webnovel

ALTHEA (EOTL)

Autor: alemannus
Fantasía
En Curso · 13.8K Visitas
  • 6 Caps
    Contenido
  • valoraciones
  • N/A
    APOYOS
Resumen

Jiak aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Tapi, apa aku bisa melakukannya?

Etiquetas
5 etiquetas
Chapter 1[1] Lies In You

"Apa yang sedang terjadi?" 

Aaron melangkahkan kakinya dengan perlahan sambil memperhatikan sekitarnya dengan tatapan terkejut. Dia tidak bisa menebak kenapa orang-orang berkumpul di rumah Thea dengan menggunakan baju hitam mereka. Wajah mereka juga terlihat sangat sedih dan tatapan mereka mengatakan dengan jelas kalau mereka merasa kasihan pada dirinya. Bahkan beberapa dari mereka terlihat sedang menangis tersedu-sedu dan terlihat sangat kehilangan. Tapi, kenapa? Siapa yang mereka tangisi? Apa ada keluarga Thea yang meninggal? Tapi siapa? Orang tua dan kakak laki-lakinya masih hidup. Paman dan bibinya juga masih hidup. Bahkan Aaron bisa melihat mereka semua berkumpul disini.

"Kenapa?" Tanya Aaron sambil menatap  sekelilingnya dengan tatapan heran.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Kenapa?!" Tanya Aaron lagi dengan sedikit kesal.

"Berhenti mengasihaniku seperti itu sialan!" Teriak Aaron dengan marah saat semua orang menatapnya dengan tatapan prihatin. 

"Aaron." Ucap ibu Thea dengan wajah sedihnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ada banyak sekali orang disini, Mom? Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau ada acara disini? Kamu bisa menghubungiku-" Tanya Aaron dengan bingung.

"Maaf, Nak. Maaf Mommy.. Hiks." Ucap ibu Thea sambil menangis.

"Kenapa mommy menangis? Sebenarnya ada apa? Tolong katakan padaku agar aku bisa mengerti. Kenapa kalian semua bersedih? Apa ada yang meninggal? Siapa yang meninggal? Tolong katakan padaku!" Ucap Aaron dengan heran sambil menatap kakak dan ayah Thea.

"Aaron, gadis kecil mommy... Telah pergi." Ucap ibunya Thea dengan tersedu-sedu.

"Tidak mungkin. tidak mungkin. Kalian pasti bohong kan. Kalian sedang mengerjaiku kan? Iya kan?" Ucap Aaron sambil tertawa tidak percaya.

"Anakku yang malang.." Ucap ibunya Thea sambil menangis di dalam pelukan suaminya.

"Ini bohong! Bohong! Tidak mungkin! Thea masih menghubungiku tadi malam. Hah, kalian! Omong kosong apa lagi ini? Tidak mungkin." Ucap Aaron dengan bersikeras.

"Tolong relakan dia pergi, bro. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik agar dia bisa bahagia. Aku yakin sekarang dia sedang tersenyum di atas sana karena dia tidak bisa merasakan sakit lagi." Ucap kakak laki-laki Thea dengan mata yang telah memerah dan berkaca-kaca.

"Apa maksudmu? Merelakan apa? Aku tidak mengerti ucapanmu! Kau itu kakaknya dan kau malah mengatakan omong kosong seperti itu tentang adikmu?! Kakak macam apa kau?!" Ucap Aaron dengan nada tinggi.

"Tenangkan dirimu! Bukan hanya kau saja yang hancur disini! Semua orang merasakan luka yang sama dan bahkan lebih sakit dari yang kau bayangkan! Tidak ada kakak yang ingin kehilangan adiknya apalagi secepat ini! Kau bahkan tidak tahu rasanya kehilangan orang yang sangat kau cintai setara dengan kau mencintai ibumu! Jangan bertindak egois apalagi di momen seperti ini! Aku peringatkan dengan keras!" Ucap kakak laki-lakinya Thea dengan marah.

"Kalau kau benar-benar sayang padanya, kenapa kau baru ada disisinya saat dia dalam keadaan sekarat?! Kemana saja kau selama ini?! Kenapa baru sekarang kau mengatakan kalau kau sayang padanya?!" Tanya Aaron dengan sangat marah.

"Tolong hentikan perkelahian kalian! Apa kalian tidak merasa kasihan pada Thea?!" Ucap ayahnya Thea dengan sigap.

"Maafkan aku, Dad." Ucap kakaknya Thea dengan menyesal.

"Nak, aku tahu ini berat untukmu dan untuk kita semua tapi hidup harus terus berjalan dan anakku pasti tidak akan senang jika kita bersedih terus." Ucap ayahnya Thea sambil memegang bahu Aaron dengan kuat.

