webnovel

Anae

Kau sahabatku, aku orang yang paling mengenalmu. Aku sahabatmu, kau orang yang paling mengenal diriku. Entahlah ini disebut cinta atau terbiasa.

LuminousLia · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

1

Seorang gadis kecil berdiri di tepi laut membentangkan kedua tangannya. Kedua matanya terpejam menikmati hembusan angin laut yang menerbangkan rambut hitamnya. Kicauan burung camar mencari ikan di atas lautan terdengar merdu. Deburan ombak menerjang breakwater bagaikan alunan genderang yang mengiringi kicauan burung-burung.

"Eun Hee-ya.....Eun Hee-ya....," gadis itu membuka matanya mendengar seseorang memanggilnya. Dia membalikkan tubuhnya mencari-cari sosok yang meneriakkan namanya.

"Eun Hee-ya....Eun Hee bangunlah...Eun Hee bangun..."

Eun Hee membuka matanya memandang sebuah wajah yang sedari tadi berusaha membangunkannya. Eun Hee mengangkat kepala dari meja tempatnya tidur, meregangkan kedua tangannya, menghilangkan pegal ditubuhnya. Eun Hee kembali meletakkan kepalanya di meja dan menatap Sang Min.

"Ada apa?" Eun Hee meletakkan tangannya dibawah kepala.

"Dong Hoon mengajakku main sepak bola sepulang sekolah nanti."

"Aku harus langsung pulang, kau tahu bukan nanti akan ada makan malam bersama."

"Aku tahu. Bisakah kau mengatakannya pada eomma dan halmeoni?"

"Tidak, katakan sendiri pada eomma dan halmeoni."

"Ayolah Eun Hee-ya. Mereka tidak akan memberikan ijin jika aku sendiri yang mengatakannya. Kalau kau mereka tidak akan menolak. Paling tidak mereka akan marah setelah aku pulang nanti. Oke, kumohon," Sang Min menunjukkan wajah memelasnya.

"Baiklah," Sang Min tersenyum mendengar jawaban Eun Hee.

"Tetapi aku tidak akan membelamu jika kau kena marah nanti malam," Sang Min mengangguk semangat.

"Tenang saja aku tidak akan meminta bantuanmu jika mereka memarahiku," Sang Min memijat kedua kakinya yang terasa kesemutan karena jongkok terlalu lama, "Lanjutkan tidur siangmu aku kembali kekelasku. Gomawo uri anae," Sang Min setengah berlari meninggalkan kelas Eun Hee menuju kelasnya sendiri.

Eun Hee menghelas nafas setelah kepergian Sang Min, kembali menegakkan tubuhnya. Ia mengambil buku di laci, membukanya dan mulai mengerjakan soal-soal yang ada. Baru satu soal selesai, ia kembali menutup bukunya dan memasukkan lagi ke dalam laci.

"Eun Hee-ya, temani aku ke perpustakan," ajak Da Ra.

"Ayo. Aku sedang malas di kelas."

***

"Bagaimana?" tanya Dong Hoon saat Sang Min duduk dibangkunya.

"Sudah beres. Pergi kemana kita nanti?"

"Ditempat biasa saja."

"Oke. Selesai bermain bowling, kita bisa langsung makan malam disana."

"Dan berita baiknya, akan ada kejutan untuk kalian nanti," ucap Min Jun yang baru saja bergabung di meja Sang Min.

"Apa?" Sang Min antusias bertanya.

"Bukan kejutan jika kuberitahu sekarang," Min Jun menjitak kepala Sang Mn.

"Jangan keras-keras bodoh," Sang Min balas menjitak keras kepala Min Jun.

"Bukankah kau memang bodoh," seru Dong Hoon.

"Kau!!" Sang Min bersiap menjitak, Dong Hoon berlari menghindari jitakan tangan Sang Min.

"Hyaaaa....Dong Hoon-ah berhenti kau."

***

"Mana kejutan yang kau bicarakan?" Jo Hyun bertanya sembari mengunyah shrimp cracker di depannya.

"Mereka sedang perjalanan kemari," jawab Min Jun sambil melemparkan bola bowling ditangannya. Bolanya menggelinding cepat mengenai beberapa pion, menyisakan tiga pion yang masih berdiri. Min Jun duduk membiarkan Dong Hoon memainkan gilirannya.

