webnovel

PORTA LOKA : Land of 12 Gates

Volume 1: Major Hiroki Kazo, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun, berambut biru perak dan memiliki mata merah seperti batu Ruby. Ia hidup bersama kakaknya Arga dan juga ayahnya di pemukiman kumuh bernama Aras. Kehidupannya biasa saja dan tampak normal sperti anak-anak pada umumnya, walaupun mereka serba kekurangan. Hingga suatu hari kakaknya memberi sebuah buku yang mengisahkan tentang sebuah Negeri dari dimensi lain bernama Porta Loka. Kazo hanya menganggap itu sebagai dongeng biasa. Sampai suatu ketika, seorang gadis berpakaian nyentrik mendatanginya dan mengatakan bahwa Porta Loka itu nyata. Dia adalah seorang Penjelajah Arya. Kazo tidak ingin percaya, sampai sebuah peristiwa besar membuatnya harus percaya bahwa Porta Loka itu nyata. Dan semenjak hari itu, kehidupan Kazo yang normal berubah total. Dirinya harus menghindari kejaran Penjelajah Arya yang terus memburunya atas perintah dari Raja negeri tersebut. Kazo lalu pergi bersama Arga dan ayahnya menuju Porta Loka, mereka dibantu oleh Edward Kyuron, Penjelajah Rania yang selama ini sudah menetap lama di Bumi. Mereka melalui banyak rintangan dan halangan oleh Penjelajah Arya yang terus memburu mereka saat melewati Verittam. Volume 2

Harny_Deidara · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
219 Chs

Chapter 35 : Akhir Perjalanan (Gerbang Donya) Pintu Masuk ke Porta Loka

"Tuan Maori, anda berada di sini," seru Bam sembari menunduk dan menekuk lututnya. Memberi penghormatan pada pria terhormat yang selama ini selalu melindungi Bangsa Rania. Kazo dan Arga saling berpandangan sesaat, namun keduanya segera mengikuti Bam dan membungkuk hormat pada si pria tua. Kazo masih ingat, pria tua inilah yang pernah mendorongnya jatuh ke dalam lubang gelap di alam bawah sadarnya. 

"Aku senang kalian bisa melewati Verittam ini dengan baik meskipun banyak rintangan yang menghadang kalian,"Ain Maori melirik sesaat pada Red Valhi yang masih berlari kencang menembus tembok-tembok labirin."aku juga kagum kalian punya teman yang kuat dan bisa diandalkan." 

Ungkapan itu merujuk pada makhluk buas yang kini sedang mengantar mereka menuju gerbang Porta Loka. Pandangan Ain Maori kini beralih pada sosok anak muda berambut biru yang masih membungkuk di hadapannya. 

"Kita bertemu lagi Kazo, aku harap kau mau memaafkanku atas apa yang kulakukan beberapa waktu lalu padamu. Tapi kita akan membahas itu nanti, sekarang sebaiknya kalian bersiap untuk melewati gerbang Donya yang ada di depan sana." 

Tiga anak muda itu menatap lurus pada lubang cahaya terang yang tinggal berjarak beberapa ratus meter dari tempat mereka berada. Medan yang harus dilalui Red Valhi untuk menuju gerbang itu ternyata cukup sulit karena dipenuhi oleh genangan lumpur yang tampak padat dan dalam. Hal itu membuat pergerakan makhluk petir itu menjadi sedikit lebih lambat. 

"Bam, kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" tanya Ain Maori pada penjelajah berambut merah itu. Anak itu mengangguk mantap lalu segera  mengeluarkan sebuah rantai perak dari sakunya yang terlihat seperti Yellow Amary namun ini berwarna merah. 

"Kazo dan Arga, kalian berdua belum terbiasa melewati gerbang dimensi ini. Karena kalian dianggap sebagai pelarian, aku akan mengirim kalian langsung ke Menara Seiya. Karena kalian sudah terdaftar sebagai peserta ujian, jadi prajurit Loka tidak akan bisa menyentuh kalian."

"Lalu bagaimana dengan Ayah kami?" seru Kazo karena selama ini mereka belum mendengar kabar lebih lanjut tentang keadaan Ayah mereka. 

