webnovel

A GIRL WHO LOVES A MAN IN A DREAM

“ bagaimana jika rantai yang telah bertahun-tahun menyegel hatimu tiba-tiba hancur akan seseorang yang terasa nyata untukmu tapi tidak untuk duniamu? “ “ apa yang harus aku lakukan sekarang, saat aku terbangun dari tidurku mendapatkanku berada dalam ruangan yang sama seperti sebelumnya, fisik yang sama seperti sebelumnya tapi tidak dengan hatiku yang terasa sangat sesak” Aku tersadar akan itu dan berlari keluar ruangan, mencarimu disetiap sudut tempat dan tak menemukanmu, kenyataan itulah yang membuatku terpuruk akan perasaanku yang terasa sangat nyata ini. “ menyadari bahwa kau tidak berada didunia yang sama sepertiku membuat rantai itu kembali menjalar dan menyegel hatiku seperti dulu” Aku menoleh ke cermin yang berada di sampingku, dan tanpa sadar air mataku keluar saat aku melihat bayanganku sendiri, mulai memeluk tubuhku sendiri, terduduk di lantai dan menangis hingga tersedu-sedu. “oh, ini terlalu…”

Hana_Hiromi · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
4 Chs

Memasuki Alam Mimpi

KRRRRIING!!! KRRRRIING!!! KRRRIING!!! KRRRIING!!!

Bunyi alarm sungguh terdengar jelas, tapi aku masih saja membungkus tubuhku dengan selimut hangatku dan matahari mulai masuk melalui sela-sela jendela kamarku.

"ohayo, Luffy-kun" sapaku saat membuka mata yang pertama kulihat adalah poster suami khayalanku Monkey D Luffy.

KRRRRIING!!! KRRRRIING!!! KRRRIING!!!

"ah, udah bangun, jangan bunyi lagi" ucapku yang langsung mematikan alarmku.

Waktu menunjukan pukul 07.00 pagi dan aku mulai bergegas dari tempat tidurku yang hangat itu, merapikan bantal, seprei, dan menyapunya.

Sreek…(suara kain jendela yang digeser)

Cahaya matahari langsung masuk dan menerangi seisi kamarku.

"owh, terlalu terang…" keluhku dan langsung berbalik pergi ke kamar mandi.

Karena hari ini libur, aku berinisiatif untuk beres-beres dari mencuci piring, menyapu kamar, mengepel kamar, dan juga mencuci pakaian kotorku. Aku tinggal di kosan berlantai 3, dan kamarku berada dilantai 3.

"apa mereka belum pulang? " batinku, saat melihat pintu kamar tetangga kos ku yang masih tertutup.

Waktu terus berjalan hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul 10.45 pagi.

"huuuft…akhirnya selesai juga " ucapku saat selesai mengerjakan tugas terakhirku yaitu menjemur pakaian yang telah aku cuci.

"woaah, segar sekali" ucapku merasa legah saat selesai mandi.

Aku naik ke atas kasurku dan terdiam sejenak sambil melihat poster-poster anime di dinding kamarku.

Hening~

"waktunya…" gumamku dengan tatapan yang mulai serius.

"WAKTUNYA NONTON!! " teriakku dengan gembira sambil membuka laptopku.

Aku mulai membuka aplikasi nontonku dan mencari episode lanjutan One piece yang sedang aku ikuti.

"sebentar, aku melupakan sesuatu…" ucapku lirih sambil melihat sekitarku.

"ada yang kurang…" batinku, yang mulai merasa ada yang kurang dalam penglihatanku.

"apa?" tanyaku pada diriku sendiri.

Hening~

Mataku tidak berhenti melirik seisi kamarku, mencari sesuatu yang kurang dari diriku.

Tiba-tiba aku mulai tersenyum tipis, dan melihat kearah bawah meja belajarku, dan mulai sadar apa yang kurang.

"aku melupakan cola dan jajan…" ucapku sambil mengambilnya dibawah meja.

"oh bagaimana bisa aku melupakan sesuatu yang sangat penting ini…" ucapku dengan legah sambil memeluk sebotol cola berukuran besar dengan beberapa macam jajan yang masih tersegel.

"yosh! Waktunya nonton!" ucapku yang langsung menekan tombol space.

Aku terus menonton, waktu terus berjalan, episode terus berganti dan aku belum berpaling dari depan laptopku.

Tertawa ketika ada adegan yang lucu, menangis ketika ada adegan yang sedih, dan marah ketika ada adegan yang membuat kesal. Seperti inilah keseharianku, menonton anime ketika tidak ada kuliah, terkadang membaca komik ketika tidak ada anime yang ingin ditonton, main game ketika tidak ada yang ingin ditonton dan dibaca, dan tidur ketika sudah lelah dengan semua.

Aku berbeda dengan anak muda jaman sekarang, yang pergi berkumpul dengan teman-teman, membicarakan hal-hal menarik yang sedang terjadi, jalan-jalan ketempat-tempat yang lagi trend di sosmed, dan chattan dengan teman-teman di whatsapp. Aku lebih suka menghabiskan hari-hariku didalam kamar, menghabiskan waktuku dengan dunia anime kusendiri, menyendiri dan tak punya satupun teman, mau itu teman masa sekolah maupun sudah kuliah.