"Dad." Ucap Aaron dengan mata yang sudah merah dan berair.

"Aaron, maaf jika anakku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ini memang salahku karena tidak bisa melahirkan dia dalam keadaan sehat seperti anak lainnya. Ini memang salahku. Karena kau dia jadi hidup menderita di dunia ini. Anakku yang malang." Ucap ibu Thea sambil menangis dengan kencang lalu terjatuh ke atas lantai karena kedua kakinya terasa sangat lemah.

"Mom!" Teriak kakak Thea dan Aaron secara serentak.

"Tolong bawa ibumu masuk ke dalam." Ucap ayahnya Thea dengan panik.

"Baik, Dad." Jawab kakaknya Thea dengan sigap.

"Tolong siapkan air hangat dan obat penenangnya" Ucap ayahnya Thea kepada  seorang pelayan.

"Baik, Tuan." Jawab pelayan itu dengan patuh.

Ayah, ibu dan kakak Thea masuk ke dalam rumah meninggalkan Aaron sendirian disana. Di bawah gumpalan awan hitam, Aaron berdiri dengan tatapan kosongnya. Kedua tangannya bergetar dengan hebat dan wajahnya langsung memucat. Kedua matanya tidak bisa mengeluarkan setetes air mata pun sehingga kedua matanya terlihat sangat merah dan berkaca-kaca. Mulutnya membisu karena pikirannya tidak bisa berpikir dengan benar. Dadanya terasa sesak dan sakit seolah-olah ada ribuan jarum yang tertusuk tepat di tengah jantungnya.

Hampa. Hatinya terasa hampa. Seperti ada sesuatu yang hilang dari hatinya. Tidak, tidak ada yang hilang di hatinya. Masih tetap sama. Lalu apa maksud dari perasaan hampa ini? Ah, separuh jiwanya telah pergi sekarang. Mereka bilang kekasih hatinya telah pergi meninggalkan dunia yang tidak pernah berbelas kasih padanya. Tapi apa benar? Kenapa sebagian dirinya tidak bisa mempercayai hal itu? Bahkan dia tidak bisa mengeluarkan setetes air mata pun karena sebagian dirinya lagi masih percaya kalau kekasih hatinya masih bernafas dan tersenyum di suatu tempat. Dia tidak tega jika harus menjatuhkan air mata kesedihannya untuk kekasih hatinya. 

"Bohong. Ini pasti bohong. Hah, aku tidak percaya ini." Ucap Aaron dengan tatapan kosong.

"Kamu juga harus masuk ke dalam, Nak. Ayo kita bicara setelah kondisimu membaik." Ucap ayahnya Thea yang ternyata kembali lagi keluar untuk memastikan keadaan Aaron.

"Ini pasti bohong kan? Aku sedang bermimpi kan? Iya, aku pasti sedang bermimpi! Tidak mungkin. Bohong. Aku tahu ini bohong. Kalian sedang mengerjaiku kan? Benar kan? Katakan padaku kalau ini bohong! KATAKAN!" Ucap Aaron dengan suara yang terdengar mulai bergetar.

"Nak." Ucap ayah Thea dengan sedih.

"INI BOHONG! KALIAN BERBOHONG! TEGA SEKALI KALIAN BERBOHONG SEPERTI INI!" Teriak Aaron dengan histeris.

"Aaron!" Teriak Aiden yang baru keluar dari dalam rumah bersama Axton, Dean, Danu, Lova, Ansel, Sarah, dan ketiga adiknya Aaron yang bernama Kath, Liam dan Sean.

"Kalian juga sudah tahu?" Tanya Aaron dengan marah.

"Aaron, maafkan kami. Kami terpaksa melakukan ini atas permintaan Thea." Jawab Dean dengan sedih.

"Apa yang kau katakan?! Thea belum meninggal! Dia masih berada di rumah sakit sekarang untuk menjalani perawatan! Dia baik-baik saja!" Ucap Aaron dengan sangat marah.

"Aaron, tolong tenangkan dirimu." Ucap Aiden sambil menatap Aaron dengan tatapan prihatin.

"Kau menyuruhku tenang? Disaat seperti ini kau menyuruhku untuk tenang?! Apa kau gila?! Coba kau pikir apa aku bisa tenang?! HAH! KATAKAH PADAKU!" Teriak Aaron dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.

"Aaron, kendalikan dirimu." Ucap Axton dengan tenang.

"DIAM! KAU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGERTI PERASAANKU! KAU MANUSIA YANG TIDAK BERPERASAAN! BRENGSEK!" Teriak Aaron sambil menatap Axton dengan marah.

"Bro!" Ucap Ansel dengan sedih sambil menahan tubuh Aaron.

