Setelah tiba di kampus, dan memarkirkan motornya di area mahasiswa, adi kemudian berjalan menuju ke arah gedung 3, Tempat dimana kelasnya berada
Sesuai dengan pengaturan kampus yang ada, mahasiswa di kumpulkan ke dalam kelas masing-masing, kemudian baru berjalan bersama menuju ke aula baru yang disediakan untuk penerimaaan mahasiswa baru
Merasa dia butuh ke kamar kecil, adi kemudian berjalan agak cepat ke kamar mandi, msuk kke dalam dan tak lama suara lega keluar dari mulutnya
"Ya, segerrrrr....akhirnya keluar juga" selesai dan mencuci tangan di wastavel, adi melirik kearah sebelahnya, dimana ada seorang remaja yang tak jauh berbeda dari segi usia dan juga fisik
Hanya saja, pria disampingnya memiliki kulit yang lebih putih dan badan yang sedikit berisi, namun bukan gendut, melihat dari pakaiannya jelas bahwa ia juga adalah mahasiswa baru
"Mahasiswa baru juga bro" tanya adi sambil mencuci tangan
Mendengar panggilan dari sampingnya, Rudi melihat kesamping dan berkata, " iya, lu juga mahasiswa baru?" tanyanya lagi kepada adi
"Yup, sama kayak lu, btw jurusan apa ?" tanya adi lagi setelah menyelesaikan membilas tangannya dan mengelap dengan tisu
"Sastra, lu sendiri?" tanya ya ramah
"Ehhh...kebetulan banget sama, gua juga sastra, kenalin Adi Prakoso" mengulurkan tangan dan membuat perkenalan
"Rudi Angkasa" jawab singkat sambil berkenalan
Kemudian keduannya keluar dari kamar mandi, sambil bercakap -cakap " Lu di kelas berapa di ?" tanya Rudi yang saat ini sudah bergaul baik dengan adi
" 422, lu Rud?" balas adi
"Lah sama....hahah... ga yangka gua kita bakalan sekelas" berkata Rudi senang sambil tertawa
Saat keduannya siap menuju lift untuk naik ke lantai 4, baru mereka sadar bahwa lift yang ada tampak padat, dan harus menunggu lama jadi adi berkata " Naik tangga aja Rudi gimana? kayaknya lama kalo nunggu mah" saran adi kepada Rudi
"ok, gua juga ngerasa lama, tapi pelan-pelan di, lu liat sendiri badan gua" berkata sambil menunjuk ke arah badannya
"Heeheh...masih kurus segitu mah Rudi, woles aja" jawab adi sabil tertawa, jadilah keduannya menaiki tangga menuju lantai 4 dimana kelas mereka berada
Adapun alasan kenapa lift menjadi penuh, karena banyak mahasiswa baru yang masuk secara serentak, sehingga membuat kapasitas lift menjadi cepat penuh
Meski ada 5 lift yang digunakan, namun dengan penerimaan mahasiswa yang mencapai puluhan ribu, itu jelas jumlah yang banyak
Jadi adegan ini yang telah dialami oleh adi dan juga rudi, gedung sastra dimana adi dan rudi belajar, memiliki total 10 lantai, dengan setiap lantai terkecuali lantai satu dimana lobi dan bagian keuangan serta mahasiswa berada
Sisanya adalah fasilitas dan juga kelas yang diperuntukan bagi mahasiswa jurusan satra seperti mereka, berbeda dengan kondisi sastra di dunia adi sebelumnya
Kususnya dinegaranya dulu hidup, sastra bukanlah hal yang terlalu baik dan pengertian untuk masa depan, sedangkan untuk di dunia ini sastra dan budaya tergolong dalam hal yang sangat dihormati dan dihargai
Tentunya ini berimbas pada penghargaan dan masa depan yang lebih baik, apalagi budaya hak cipta karya sangat di junjung tinggi di dunia ini, dan di kerajaan bisa dibilang perlindungan terhadap karya sangatlah dijaga dan penting
Sebab mana dunia damai, maka perlombaan dialihkan kepad aspek lain kehidupan, yaitu baik ekonomi, teknologi, budaya, dan lain-lain menjad ajang bagi para kerajaan dan federasi dalam besaing pegaruh