Terkadang iri dengan perempuan-perempuan yang mempunyai kekasih, memiliki kisah asmara yang sangat romantis, sedangkan aku sendiri kisah asmara tidak ada sama sekali, bahkan menyukai saja belum pernah.

"eh? Udah jam segini" ucapku ketika melihat jam sudah menunjukan pukul 14.30 siang menjelang sore.

Aku memberhentikan anime yang sedang aku tonton, dan mulai merebahkan tubuhku, melihat langit-langit kamarku.

"sunyi seperti biasa…" batinku.

"seandainya aku punya kekasih yang bisa aku ajak bicara soal anime…" ucapku lirih, sambil menoleh ke poster anime di dinding kamarku.

Angin mulai berhembus masuk melalui sela-sela jendela. perlahan-lahan mataku mulai memejam, dan ketenangan mulai menyelimutiku.

"hello…"

"hello…"

"kami sudah mau tutup…"

"hmmm, apa sudah malam?" tanyaku yang masih setengah sadar dari tidurku.

"siapa?" tanyaku saat melihat seorang lelaki berdiri dihadapanku walau terlihat samar-samar.

"kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

Aku mulai mengujek mataku dan memperjelas penglihatanku.

"siapa?" tanyaku.

"dia tampan…" batinku kagum, saat yang terlihat jelas adalah laki-laki bertubuh tinggi dengan hoodie hitam layaknya style para laki-laki otaku.

"oh aku-"

"eh?! Ini dimana?!" tanyaku yang mulai terkejut akan keberadaanku ditempat yang baru pernah aku lihat.

"eh, bukannya kamu mahasiswi dikampus yang sama denganku?" tanya lelaki itu.

"mahasiswi? Mana mu-"

"HAAAAAA!!!!!" teriakku saat melihat pakaian yang aku pakai bukanlah daster yang tadi pagi.

"apa yang telah terjadi padaku?!!!" batinku histeris.

Aku berlari meninggalkan lelaki itu sendirian dan langsung keluar dari restoran tersebut.

"apa yang sedang terjadi, apa ini mimpi?" tanyaku pada diri sendiri dengan langkah yang mulai cepat.

"pokoknya aku harus sampai rumah du-"

"eh? Ini dimana?" tanyaku saat sadar aku berdiri didepan sebuah apartemen.

"entah kenapa aku seperti hafal semua jalan ini…"

"kamarku…" ucapku sambil berjalan masuk kedalam apartemen tersebut.

Mulai memasuki lift…

Memencet nomor 8…

Menunggu…

Kamar nomor 109…

Cklek! (suara pintu yang dibuka)

"ini kamarku…" ucapku sambil membuka pintu kamarku.

"ini benar-benar kamarku…" batinku, saat melihat isi kamar yang berantakan akan komik, DVD game, dan pakaian yang berserakan diatas Kasur.

"ya-yaaa kalau berantakan begini emang benar kamarku sih" ucapku sambil terkekeh.

"bukannya aku tadi pagi sudah mencuci semua pakaian kotorku?" tanyaku yang masih kebingungan.

"oke!! Sekarang waktu memastikan sesuatu!" ucapku dengan semangat sambil berjalan menuju cermin.

"AAWW!!" teriakku ketika aku mulai mencubit pipiku.

"…"

Hening~

"sungguh tidak sakit -_- " ucapku dengan ekspresi datar didepan cermin.

"huuuft…ternyata ini mimpi toh" ucapku lega dan langsung terduduk dilantai..

Aku mulai membaringkan tubuhku diantara pakaian-pakaianku yang berserakan, kumenatap langit-langit kamar dan mulai menarik nafas berat.

"entah kenapa…semua yang ada disini terasa begitu nyata…" ucapku pelan sambil melihat sekelilingku.

"mahasiswi?" ucapku pelan ketika mengingat perkataan lelaki tadi.

"apa dalam mimpi ini, aku sedang kuliah?" tanyaku pada diri sendiri.

"poniku, tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap panjang…" ucapku lirih sambil memegang poniku.

"apa…hari-hari kuliahku sama seperti didunia nyata…" ucapku lirih dan langsung tertidur lelap.

KRRRRIING!!! KRRRRIING!!! KRRRIING!!! KRRRIING!!!

"be-berisik…" ketusku dengan tangan yang mencari letak jam wekerku.

Hening~

-_-….

"a-a-apa yang sedang terjadi dengan diriku…" ucapku terheran-heran dengan apa yang berada dihadapanku.

"bagaimana bisa aku masih disini…" batinku.

Aku melihat sekelilingku, baju, DVD game, dan komik yang masih berserakan, semuanya masih sama seperti sebelumnya. Tapi kenapa sinar matahari yang masuk diantara sela-sela jendela kamarku begitu terang seperti ini adalah dunia nyata.

Sreek…(suara kain jendela yang digeser)

aku mulai membuka kain jendelaku.

"owh…terlalu terang" ucapku spontan sambil menyipitkan mata.