"Pegang dia dengan kuat." Ucap Danu pada Ansel.

"BOHONG! KALIAN SEMUA PEMBOHONG! KEKASIHKU TIDAK MUNGKIN PERGI MENINGGALKANKU! DIA SUDAH BERJANJI PADAKU! THEA!" Teriak Aaron sambil menangis dengan histeris.

"KALIAN BRENGSEK JAHAT! KALIAN MENYEBUT TEMAN KALIAN YANG MASIH HIDUP SUDAH MATI! DASAR SIALAN! TIDAK MUNGKIN! Tidak mungkin.. Tidak mungkin.Tidak mungkin!" Teriak Aaron lagi dengan perasaan yang sangat terluka.

"AARRGGHHHHH!" Teriak Aaron yang terjatuh ke atas tanah dengan tidak berdaya saat Danu melakukan teknik bela diri untuk membuat Aaron berhenti memberontak.

Sarah dan Lova yang dari tadi hanya bisa menangis tidak bisa menatap Aaron dengan terang-terangan karena perasaan mereka yang masih hancur saat mengingat betapa besarnya rasa cinta Thea untuk Aaron dan begitu juga sebaliknya. Mereka bahkan tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti mereka berada di posisi Aaron saat ini. Mereka yakin kalau mereka tidak akan bisa mengatasi perasaan sedih mereka pada saat itu. Lova mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir. Dia masih tidak menyangka jika Thea sudah tidak berada di dunia ini lagi. Rasanya baru kemarin mereka bertemu dan tertawa bersama. Bahkan dua bulan yang lalu mereka baru pulang dari liburan yang menyenangkan. 

Dia benar-benar tidak menyangka kalau pada saat itu dia sudah dalam keadaan sekarat. Andai saja dia tahu lebih awal kalau Thea akan pergi secepat ini, dia tidak akan menyia-nyiakan satu menit yang berharga tanpa Thea di dalamnya. Dia sangat menyesal karena kini dia tidak akan bisa melihat Thea lagi untuk selamanya. Sarah memeluk Lova yang masih menangis dalam diamnya. Mereka berdua sama-sama merasa sedih dan marah karena Thea merahasiakan kondisinya dari semua orang termasuk kepada orang tua dan kakaknya sendiri. Dokter bilang dia ingin menikmati hari-hari terakhirnya tanpa rasa kasihan dari orang lain. Thea kami yang malang.

"Dimana?" Tanya Aaron tiba-tiba.

"Aaron." Ucap Aiden dengan sedih.

"Aku tanya dimana?! Dimana dia sekarang?!" Tanya Aaron dengan histeris.

"Lebih baik kau istirahat dulu sekarang dan tenangkan pikiranmu." Ucap Danu dengan cepat.

"Benar, lebih baik kau masuk ke dalam dan tenangkan pikiranmu terlebih dahulu." Ucap Dean setuju.

"Jangan bersikap gegabah." Ucap Aiden dengan tenang.

"Kalian tidak mau memberitahuku juga? Apa kalian menunggu sampai aku mati baru memberitahuku?" Tanya Aaron dengan dingin.

"Bukan seperti itu, bro." Jawab Ansel dengan wajah sedihnya.

"Cepat katakan dimana!" Ucap Aaron dengan nada tinggi.

_____________

To be continuous.

También te puede interesar

Defy The Alpha(s)

