Demi keselamatan ayahnya, ia rela menjual hal yang paling berharga dalam hidupnya. Menjual keperawanannya yang selama ini ia selalu jaga. Tak di sangka, ternyata malam itu akan mengubah judulnya untuk kedepannya. Niken terjerat oleh cinta tuan Kenzo yang telah membeli Kesuciannya itu.
Di sebuah hotel berbintang tinggi. Ada seorang gadis yang sedang berusaha menyelinap masuk kedalam hotel tersebut, tetapi yang lebih pastinya bukan hotelnya. Tapi, kamar hotel yang ia tuju.
"Aku harus berhasil. Jika aku gagal aku tak tau harus bagai mana lagi?" ujar Niken dengan terus saja berjalan ke arah hotel ternama tersebut.
Dirinya berencana untuk menyelinap masuk kedalam kamar seorang lelaki yang sangat berpengaruh di kota itu, bahkan di negara itu.
"Maaf, Nona. Anda ingin kemana?" tanya pengawal yang ada di sana.
"Em, saya ingin masuk, Pak. Soalnya saya pegawai di sini!" ujar Niken dengan wajah yang di buat biasa saja, padahal di dalam hatinya dirinya sangat takut jika dirinya tertangkap oleh pengawal tersebut.
"Baik lah. Kami kira anda orang asing, silahkan masuk!" Pengawal itu mengijinkan Niken untuk masuk kedalam wilayah kamar presidens tersebut.
"Untung lah aku bisa lolos dari mereka, aku harus segera cari dimana letak kamar Tuan Kenzo!" Niken kesana kemari mencari nomor kamar yang ia sudah dapatkan."
Tiba-tiba ada seorang pelayan hotel yang membawa meja roda yang di atasnya sudah penuh dengan minuman.
"Eh, kamu mau kemana?" Niken menghampiri pelayan tersebut.
"Saya ingin mengantarkan ini ke kamar Tuan Kenzo," jawab pelayan itu
"Biarkan aku saja, kamu balik saja sana!" Niken mengambil alih roda tersebut.
"Tapi," ucap pelayan itu.
"Tak apa, saya juga pegawai di sini. Tolong bukakan pintunya!" perintah Niken, karena sebenarnya dia tidak tau dimana letak pintu kamar Kenzo yang sebenarnya.
"Silahkan masuk, tapi, kamu harus ingat! Tuan Kenzo paling tidak suka jika kita banyak bicara," peringatan pelayan itu.
"Iya. Terimakasih," Niken mendorong meja itu dan masuk kedalam kamar yang bernuansakan presidensiil.
"Selamat malam, Tuan." Niken menyapa Kenzo yang sedang sibuk dengan leptopnya.
Diam diam Niken memasukan sesuatu kedalam minuman Kenzo.
Kenzo sedari tadi tidak melirik sedikit pun kepada Niken, ia masih sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Niken menuangkan minuman ke dalam gelas dan memberikan kepada Kenzo, tetapi Kenzo menerimanya tanpa menoleh.
Niken menatap wajah dan tubuh Kenzo tanpa berkedip. Kenzo memiliki postur tubuh yang tegap dan gagah. Wajahnya yang memiliki rahang yang tegas, hidung yang mancung dan bibir yang sedikit tebal serta halis yang lebat serta mata yang memiliki sorot yang tajam. Barang siapa yang melihatnya sekali pasti mereka akan jatuh cinta kepada Kenzo.
Niken memberikan gelas yang sudah ia racik ke hadapan kenzo.
"Maaf, Tuan, ini minumannya. Silahkan di cicipi!" Sambil menundukan kepalanya.
Dengan mata yang terus pokus ke layar leptop, Kenzo mengambil gelas yang di berikan oleh Niken.
Di dalam hati Niken, ia bersorak gembira. Karena rencananya sebentar lagi akan berhasil. Meski di dalam hati yang paling dalam, Niken merasa takut.
"Semoga Tuan Kenzo tidak tau ada sesuatu di dalam minumannya. Jika saja Tuan Kenzo tau, bisa_bisa aku akan di bunuh olehnya," Niken meremas ujung bajunya sendiri
Beberapa waktu kemudian Kenzo mulai merasa ada yang aneh dengan minuman tersebut. Dirinya meletakan leptop tersebut di atas meja dan beranjak dari duduknya.
Kenzo menatap ke arah Niken dengan tatapan yang sangat tajam.
sambil mencoba melepas dasi yang melilit di lehernya.
"Apa yang telah kamu berikan kedalam minuman itu?" tanya Kenzo sambil berjalan mendekati Niken.
