webnovel
#ROMANCE

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs
#ROMANCE

Part 98 - Menelusuri Oki dan Nia

"Yang ngasih rezeki itu Allah, Nak. Asal kamu berusaha, pasti Allah akan memampukannnya," tutur Ibunya.

"Terima kasih, Bu. Aksa akan pertimbangkan."

"Oh ya, Aksa masih punya hutang sama Ibu."

"Hutang? Hutang apa, Nak?"

"Aksa kayaknya pernah janji mau bantu temenin ibu nyari tanaman, kan? Ibu pengin kan?"

"Ouh itu. Ibu sudah cari sendiri, Nak."

"Ouh iya? Kalau hadiah yang Aksa pernah kasih lukisan bunga berbentuk rumah, itu suka ndak?"

"Ouh... iya suka. Memangnya kamu beli di sini?"

"Iya, Bu. Itu tempat kerja Ayya. Meskipun kami berdua sudah memutuskan keluar."

"Kalian keluar? Itu keputusannya?"

"Iya, Bu. Ada hal yang gak bisa Aksa jelasin detilnya."

"Iya. Ibu mengerti sekarang."

"Yasudah, kamu mau istirahat? Mau Ibu antar ke rumah?"

"Aksa bisa jalan sendiri, Bu."

"Baiklah."

Aksa sebenarnya masih begitu cemas. Kecemasan memenuhi relung hatinya. Ia sempat terpikir apa Oki sebenarnya sedang sengaja menghindarinya?