Sehinga bisa dibilang mereka yang belajar menjadi ilmuan, pengrajian, budayawan, atau sastrawan, sangat dihargai oleh masyarakat dan juga kerajaan
Dan karena salah satu alasan itulah, pendahulu adi yang telah tiada, memilih untuk menempuh urusan ini, karena bakatnya dalam sastra semenjak ia kecil dan lagi ia merasa belajar sastra tidaklah akan terlalu membebani keluargannya dengan pengeluaran yang besar
Karena meski harus membeli banyak buku dan juga karya sebagai bahan pembelajaran, serta datang ke acara diskusi dan pentas seni, semuannya tetap bisa dia lakukan
dalam pengertian, menyesuaikan kantongnya, apalagi banyak komunitas dan juga perkumpulan yang didirikan untuk membantu para satrawan muda dalam mengembangkan bakat dan karirnya, sehingga bisa dikatakan ini adalah keudahan lain yang bisa ia dapatkan
Jadi ia memilih jurusan ini, meski jurusan lain juga baik dan memiliki prospek yang cerah juga, namun kemudian ia merasa jurusan sastra adalah jurusan yang cocok untuk dirinya
Sambil berjalan perlahan menaiki tangga Adi dan juga Rudi akhirnya tiba di lantai 4, lantai dimana ruangan mereka berada " akhirnya sampe juga, lumayan kan Rudi" berkata adi kepada rudi yang saat ini sedikit cepat nafasnya
"ya....hu...huu....huuuuu lumayan banget, aduhhhh kurang olahraga ni gua" jawab rudi kepada adi dengan wajah tak berdaya
" Hahahaah....kapan-kapan kita olahraga bareng rudi" kata adi menjawab sambil berjalan mencari kelas mereka
Tak lama adi berhenti di sebuah ruangan yang dekat dengan tangga, kemudian ia berkata, " sini Rudi, ini kelasnya,belom ada dosen selamat kita" kata adi kepada rudi menghela nafas
Karena mereka berjalan cukup santai di tangga menuju lantai 4 adi sedikit kawatir mereka akan telat, namun jelas karena inisiatifnya mereka menaiki tangga jadi adi tak bisa mengeluh kepada rudi
"Syukur dehhhh.... gua kira kita telat" kata rudi menyusul ke arah adi
Melihat kelas yang sudah mulai ramai, adi bisa melihat ruangan kelas yang mampu menampung 40 orang, kini sudah lebih dari separuh yang terisi
"Yaudah masuk yu,," kata adi mengajak Rudi
"O " jawab Singkat rudi
Saat adi dan rudi masuk ke dalam kelas, nampak mereka menjadi pusat perhatian, dimana pusat perhatian itu tertuju kepada adi leh tepatnya, engan wajah yang tampan dan perawakan yang baik
Ditunjang oleh pakaian dan juga tempramen yang dewasa, jelas adi mencuri pusat perhatian, meski rudijuga bisa dibilang baik tetapi saat ia berdiri bersama adi jelas akan kalah
Merasakan tatapan dari banyak mata, adi hanya menghela nafas di dalam hatinya ( Menjadi muda memang baik) tak ada rasa gerogi dan malu, sebagai seseorang yang memiliki pengalaman dimasa lalu jelas hal seperti ini hanya masalah sepela
Akhirya keduannya memutuskan untuk duduk di depan bagian pojok kelas sebelah kanan, dekat dengan pintu, karena melihat tepa duduk didominasi oleh wanita dan dialami ruangan itu hanya ada satu cowo
Setelah keduannya duduk, kemudian adi menyapa cowo yang ada di sampinnya sambil berkenalan, " kenalin adi, ini rudi " jawab adi singkat dan mengulurkan tangannya
"" Roy " jawab cowo itu dengan senang menjabat tangan adi dan juga rudi
Tak lama ketiganya mengobrol, sebagai cowo mereka dengan mudah menemukan topik untuk pembicaraaan mereka, bersama itu suara langkah kaki terdengar dari luar
Dan sosok dosen perempuan paruh baya dengan tubuh subur masuk ke dalam kelas dan menyapa mereka " Ok semuannya perkenalkan nama ibu Mayang Sari, mulai sekarang ibu akan jadi dosen pembimbing kalian" .