnya, dia dapat dipromosikan menjadi kultivator tingkat Jin Dan dengan sangat cepat.
Hal yang paling penting adalah dia menyimpan semua harta bendanya di ruangan itu juga.
Meskipun Lu Zijia merasa bersemangat, tapi dia tetap tidak lupa jika masih ada seorang pria di depannya.
Walau dia memikirkan banyak hal di kepalanya, tapi itu hanya bertahan beberapa saat.
Saat ini, moncong pistolnya masih mengarah ke arah Mu Tianyan.
"Kamu ingin membunuhku? Padahal, kamu juga tahu kalau aku terlempar ke sini karena rencana orang lain."
"Kita berada di kapal yang sama. Kenapa kita tidak saling mengalah saja?"
Bahkan sebelum dia menjadi kultivator tingkat Jin Dan di kehidupannya dulu, Lu Zijia tidak pernah memohon seperti ini pada orang lain.
Namun, dia tahu apa artinya bertahan. Demi bisa hidup, kenapa dia harus takut kehilangan harga dirinya?
"Kamu adalah orang pertama yang berani menodongkan pistol ke arahku. Kenapa aku harus begitu mudah melepaskanmu?"
Mu Tianyan mencibir begitu mendengar 'negosiasi' Lu Zijia. Sorot matanya begitu gelap dan dingin.
Lu Zijia tertegun, "Bukankah kamu yang pertama kali menodongkan pistol padaku? Kita impas."
Yah, tidak ada yang namanya pistol di Dunia Kultivasi. Kalaupun ada, memangnya siapa yang berani melakukan itu pada Lu Zijia.
Tanpa menunggu Mu Tianyan bicara, Lu Zijia berkata lagi, "Yah, baiklah. Aku akan mengalah sedikit. Aku akan menebusnya dengan cara menyembuhkan kakimu!"
Dengan itu, Lu Zijia memandang Mu Tianyan dengan tatapan yang mengisyaratkan 'kamu mengambil keuntungan dariku'.
Ini adalah kali kedua Lu Zijia berkata bisa menyembuhkan kaki Mu Tianyan dengan begitu percaya diri.
Mu Tianyan memicingkan mata ke arah Lu Zijia. Seolah-olah dia sedang memastikan sesuatu.
Dalam informasi tentang Lu Zijia yang dia dapatkan, di sana tidak tertulis jika wanita ini memiliki pengetahuan tentang ilmu medis.
Tapi sekarang Lu Zijia terlihat begitu percaya diri sehingga membuat Mu Tianyan tahu jika wanita ini sedang tidak berbohong.
Belum juga mendengar jawaban pria itu, Lu Zijia sudah merasakan kembali gejolak panas dalam tubuhnya. Dia kembali bergerak gelisah.
Tepat ketika Lu Zijia akan mengatakan sesuatu, Mu Tianyan tiba-tiba membuka suara, "Apa kamu tahu kenapa aku bisa lumpuh?"
"Tidak." jawab Lu Zijia tanpa berpikir.
Saat pria itu mengerutkan keningnya dengan marah, dia kembali berkata, "Aku belum memeriksamu. Bagaimana aku bisa tahu?"
"Oke. Kesepakatannya adalah aku akan menyembuhkan kakimu asalkan kamu tidak membunuhku."
"Aku tahu kamu tidak percaya padaku sekarang."
"Tapi, beri aku satu kesempatan untuk memeriksamu. Jika nanti aku salah, maka kamu bisa membunuhku." kata Lu Zijia sambil berdiri dari bak mandi tanpa melepaskan pistol di tangannya sama sekali.
Jelas Mu Tianyan tidak mempercayainya. Dia juga tidak mempercayai Mu Tianyan.
Mendengar 'penegasan diri' Lu Zijia, tentu Mu Tianyan tidak merasa keberatan. Instingnya berkata bahwa Lu Zijia yang ada di hadapannya sekarang benar-benar dapat menyembuhkan dirinya.
Selama dua dekade terakhir, instingnya ini berhasil meloloskannya dari berbagai bencana.
Jadi, dia sangat mempercayai instingnya.
Akan tetapi, saat melihat Lu Zijia berdiri dari bak mandi, pupil mata Mu Tianyan tiba-tiba menjadi tegang.
Api yang baru saja padam dalam tubuh pria itu mendadak muncul kembali…
Sebelum dijebak dan dibawa ke sini, Lu Zijia telah berdandan. Dia mengenakan gaun putih selutut dengan tali bahu ganda.