Beberapa bulan ini melihat kedekatan Nara dan Alvin saja sudah membuat Rayhan merasa kesal. Dan hari ini, dia mendengar kabar dari teman-temannya jika Nara sudah berpacaran dengan Alvin. Sebenarnya dia ingin tidak peduli, tapi hatinya berkata lain.
"Gue ga suka sama Nara, Ki. Lo kenapa sih dari tadi ngomongin dia mulu, mau dia jadian sama Alvin, mau sama Lo sekalipun gue juga ga peduli." Kata Rayhan kesal.
Karena sejak mereka datang ke sekolah tadi pagi hingga sekarang jam istirahat, Riki terus membicarakan tentang Nara.
"Lah, gue mah cuma bilang aja, kalo Nara sekarang enak, dia dikasih kepastian sama Alvin. Kenapa Lo kesel? Kalo ga ada rasa ya biasa aja dong." Kata Riki, lalu cowok itu mulai memakan baksonya.
"Gue bukan kesel karena itu, cuma gue kesel aja, Lo dari tadi ngomongin dia mulu, bosen telinga gue dengerinnya."
Riki hanya tertawa pelan. "Sengaja sih gue, buat Lo risih aja."
"Kurang kerjaan Lo!"
---
"Lo serius jadian sama kak Alvin?"
Istirahat hari ini, Nara langsung saja ditodong dengan pertanyaan itu oleh sahabat-sahabatnya.
"Iya guys, gue jadian sama dia." Jawab Nara.
"Akhirnya ya, pendekatan yang lumayan lama membuahkan hasil. Takut banget gue kalo Lo cuma di baperin doang kaya sama Rayhan kemarin." Kata Farah.
"Untungnya sih kak Alvin ga gitu."
"Ceritain dong, Ra. Pas ditembak itu gimana." Desak Tika.
"Malu gue." Pipi Nara sudah berubah menjadi merah.
"Ck, kaya sama siapa aja malu. Ayo dong.." desak Sena.
"Yaudah deh, jadi awalnya tuh, dia ngajak jalan kan malamnya, abis itu...."
Flashback on.
Sesuai ajakan dari Alvin, mereka akan keluar malam ini.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Nara juga sudah siap dengan memakai dress berwarna baby blue. Rambutnya ia biarkan tergerai indah. Dengan make up natural, dia terlihat begitu cantik.
Dia segera turun ke bawah, karena Mamanya tadi sudah memanggilnya, dan mengatakan bahwa Alvin sudah datang.
"Nah itu dia putri lemotnya keluar." Celetuk Mama saat menyadari anaknya melangkah mendekat ke arahnya.
"Ck. Mama gitu banget sih sama Nara." Gerutu Nara.
"Lagian lama banget." Ucap Riska.
"Pa, mama tuh!" Rengek Nara pada Rino, papanya.
"Ck. Udahlah Ma. Udah sana kamu berangkat Ra, kasian Alvin udah nunggu dari tadi." Ucap Rino.
"Yaudah om, tante Alvin izin keluar dulu sama Nara." Ucap Alvin dengan sopan.
"Iya. Hati-hati dan jangan pulang malam-malam." Pesan Rino. Alvin dan Nara mengangguk.
"Cantik banget sih." Puji Alvin setelah mereka masuk ke dalam mobil.
"Biasa aja sih kak." Ucap Nara tersipu.
"Cantik." Ucap Alvin lembut.
"Makasih kak." Alvin mengangguk lalu dia mulai melajukan mobilnya, meninggalkan rumah Nara.
Mobil Alvin terhenti di sebuah restaurant yang cukup mewah.
"Kita mau makan di sini ya kak?" Tanya Nara setelah turun dari mobil.
"Iya." Jawab Alvin singkat.
Mereka naik ke lantai atas restaurant, disana terlihat hanya ada satu meja, mungkin Alvin sengaja memesan satu meja itu hanya untuk dirinya dan Nara.
"Duduk Ra." Ucap Alvin sambil menarikan kursi untuk Nara.
"Makasih."
Tak lama ada beberapa pelayan yang mengantarkan makanan untuk mereka.
"Makan dulu ya." Ucap Alvin tersenyum. Nara hanya mengangguk dan tersenyum.
Setelah makanan mereka habis, Alvin menatap lekat Nara. Sedangkan, Nara yang di tatap hanya mampu menunduk untuk menutupi rasa gugupnya. Dia berpikir apakah ada yang salah dengan wajahnya?
Alvin meraih tangan Nara untuk ia genggam. Dia mengelus lembut punggung tangan Nara.
"Kenapa kok nunduk aja?" Tanya Alvin.
"Kakak sih, natapnya gitu banget. Aku kan jadi malu." Jawab Nara pelan. Alvin terkekeh pelan.
"Ra." Panggil Alvin lembut.
"Hm." Sahut Nara. Dia hanya mampu menjawab dengan gumaman.
"I love you." Ucap Alvin sangat lembut.
Nara mengerjapkan mata nya berkali-kali. Dia tidak percaya dengan apa yang di ungkapkan Alvin baru saja.