"apa aku masih bermimpi?" tanyaku pada diri sendiri.

Tok…tok…tok…(suara ketukan pintu)

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Aina! Apa kamu masih tidur?!" teriak sebuah suara dari luar.

"siapa?" tanyaku yang langsung menoleh kepintu.

Tit…tit…tit…(suara tombol yang dipencet)

"eh? Dia tahu sandi pintuku?" tanyaku heran saat suara memasukkan sandi pintuku terdengar.

Cklek! ( suara pintu yang dibuka)

"AINA!!! KAMU BELUM MANDI!!!" bentak perempuan misterius itu sambil berjalan kearahku.

"si-siapa?" tanyaku yang mulai gugup.

"ha? Apa yang kamu bicarakan, cepat sana mandi" ucap perempuan itu sambil mendorongku ke pintu kamar mandi.

"aku akan membersihkan semua ini, cepat mandi kalau tidak kita akan terlambat ke mall"

Aku hanya diam dan masuk ke kamar mandi.

"apa aku kenal dia? Siapa?" tanyaku heran.

Beberapa menit kemudian aku selesai mandi, saat keluar dari kamar mandi aku begitu terkejut dengan apa yang aku lihat.

"waaah…sangat bersih" gumamku takjub dengan kamarku sendiri yang sangat bersih dan berkilau.

"dia sepertinya sudah sering kesini, semuanya terletak pada tempatnya masing-masing" batinku, sambil melihat semua barang-barangku yang tersusun rapi pada tempatnya.

"apa kamu main game lagi semalam, atau kamu marathon anime lagi sampai pagi?" tanya perempuan itu sambil berjalan kearahku.

"tidak, aku se-sepertinya kelelahan" jawabku yang sedikit gugup.

"dia bahkan tahu kebiasaanku.." batinku.

"kamu?" tanyaku, sambil mengangkat kedua keningku dengan ekspresi sedikit penasaran.

"ha? Apa? Aku? Kenapa?" tanyanya balik sambil duduk diatas kasurku.

"apa kita saling kenal?" tanyaku.

Hening~

Dia mulai berdiri dari duduknya dan berdiri dihadapanku.

"apa semalam kamu jatuh dari lantai 8 kebawah?" tanyanya balik, sambil memegang kepalaku.

"a-a-apa maksudmu?" tanyaku lagi.

"apa kamu lupa pada teman penamu ini?" tanyanya sambil berjalan kearah jendela.

"aku jauh-jauh dari jepang kesini karena dengar kamu masih saja tidak punya teman, tapi kenapa kamu melupakanku hanya dalam semalam" jelasnya sambil menoleh ke arahku.

"teman penaku? Jepang?" tanyaku yang masih kebingungan.

"HA!!! KAMU BAHKAN TIDAK INGAT?!" teriaknya dengan ekspresi terkejut.

"aku sudah sebulan disini,dan kamu lupa? Aku datang untuk menemanimu, kamu tidak ingat?" tanyanya dengan penjelasan yang sangat sulit untuk otakku cerna.

"Hidoi yo Aina-chan" ucap perempuan itu dengan Bahasa jepang.

"ma-maaf, tapi aku-"

"aku Reina Akiara, Aina Harumi teman penamu yang paling imut" celetuknya dengan penuh percaya diri.

Aku masih terdiam mematung melihat tingkahnya.

"apa aku punya teman? Jepang? Bagaimana bisa aku punya teman orang jepang?" batinku bertanya-tanya.

"tampar aku" ucapku pada perempuan itu dengan serius.

"ha?"

"ta-tampar saja" kataku meyakinkannya.

"baiklah" jawabnya yang langsung mengayunkan tanganya pada pipiku.

Plak! (suara tamparan)

Aku hanya terdiam sambil menatapnya dengan ekspresi datar.

"ma-maafkan aku Aina" ucapnya yang langsung memelukku.

"tidak sakit, ini masih mimpi -_-" batinku.

"tidak apa-apa, be-berhentilah memelukku" ucapku yang langsung melepaskan pelukkan perempuan bernama Reina itu.

"aku ingin sendiri sekarang, kamu pulanglah dulu" ucapku sambil mendorongnya keluar dari kamar, dan langsung mengunci pintu kamarku.

"besok kamu harus kuliah, jangan sampai telah yah!" teriaknya dari luar.

Aku kembali duduk diatas kasurku, melihat ke sekeliling kamarku, dinding yang berhiaskan poster anime yang sama seperti dikamar kos nyataku, letak yang sama, komik yang sama, DVD game yang sama.

"SEMUANYA SAMA!!" teriakku.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur, mulai memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan diriku sebenarnya.

"Aina, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku pada diri sendiri yang masih sangat bingung.

"apa aku tidur lagi, agar aku bisa terbangun didunia nyata? Tapi kenapa semua ini terasa sangat nyata?"

Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan dalam pikiranku, masih menjadi tanda tanya besar kenapa aku masih disini, dan kenapa semua terasa sangat-sangat nyata untukku.

"besok kuliah? apa yang sebenarnya terjadi…" ucapku pelan dan langsung tertidur lelap.