webnovel

ALTHEA (EOTL)

Jiak aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Tapi, apa aku bisa melakukannya?

alemannus · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
6 Chs

[2] Kenyataan pahit

Dengan langkah yang sedikit terhuyung-huyung, Aaron melangkahkan kedua kakinya menuju sebuah makam yang terlihat masih sangat baru jika dibandingkan dengan makam lainnya. Kedua matanya yang merah dan terlihat sedikit bengkak sudah tidak mampu lagi mengeluarkan setetes air mata lagi karena selama perjalanan kesini, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Apalagi saat kenangan dirinya bersama Thea kembali terputar di dalam pikirannya, rasanya semua yang dia lihat sekarang adalah sebuah kebohongan. Kedua tangan dan kaki Aaron langsung bergetar hebat saat nama panjang Thea tertera di makam itu dengan jelas. Bahkan photo Thea yang sedang tersenyum dengan manis masih berada disana seolah-olah menjelaskan kalau tubuh yang berbaring di bawahnya memang kekasihnya.

Aaron langsung terjatuh tepat di depan makam Thea dengan keadaan lemah tidak berdaya. Teman-temannya yang ikut mengantarkan Aaron tidak bisa melakukan ataupun mengatakan apa-apa kecuali menahan kesedihan mereka dalam-dalam agar perasaan Aaron tidak semakin terluka dan hancur. Kematian Thea sebenarnya bukan hal yang mendadak karena riwayat penyakit yang memang telah menggerogoti tubuh Thea sejak lama tapi Aaron selama ini memang sama sekali tidak mengetahui kondisi Thea yang sebenarnya. Semua orang sepakat untuk menyembunyikannya karena permintaan Thea saat itu namun kini tidak ada yang perlu disembunyikan lagi karena Aaron akan segera mengetahuinya nanti.

Kedua tangan Aaron bergetar hebat dan tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin. Dadanya terasa sangat sakit sekali hingga rasanya untuk bernafas saja sangat sulit sekali. Aaron menumpahkan semua air matanya yang tersisa sampai kedua matanya tidak mampu melihat dengan jelas lagi. Tangisan pilu yang penuh dengan rasa sakit itu terdengar sangat menyakitkan untuk orang lain yang berada disana. Teriakan penuh penyesalan dan rasa bersalah Aaron terdengar sampai luar area pemakaman hingga orang lain yang berada diluar area itu dapat merasakan kepedihan serta rasa sakit yang dirasakan oleh Aaron.

"Thea.."

Semua orang bisa tahu kalau pria yang sedang menangis dengan pilu itu sedang kehilangan orang yang sangat dia cintai untuk selama-lamanya. Bahkan orang-orang setuju jika Aaron terlihat sangat memprihatinkan. Sosok Aaron yang masih sangat muda dan punya masa depan yang masih sangat panjang tidak seharusnya terpuruk di dalam kesedihan yang begitu dalam seperti ini. Perjalanannya masih panjang dan ada begitu banyak hal yang belum dia lalui dalam hidup ini tapi sepertinya rasa kehilangan ini akan memberikan dampak yang sangat besar untuk hidupnya. Kehilangan memang menjadi luka yang sangat besar untuk semua orang termasuk Aaron.      

"B-Baby.." Panggil Aaron dengan suara yang bergetar.

"Aku tahu semua ini bohong. I-Ini bohong kan? I-Ini bukan kamu kan?" Ucap Aaron lagi sambil menatap batu nisan yang berdiri di depannya.

Lova dan Sarah membekap mulut mereka dengan erat saat air mata mereka tidak bisa dibendung lebih lama lagi. Mereka semua hanya bisa menatap Aaron dari jauh tanpa bisa melakukan apa-apa. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ada rasa bersalah yang berkecamuk di dalamnya. Aaron yang malang. Hanya itu yang bisa mereka ucapkan sekarang. Mengapa hal menyedihkan ini harus terjadi pada mereka berdua? Kenapa harus Aaron? Kenapa harus Thea? Kenapa harus mereka berdua yang memiliki akhir yang menyedihkan seperti ini? Kenapa harus secepat ini? Kenapa tidak ada harapan sedikitpun untuk mereka berdua bersama? Pertanyaan-pertanyaan terus muncul di dalam benak semua orang tapi tidak satupun dari mereka yang tahu jawabannya. 

Aaron mengusap air matanya sambil memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum walau bibirnya terasa sangat kaku sekali dan sayangnya senyumannya tidak bisa menutupi kesedihan yang tengah dia rasakan. Suara isakan serta air mata yang membasahi wajahnya tidak bisa ditutupi hanya dengan sebuah senyuman getir yang menyedihkan. Dia tahu kalau perasaannya saat ini tidak bisa dikendalikan dengan mudah dan sepertinya dia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja sekarang. Aaron menepuk dadanya berkali-kali sambil menatap nisan kekasihnya.