"Saya, saya tidak memasukan apa-apa, Tuan!" Niken memundurkan langkahnya selangkah.
"Jangan bohong! Apa yang kamu masukan kedalam Minuman ini?" Kenzo memperlihatkan minuman yang ia pegang.
"Tidak, Tuan. Saya tidak memasukan apa-apa kedalam sana." Niken merasa takut dengan tatapan mata kenzo yang tajam.
"Kalu memang kamu tidak memberikan apa apa kedalam minuman ini. Silahkan kamu meminumnya!" Kenzo menyodorkan gelas tersebut. Niken hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Ayo! Apa susahnya, kamu tinggal minum saja minuman ini."
"Tidak, Tuan. Saya tidak bisa." Niken merasa takut.
Kenzo mendekati Niken dan menarik tangannya dan menggenggam leher Niken.
"Minum! Jika kamu tak minum, akan saya bunuh kamu sekarang juga!" ancaman Kenzo dengan wajah yang sudah memerah.
Niken sudah tak punya pilihan, iya harus meminum minuman itu.
Dengan wajah yang mulai pucat dan detak jantung yang berdetak kencang. Niken nekat mengambil gelas itu.
Dengan terpaksa Niken meminum minuman itu hingga dirinya terbatuk-batuk.
"Bagaimana. Enak bukan?" Kenzo mengusap bibir Niken.
Niken bergetar karena merasa sangat takut dengan tatapan yang di berikan oleh kenzo
Niken memiliki tubuh yang mungil. Dengan wajah yang cantik dan imut, dirinya memiliki tubuh dan wajah yang selama ini di inginkan oleh sebagian wanita.
"Tuan, tolong. Lepaskan saya!" Niken berusaha melepaskan tangan Kenzo yang ada di belakang lehernya,"
"Kenapa? Bukannya ini yang kamu mau. Kamu mau ini kan, kamu mau aku sentuh kan?" Kenzo mendekati wajah nya ke arah wajah Niken.
Niken memejamkan matanya karena takut, jika bukan karena ayahnya ia tak ingin berada di sana.
Lama kelamaan tubuh Niken menjadi tidak enak, dirinya merasa panas dan gerah.
Kenzo memperhatikan niken dari dekat dengan senyuman yang mengerikan.
"Ah. Panas, Tuan tolong saya, panas!" Niken berusaha membuka pakaiannya.
"Oke, sayang. Karena kamu yang menginginkan biar akan aku membuat mu mendapatkan kenikmatan yang sesungguhnya," Kenzo mengangkat tubuh Niken dan meletakkannya di atas tempat tidur.
"Jangan salahkan aku, karena kamu yang memulai dulu gadis cantik,"
Dan terjadilah hal yang tak seharusnya terjadi.
Tubuh Niken sudah seperti boneka yang hanya bisa pasrah saat Kenzo memainkan tubuhnya, bahkan ia malah menikmati permainan yang di buat oleh Kenzo.
Malam itu menjadi malam panjang bagi Niken dan Kenzo dan malam ini juga lah yang akan menentukan masa depan Niken.
meski awalnya sungguh sulit untuk menjebol pertahanan dari Niken, tapi. Karena kegagahan Kenzo, akhirnya Kenzo berhasil menerobos penghalang itu.
Sedangkan di rumah sakit.
"Bagaimana? Apakah Kaka kamu sudah ada kabarnya Dek?"
"Belum Bi, Kaka sedari tadi belum ada kabarnya. Nomornya tidak aktif!" ucap Dion adiknya Niken.
"Bagaimana ini Dion, ayah kamu harus segera di operasi. Jika terlambat ayah kamu akan tak tertolong!" ucap Bibi resah.
"Bi, Dion juga tidak tau harus bagaimana, nanti kita tunggu sampai besok saja Bi. Dion percaya jika Ka Niken pasti akan datang dengan membawa uang untuk ayah,"
"Iya Dion, Bibi juga percaya sama Kaka kamu,"
Niken memiliki seorang adik yang bernama Dion dan seorang ayah yang bernama jaya, dan seorang bibi, ah bukan bibi yang tepatnya adalah istri kedua ayahnya. Ya itu adik ibunya sendiri. Ibunya Niken telah lama meninggal setelah melahirkan Dion.
Sedari kecil Niken dan Dion di asuh oleh bibinya tersebut. Bibinya pun sangat menyayangi mereka berdua, sama seperti menyayangi anak kandungnya sendiri.
hanya Niken lah harapan keluarga itu, karena keluarga itu sudah tidak memiliki apapun untuk di jual.