webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teen
Not enough ratings
194 Chs

Part 97 - Apa Itu Keinginan dan Kehilangan?

POV AKSA

"Nak, kamu yakin mau tetap tinggal di sini?" tanya Ibunya menyadarkan lamunan Aksa.

"Iya, Bu. Entah kenapa Aksa pengin tinggal di sini dulu. Ibu gak keberatan kan?"

"Iya, Nak. Gapapa. Tapi gimana kuliahmu, Nak?"

"Nanti pas sudah masuk kuliah, Aksa janji akan pindah. Balik ke rumah semula."

"Syukurlah."

"Oh ya, Bu. Ibu yang simpe hpnya Aksa ndak? Sudah lama banget ndak lihat Hp."

"Oh iya, maaf ya, Nak. Ponselmu saat kamu dibawa ke rumah sakit, kayaknya jatuh dan keinjek."

"Terus? Rusak parah?"

"Iya. Masih bisa digunakan si. Cuma simcard ndak kebaca. Kena tepat di slot simcardnya."

"Jadi otomatis, kartunya rusak."

"Bisa sih nomornya diurus. Tapi ibu gak sempat. Ibu kepikiran kamu. Jadi, inisiatif ibu sendiri ganti nomor baru."

"Gapapa kan, Nak?"

Aksa terdiam, tapi ia pun tak bisa marah pada Ibunya.

"Ndakpapa, Bu. Boleh Aksa lihat?"

"Sebentar... ibu ambilkan dulu di dalam, yah?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com