Dadanya terasa sangat sesak sekali dan tangannya bergetar sangat hebat hingga dia kehilangan kendali atas tubuhnya. Dia masih belum bisa menerima kenyataan yang dia terima saat ini. Bukan belum bisa tapi tidak bisa. Kenyataan menyakitkan yang menghantamnya dengan sangat keras saat ini tidak pernah bisa dia terima. Kehilangan terbesar kedua dalam hidupnya setelah ibunya meninggal dan kini dia kehilangan alasan untuk hidup di dunia ini. Saat masa terpuruknya, Thea selalu ada disisinya dan menemaninya di titik terendah di dalam hidupnya. Tapi, kini dia kehilangan orang yang paling penting dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya. Kini dia benar-benar kehilangan arah dan sepertinya dia kembali tersesat di dalam kegelapan yang dia ciptakan sendiri untuk selamanya.

"Ayo kita pulang, baby." Ucap Aaron sambil mengulurkan tangannya ke arah makam.

"Kamu pasti takut di dalam sana, kan? Ayo kita pulang, baby. Aku datang untuk menjemputmu. Ayo pulang, baby." Ucap Aaron lagi sambil meneteskan air matanya untuk yang kesekian kalinya.

"Apa yang kalian lakukan?! Cepat bantu aku membongkar makam ini!" Teriak Aaron sambil menatap teman-temannya.

"Tuan." Ucap pengawalnya dengan prihatin.

"Kalian tega membiarkan dia sendirian di bawah sana?! Kalian tidak kasihan padanya?! Aku bilang kekasihku sedang berada di bawah sana sendirian!" Teriak Aaron lagi sambil menangis dengan histeris.

"Aaron." Ucap Aiden dengan pelan.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku?! Kenapa kau tega meninggalkan aku sendirian seperti ini! Thea! Kenapa kau meninggalkan aku sendirian di dunia yang kelam ini! Kau bilang tidak akan pernah pergi meninggalkanku! Kau bohong!" 

"Aaron!" Ucap Dean dengan khawatir sambil berjalan ke arah Aaron.

"THEA!" Teriak Aaron sambil bersujud di depan makam Thea.

"JAWAB AKU! KATAKAN KALAU KAU TIDAK AKAN PERGI!" 

"THEA!" 

Aaron bersujud di atas tanah untuk menumpahkan semua kesedihan dan air matanya yang tidak berhenti mengalir. Hatinya benar-benar hancur dan dia tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Ribuan pertanyaan terus melintas di dalam pikirannya tapi sampai sekarang dia masih tidak mengerti kenapa harus dia yang merasakan kepedihan ini dari sekian banyaknya manusia yang ada di muka bumi ini. Apa kesalahan yang dia lakukan sehingga Tuhan menghukumnya seberat ini? Dia masih tidak menemukan jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan yang ada di dalam pikirannya.

"Kenapa?" 

"Kenapa, Thea?"

"Katakan padaku."

Tangis Sarah dan Lova pecah saat Aaron memeluk makam Thea sambil menangis. Aiden dan Danu yang berada di samping mereka berdua juga hanya bisa mengusap air mata mereka dalam diam. Begitu juga dengan Ansel, Dean dan Axton yang sama sekali tidak bergeming dari tadi. Awan hitam mulai menyelimuti pemakaman itu dan mereka semua tahu kalau sebentar lagi hujan akan membasahi mereka semua. Angin mulai berhembus dengan kencang dan mereka memutuskan untuk menunggu Aaron dari dalam mobil saja. Mereka pikir Aaron sedang butuh waktu untuk sendiri dan menjernihkan semua pikirannya disana jadi mereka memutuskan untuk pergi dari sana.

Aiden memerintahkan para pengawalnya untuk berjaga-jaga di sekitar Aaron. Dia juga memberi payung pada pengawalnya Josh sebagai antisipasi jika terjadi hujan dalam waktu dekat karena Aaron pasti tidak akan mau jika diminta untuk kembali ke rumah dalam waktu dekat. Mereka semua mengerti bagaimana hancurnya perasaan Aaron sekarang dan oleh karena itu juga mereka mencoba untuk memberi ruang dan waktu untuk Aaron berdua dengan Thea saja walau perbincangan itu hanya akan menjadi pembicaraan satu arah saja. Aiden memberikan kode kepada para pengawalnya sebelum dia melangkahkan kakinya pergi menyusul yang lainnya dan para pengawalnya mematuhi perintah itu dengan segera.

