webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
194 Chs

Part 172 - Emosi Tak Tertahankan Lagi (Detik terakhir di Dimensi Mimpi)

"Arrrgghhh!!" geram Nia. Ia sudah tak bisa menahan diri dari kebosanannya.

Ayya dan Aksa pun diam penuh; menahan amarah. Saat situasi kian tak menentu, sebuah kisah kembali bergulir. Mengalirkan tanya.

"Apa lagi pesan yang harus kami terima?" Ucap Oky.

***

Braak!!

Pintu dibuka keras oleh Aya. Bibirnya menyatu membentuk ekspresi kesal tak tentu. Matanya sesekali memandang laki-laki di depannya—tak lain adalah suaminya sendiri—Ardi.

"Ngeselin deh!! Masa minuman stroberiku habis?! Gak ada jeruk juga. Aku mau makan apa?!" keluh Aya di pagi hari.

Ardi hanya memandang sejenak istrinya yang seperti anak kecil itu. Sesekali menyunggingkan senyum. Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sementara, tangannya sibuk memegang buku filsafat. Ia pandangi lembar demi lembar buku itu lekat-lekat. Seolah tak mendengar keluh istrinya yang kian mencuat.

"Hih!! Aku kesel tau!!" serunya pada Ardi.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com