"Aku sayang sama kamu, Ra. Aku ga tau ini terlalu cepat atau bahkan terlalu lama buat aku ngomong, dua bulan ini menurut aku udah cukup buat kita saling kenal. Aku mau kita lebih saling mengenal lagi, tapi dengan status yang berbeda. Kamu mau kan jadi pacar aku?" Ungkap Alvin masih dengan menatap mata Nara.
"Kak, apa ini gak terlalu cepat? Maksud aku, dua bulan ini, kakak belum tentu udah tau sifat aku."
"Cinta datang karena terbiasa kan? Seiring berjalan nya waktu, aku ngerasa nyaman sama kamu, aku juga sayang sama kamu. Soal sifat itu, nanti kita bisa lebih kenal setelah pacaran, pelan-pelan aja." Jawab Alvin lembut.
Nara menatap dalam manik mata Alvin, dia bisa menemukan ketulusan di mata laki-laki itu.
"Kamu mau kan? Kalo gak mau juga gak papa kok, aku gak maksa." Ucap Alvin seraya tersenyum tipis.
"Aku cuma takut di sakitin kak." Ucap Nara pelan.
"Aku juga gak bisa janji untuk gak nyakitin kamu, tapi sebisa mungkin aku akan selalu buat kamu bahagia. Kalo aku salah, tegur aku Ra, kalo aku emang udah gak bisa di ingetin, kamu boleh... tinggalin aku." Ucap Alvin.
"Mau kan?" Tanya Alvin lagi.
Nara tersenyum dan mengangguk.
"Jawab Ra!"
"Iya kak, aku mau." Ucap Nara. Setelah mendengar jawaban dari Nara, Alvin semakin melebarkan senyumnya.
"Aku sayang kamu Ra."
"Aku juga sayang kakak."
"Aku siapa kamu sih?" Pertanyaan Alvin, membuat Nara bingung.
"Pacar kan?" Jawab Nara malu-malu.
"Kalo aku pacar kamu, jangan manggil kakak dong, sayang. Berasa adik kakak aja." Ucap Alvin.
Pipi Nara memanas saat mendengar Alvin memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
"Terus aku harus manggil apa?"
"Panggil Alvin aja. Atau panggil sayang gitu juga boleh." Ucap Alvin sambil menaik turunkan alisnya.
"Di panggil abang mau gak?" Tanya Nara sambil tertawa.
"Emang kamu pikir aku abang tukang bakso." jawab Alvin kesal. Nara tertawa melihat wajah kesal Alvin
Flashback end.
"Jadi gitu..." Kata Nara setelah menjelaskan.
"Ih, gue kok iri yaa. Emang sih lebih heboh cowok gue kalo nembak, tapi ga tau kenapa gue ikutan seneng gitu, kaya iri aja." Kata Sena.
"Berarti Lo udah move on dari Rayhan?" Tanya Farah.
Nara mengangguk, "Emang seharusnya gue lupain dia kan? Lagian gue juga ga akan memulai suatu hubungan kalo dihati gue masih ada orang lain."
"Bagus, itu baru temen gue."
"Enak dong sekarang, kalo mau apa-apa udah punya pacar. Mana orang dalam sekolah lagi, jangan dijadiin kesempatan buat bolos Lo!" Kata Risna.
"Mana ada gue bolos, gue bolos juga sama kalian ya!" Kata Nara tak terima.
"Ya ya ya, baru jadian mah masih seneng ya. Gatau deh nanti bakalan disakitin. Hahaha..." ucap Devi meledek Nara.
Nara hanya menghela napas saat mendengar ucapan Devi tersebut.
"Ga usah diladenin, tuh orang ga jelas. Sirik pasti." Kata Nanda melirik sinis pada Devi.
"Sebelum masuk kelas gue mau ke toilet dulu deh." Kata Nara sambil berdiri.
"Yaudah kita tunggu di depan kelas aja ya." Nara mengangguk.
"Gue ikut deh Ra ke kamar mandi." Nanda mengikuti langkah Nara.
Lalu mereka menuju kamar mandi cewek.
Nara keluar terlebih dahulu. Dia menunggu Nanda di pintu masuk.
"Punya nyali berapa nih, disuruh jauhin malah jadian."
Nara menoleh ke arah sumber suara. Dan lagi-lagi ada Rayhan disana.
"Lo ngapain sih ada di toilet cewek."
"Ga penting, gue cuma mau tanya, seberapa besar keberanian Lo, gue nyuruh Lo jauhin Alvin, kenapa Lo malah jadian sama dia?!" Tanya Rayhan.
"Suka-suka gue, gue suka sama Alvin, gue jadian sama dia. Dan itu semua ga ada urusannya sama Lo." Jawab Nara.
Rayhan tersenyum sinis. "Gue yakin hubungan Lo, ga akan lama."
"Ga usah doain yang ga baik. Mending Lo pergi dari sini." Kata Nara.
"Oke." Rayhan pergi meninggalkan Nara.
Tak lama setelahnya, Nanda keluar. "Ayo Ra."
Nara mengangguk. Mereka langsung kembali ke kelas.
----