"Thea.." Panggil Aaron dengan suaranya yang terdengar sangat pilu dan menyayat hati.

"Kenapa kamu meninggalkanku secepat ini?" Tanya Aaron sambil menatap makam Thea dengan tatapan sedih.

"Kamu tega padaku." 

Suara petir tiba-tiba menggelegar seiring dengan awan hitam yang semakin menumpuk dan menggumpal. Tetesan air hujan perlahan mulai membasahi tanah dan tubuh mereka tapi Aaron tetap berada di tempatnya tanpa peduli jika tubuhnya akan basah sebentar lagi. Josh yang menyadari kondisi cuaca yang semakin memburuk langsung melangkahkan kakinya ke arah Aaron untuk melindungi tubuh Aaron dari air hujan yang semakin deras dengan seiringnya waktu. Aaron mengusap air matanya lalu membuka baju jasnya dengan cepat. Dia menyelimuti batu nisan Thea dengan jasnya agar air hujan tidak menyentuh photo dan ukiran nama Thea yang tertera di atasnya. 

"Jangan takut, aku akan menemanimu disini." Ucap Aaron sambil memperbaiki letak jasnya di atas batu nisan Thea.

"Tuan." Ucap Josh dengan prihatin.

"Ah iya, lebih baik pakai payung agar kamu tidak kehujanan." Ucap Aaron sambil mengambil payung yang Josh pegang dengan cepat.

"Aku tidak akan membiarkan kamu kedinginan disini." Ucap Aaron sambil meletakkan payung itu di atas makam Thea.

"Tuan." Ucap Josh sambil menatap Aaron yang sudah kebasahan dengan tatapan sedih.

"Apa lebih baik aku juga berada di bawah sana bersama Thea?" Tanya Aaron sambil menatap makam Thea dengan tatapan khawatir.

"Tuan." Panggil Josh untuk yang kesekian kalinya.

"Kekasihku pasti takut berada di bawah sana sendirian. Aku akan menemaninya di sana." Ucap Aaron sambil meremas tanah yang berada di bawahnya dengan kedua tangannya.

"Tidak, Tuan. Jangan lakukan itu." Ucap Josh sambil menahan lengan Aaron dan dibantu dengan dua pengawal lainnya.

"Dia sendirian di bawah sana! Aku akan menyusulnya! Thea! Tunggu aku! Aku akan datang sebentar lagi!" Teriak Aaron sambil melepaskan dirinya dari para pengawal Aiden.

"Tuan, tolong jangan lakukan ini." Ucap Josh dengan khawatir.

"Baby, kamu tidak perlu takut. Ada aku disini." Ucap Aaron sambil berlari ke arah makam setelah melepaskan diri dari cengkraman para pengawal Aiden.

"Tuan, tolong jangan membuat kami melakukan hal-hal yang tidak pantas kami lakukan pada anda." Ucap Josh sambil mengejar Aaron.

"Tidak, Thea. Kamu tidak boleh pergi." Ucap Aaron saat tangannya ditarik oleh Josh dan beberapa pengawal lainnya.

Josh memberi kode pada pria yang berada di sebelahnya dan pria itu langsung mengerti dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Josh. Pria itu memukul leher bagian belakang Aaron dengan sangat cepat hingga Aaron langsung terjatuh dalam keadaan tidak sadarkan diri. Pukulan itu tidak kuat namun tepat sasaran dan pukulan itu tidak akan menyebabkan akibat yang fatal karena semua pengawal Aiden sudah terlatih di bidang ini. Tubuh Aaron yang besar dan tinggi langsung dibawa oleh beberapa orang menuju mobil karena air hujan sudah mulai membasahi bumi dengan sangat cepat dan juga menyapu bersih semua debu yang menempel di atasnya.

Air mata yang jatuh dari kedua mata pria yang malang itu larut dan menjadi satu dengan air hujan. Namun kesedihan serta rasa sakit yang dia rasakan tidak bisa lepas dari dalam dadanya dan ikut larut bersama air matanya. Cinta pertama dan terakhirnya telah terkubur jauh di dalam tanah namun cintanya untuk kekasihnya tidak berkurang sedikitpun. Yang ada malah rasa rindunya yang semakin besar dan perasaannya untuk orang lain sudah berada di tahap mati rasa. Thea, gadis ceria dengan senyuman terindah yang pernah dia lihat seumur hidupnya telah pergi meninggalkan dirinya sendiri dengan semua kenangan indah yang entah kenapa malah terasa sangat menyakitkan untuk dikenang. Kisah mereka telah usai di kehidupan ini dengan akhir yang tragis.

____________

To be continuous