"Siapa mereka?" Sang Min kini bertanya. Ia meminum habis cola ditangannya.

"Temanku dan beberapa temannya. Aku mengatur kencan buta untuk kalian semua," jawab Min Jun bangga. Ia mengecek ponselnya, mengecek pesan yang mungkin dikirim oleh temannya.

"Mereka sudah disini. Akan kujemput didepan. Tunggu disini," Min Jun keluar ruangan tempat bowling, menghampiri sekelompok gadis yang berdiri didepan pintu masuk. Min Jun melambai pada mereka, salah satu gadis yang mengenalnya balas melambaikan tangannya.

"Mianhe, aku baru membuka ponselku. Apakah kalian sudah menunggu lama?"

"Kami baru saja sampai dan kau sudah keluar," jawab Yuri, gadis berambut pendek yang mengenal Min Jun. Han Yuri adalah teman sekolah dasar Min Jun, mereka baru bertemu kembali beberapa hari lalu di tempat bimbingan belajar yang Min Jun datangi.

"Kalian mau main dulu apa langsung makan saja?" tanya Min Jun lagi.

"Sepertinya langsung makan saja, kami sudah lapar," Yuri kembali menjawab, sedangkan ketiga temannya hanya mengangguk mengiyakan ucapan Yuri.

"Oke, tunggu disini sebentar. Aku akan memanggil teman-temanku dan menyelesaikan pembayaran setelah itu kita makan. Tunggu sebentar saja," Min Jun kembali masuk menghampiri teman-temannya.

"Kaja, kita langsung makan saja mereka sudah menunggu. Sang Min-ah giliran kau yang membayar bukan," ucap Min Jun sembari membereskan barang-barang miliknya.

"Bawakan tasku. Aku mau membayar dulu," Sang Min segera menuju kasir menyelesaikan pembayaran permainan mereka dan makanan ringan yang mereka makan. Selesai membereskan semuanya mereka keluar menemui para gadis yang tetap berdiri di pintu masuk menunggu para pria keluar.

Tanpa perkenalan terlebih dahulu mereka langsung menuju tempat makan diseberang tempat permainan bowling. Mereka sudah sering mampir ketempat itu setelah mereka bermain. Tempatnya luas, nyaman dan makanannya pun enak sekaligus ramah dikantong untuk siswa sekolah seperti mereka. Begitu masuk kedalam mereka melihat banyak anak sekolah dan beberapa anak muda yang memenuhi tempat itu. Senda gurau terdengar dimana-mana, mungkin tempat ini lebih pantas disebut tempat berkumpul dari pada tempat makan karena sebagian besar mereka ketempat ini untuk berkumpul bersama teman ataupun pacar.

Mereka agak kesulitan menemukan tempat duduk karena mereka berdelapan, sedangkan kursi-kursi yang tersisa hanya memuat dua sampai empat orang. Kwan salah satu teman Sang Min memanggil pegawai, meminta bantuan untuk mencarikan tempat duduk untuk mereka. Pegawai restoran dengan sigap menuntun mereka ke meja yang kosong dan tidak lupa menggabungkan dua meja menjadi satu agar mereka bisa duduk dalam satu meja. Pegawai itu mempersilahkan mereka duduk dengan nyaman dan memberikan menu untuk dibaca.

***

Eun Hee sibuk mondar-mandir di dapur mempersiapkan makan malam yang akan berlangsung tidak lama lagi. Beberapa keluarga sudah datang dan saat ini sedang bercengkrama bersama di ruang keluarga. Eun Hee menata makanan yang ia buat bersama ibunya dan asisten rumah tangga mereka. Makan malam bersama seluruh keluarga besar rutin diadakan satu bulan sekali untuk tetap mempertahankan kerukunan dan keharmonisan dalam keluarga mereka.

"Eun Hee, dimana Sang Min? Kenapa dia belum datang juga?" tanya Min Seo pada putrinya sembari menata makanan.

"Dia bilang akan datang sebelum makan malam eomma. Akan kuhubungi dia sekarang," Eun Hee pergi meninggalkan ruang makan ke kamarnya mencari ponsel dan melihat apakah ada pesan dari Sang Min. Sang Min tidak mengabarinya sejak pulang sekolah, ia lantas menghubungi nomor ponsel Sang Min. Nada tunggu terdengar cukup lama ditelinganya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan," Eun Hee menatap ponselnya heran kenapa Sang Min me-reject telponnya.