Two centuries after the Great War, peace between humans and werewolves was finally achieved, or so everyone believes. Werewolves reign like gods, and humans remain blissfully unaware of their true place in the new world order. To maintain this fragile balance, each year, a handful of "lucky" humans are selected from various districts to attend Lunaris Academy, a prestigious institution that promises glory, status, and a chance to mingle with the elite. Those chosen are hailed as the lucky few, destined to marry powerful alphas and rise as luna. This year, Violet Purple is among the chosen, much to everyone's surprise. For an orphaned girl adopted by a disgraced prostitute, this is a golden ticket to a better life or so she's told. But Lunaris Academy isn’t the paradise it’s painted to be. Everything Violet and her fellow humans have been taught is a lie. Humans are far from equal; they're pawns in a much larger game. The academy is nothing but a gilded cage, and the students are lambs led to slaughter, playthings for the alphas to toy with in their ruthless games. To make matters worse, Violet catches the attention of the most dangerous players in this game, the Terror Four: the Alpha of the North, Alpha of the South, Alpha of the East, and Alpha of the West. Each one is more dangerous, more twisted, and more powerful than the last. But even among themselves, the alphas are divided, each with their own deadly ambitions. Yet, they all have their eyes on her. They expect Violet to play along, to fall in line like the others who worship at their feet, to break under their games. But Violet isn’t like the others. She refuses to bow. She’ll defy them all. *********** With a grin that made her uneasy, he handed the application to her. “Approve this one.” Principal Jameson’s curiosity got the better of her as she took the paper from him, her eyes scanning the text. Almost immediately, her breath caught in her throat, her eyes widening in disbelief. “What the...?” “It’s perfect, isn’t it?” Asher’s voice was almost gleeful. Fucking psychopath! Jameson could hardly believe what she was reading. “Mr. Nightshade, with all due respect, this applicant….this girl just admitted to—” She couldn’t even finish the sentence, still horrified at the explicit nature of the application. Taking a deep breath, she continued, “I’m sorry, but I cannot approve this.” “She’s issued me a challenge,” Archer said, a dark gleam in his eyes. “What?” “‘Wait till you see me in bed,’” he repeated the bold line from the application, his grin widening. “And I can’t wait to find out.” “Mr. Nightshade—” He stood up, cutting off her protest as he fixed her with an intense stare. “Approve the application. I won’t ask again.” Without waiting for her response, Asher strode out of the office, confident she would follow his orders. He always got what he wanted. Archer Nightshade walked down the hall, a spring in his step. For the first time in a long while, he felt alive, his blood pulsing with excitement. The other Cardinal Alphas had no idea what he was up to, but it would soon hit them. He’d just set the game in motion. And the target was Violet Purple. It was game on. Note : This is not your average werewolf story. Eveything you think you know about werewolves would be challenged in this book. And yes, it is reverse harem. Do give the book a try.

Glimmy · Fantasía
4.8
122 Chs

Married to the Devil's Son

【Volume 1 - Married to the Devil's Son】 A prince, rumored to be the son of the Devil. He is the definition of Danger. He is the Darkness itself. A princess. Imprisoned in her own home, only to come out once she gets married. But married to whom? *** Once upon a time, the Devil fell in love with one of the King's many wives. One night he went to her room disguised as her husband and made love to her. She got pregnant with his child. Knowing this The King ordered her execution believing his wife cheated on him, but then the Devil appeared to the king making him a deal. In exchange for great power for his Kingdom, the King will let his wife Sire The Devil's Child. The King who was greedy for power agrees to the deal and his Kingdom becomes one of the most powerful Kingdoms and the Devil's Child, the seventh Prince of the Kingdom. Being a princess probably sounds nice. A life full of luxury, beautiful dresses and nice shoes, but for Hazel, there is nothing nice about being a princess. She can never go outside the palace, she can never have friends, she can never eat or say or wear whatever she wants and she can never choose the person she is going to marry. Soon she's getting married to a man she has never met, a prince rumored to be Son of the Devil. 【Volume 2 - Return of the Devil's Son】 **Sequel to Married to the Devil's son** He is back! This time fiercer, faster and stronger, with only one thing in mind. Revenge! Prince of Darkness, Son of the Devil, Lucian is back, and he has only one thing on his mind. Revenge! That's until he meets her. A woman who entices him beyond reason, but who also claims to be his wife. Surrounded by dark secrets and powerful enemies, Lucian must decide who to trust and who to destroy. After getting her heart broken once, Klara vowed never to fall in love again. But when her brother tries to force her into a marriage and the annoying but wickedly handsome Roshan rescues her, things get difficult. Can she protect her heart from the man whose touch sets her body aflame? Or will she surrender to her desire and risk her heart once again? —————————————————————————————————— 【Volume 3 - The Devil In Her Dreams】 THE BEAST AMONGST US Imagine living in a world full of fiery, feral beings, hiding in the shadows, roving in our dreams, creeping under our skin. Eavesdropping, manipulating our minds and exploring our bodies. They are savages, beasts but some of them are companions and childhood friends.  Some are dangerous, others even more dangerous. They live amongst us. Some of us call them Demons, others call them Djinn. But some of them should never be called.  THE BEAUTY  LOOKING FOR LOVE  Heaven, the devil’s granddaughter and princess of Decresh has everything in life. Loving parents, beauty, wealth, and status. But one thing is missing. And that is love. Heaven dreams of the kind of love her parents have and now that she has come of age to get married she has to find her dream man and the future king of Decresh. And she has to find him soon.  There is one man. A mysterious silver-eyed stranger who keeps appearing in her dreams. Who is he and what does he want? As the line of suitors grows, Heaven’s dreams become more vivid forcing her to go on a journey to find the man in her dreams. Could he also be the man of her dreams? Or would he turn out to be a nightmare?

JasmineJosef · Fantasía
4.7
314 Chs

valoraciones

  • Calificación Total
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de Actualización
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Contexto General
Reseñas
¡Guau! ¡Si dejas tu reseña ahora mismo, sería la primera!

APOYOS