Mungkin dia sedang tidak bisa diganggu bersama teman-temannya, pikir Eun Hee

To: Seobangnim

Seluruh keluarga sudah datang, mereka menunggumu, cepatlah datang

Eun Hee mengirim pesan singkat, meletakkan ponselnya dan kembali ke ruang makan membantu ibunya menyiapkan makan malam. Eun Hee setengah berlari ketika melihat Eun Kyung telah membantu Min Seo di meja makan. Ia memeluk erat wanita setengah baya yang sangat berarti bagi hidupnya. Hampir tiga bulan Eun Hee tidak bertemu dengan Eun Kyung. Ia sudah sangat rindu sekali ingin bertemu, kesibukannya sebagai siswi tingkat akhir membuatnya tidak bisa menemuinya.

"Eomma, bogoshipoyo," ucap Eun Hee sambil memeluk erat Eun Kyung.

"Eomma juga merindukanmu. Bagaimana kabarmu sayang?" Eun Kyung mencium sayang kening putrinya.

"Aku baik-baik saja. Min Seo eomma selalu menjagaku," Eun Hee melihat Min Seo yang kini meletakkan piring dan membalas senyum Eun Hee.

"Terima kasih eonni kau telah menjaganya dengan baik. Mungkin aku tidak akan bisa tidur dengan tenang jika bukan kau yang merawatnya. Aku berhutang banyak padamu."

"Dia juga putriku, untuk apa kau berterima kasih. Persiapan makan malam sudah selesai, Eun Hee panggil semua orang."

"Ne," Eun Hee meninggalkan ruang makan memanggil semua orang untuk makan malam.

***

Sang Min menatap ponsel ditangannya yang berada di bawah meja. Uri Manura, nama itu tertera di layar ponselnya, nama yang ia berikan untuk Eun Hee. Cukup lama ia memandang ponselnya sebelum menggeser tombol merah, ia tidak ingin diganggu untuk saat ini.

"Kenapa kau me-reject telpon Eun Hee?" tanya Dong Hoon yang berada disampingnya dan kebetulan sempat melihat nama siapa yang menghubungi Sang Min.

"Tidak ada, nanti akan kuhubungi lagi dia," Sang Min sudah akan mengantongi kembali ponselnya ketika pesan dari Eun Hee masuk, ia membacanya sekilas kemudian meletakkan ponselnya diatas meja. Ia memakan kembali makanannya sambil mengobrol dengan teman-temannya dan para gadis didepannya.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Maaf tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi. Hmm...Yoora jika kau tidak keberatan bisakah aku meminta nomor ponselmu?" tanya Sang Min pada gadis yang tepat duduk didepannya, yang menjadi teman kencan butanya. Kang Yoora nama itulah yang ia sebutkan saat perkenalan tadi. Gadis berkulit putih, berambut panjang bergelombang dan tinggi semampai ini sejak awal pertemuan telah menarik hati Sang Min. Maka dari itu saat mereka duduk ia memilih duduk didepan gadis itu agar ia bisa dengan mudah lebih dekat dengannya.

"Aku merasa tidak enak jika harus pergi ditengah-tengah acara kita, maka dari itu jika kau tidak keberatan aku ingin menebusnya lain hari," ucap Sang Min lagi ketika tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Yoora.

"Baiklah," Yoora mengulurkan tangannya, meminta ponsel Sang Min.

Sang Min dengan senyum diwajahnya menyerahkan ponsel miliknya dengan diikuti suitan dari teman-temannya. Yoora menuliskan beberapa nomor dan mengembalikan ponsel itu kepemiliknya. Sang Min langsung menyimpan dengan baik nomor tersebut dan mengantongi ponselnya serta mengambil tas miliknya.

"Sekali lagi maafkan aku. Sebagai gantinya semua makanan ini aku yang membayarnya. Sampai jumpa teman-teman," Sang Min meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Sepeninggal Sang Min, Yuri dan kedua temannya menggoda Yoora karena berhasil merebut perhatian Sang Min, pemuda incarannya sejak awal.