"Kalian tidak perlu khawatir, Saiga aman berada di tangan penjelajah Rania. Percayalah padaku,"seru Ain Maori saat melihat raut wajah khawatir pada dua kakak beradik itu." Aku hanya ingin berpesan pada kalian. Setelah melewati gerbang Donya, kalian akan mendarat di gerbang darurat yang ada di Menara Seiya. Lalu setelahnya, kalian akan menghadapi semua yang ada di sana dengan kekuatan kalian sendiri." 

Setelahnya pria itu menatap lekat pada mata ruby milik Kazo." Ini semua masih awal perjuanganmu Kazo, perjalananmu masih sangat panjang. Aku akan membiarkanmu menemukan jati dirimu sendiri. Kau akan mempelajari kekuatanmu sendiri, menemukan teman-teman dan menjalani ujian gerbang bersama-sama. Aku mengatakan ini karena aku sangat menghormati kakek mu dan juga kedua orang tuamu. Pertemuan kita memang hanya sebentar, tapi percayalah, Bangsa Rania tidak akan pernah berhenti untuk mempercayai keyakinan yang sudah kami pilih. Jadi jangan pernah berhenti untuk yakin pada dirimu sendiri, Kazo."

Anak itu menatap tajam dan mengangguk mantap. Tentu saja Kazo memiliki keraguan sebelumnya, namun kini ia telah membuang jauh rasa ragu itu. Dia tidak akan kalah dengan rasa ragu yang mungkin bisa menyesatkannya suatu saat nanti. Karena sekarang begitu banyak orang yang menaruh harapan padanya, meskipun dirinya tidak berjanji tapi dia akan berusaha.

Pria tua itu mengangguk pelan, lalu mengeluarkan tongkat putih dari balik jubahnya. Empat orang yang masih berada di atas tubuh Red Valhi menatap pada lubang cahaya yang hanya berjarak sekitar tiga ratus meter dari tempat mereka. Kazo, Arga dan Bam saling menatap satu sama lain, tiga anak itu tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya, termasuk Bam.

BLEDAR!

Tiba-tiba saja sebuah ledakan besar menghantam area labirin di belakang mereka, diikuti oleh dengan gelombang dahsyat yang menyapu hingga membuat permukaan tanah di bawah mereka ikut retak dan terhempas hingga ke seluruh penjuru. 

Empat orang yang masih berada di atas tubuh Red Valhi tidak bisa berbuat apapun ketika tubuh mereka terlempar ke udara bersama dengan seluruh isi labirin di sana. Bahkan tubuh Red Valhi yang sebesar itu juga ikut terlempar ke udara akibat gelombang dahsyat yang menghantam tempat mereka secara tiba-tiba. 

"Kalian tetap bersiaplah, jangan terpengaruh dengan apapun yang terjadi," seru Tuan Maori seraya tubuhnya memijak pada bongkahan tanah besar yang melayang.

"Apa yang terjadi?" teriak Kazo. 

"Arion dan penjelajah Arya berhasil mengejar," sahut Bam. 

Ketiga anak muda itu mencoba menyeimbangkan tubuh mereka. Arga dengan sigap langsung menggunakan pusaran elemen anginnya dan membentuk sebuah ruang kosong di udara. Anak berambut hitam itu segera melakukan hal yang sama pada Kazo dan Bam yang masih berusaha untuk menahan laju tubuhnya sebelum mereka benar-benar terlempar lebih jauh lagi. 

Jarak Gerbang Donya tinggal seratus meter lagi. Tuan Maori berdiri di hadapan mereka sembari menjulurkan tongkatnya yang ternyata bisa memanjang ke arah pintu gerbang masuk. 

Saat itu dari arah belakang terdengar teriakan yang menggema. Kazo menoleh dan melihat bayangan sosok pria bertubuh besar sekali dengan jubah hitam panjang. Di tangannya membawa sebuah senjata seperti Trisula besar yang panjangnya hampir menyamai tubuh pemiliknya. Kazo menatap nanar pada pria yang terlihat begitu kuat dan sangat mengintimidasi, terlebih saat anak itu menatap pada kilatan mata yang menghujam penuh kemarahan. 

"Fokus Kazo!" 

Teriakan Tuan Maori membuat Kazo kembali tersadar. Pria berjanggut panjang itu tiba-tiba saja sudah berada tepat di belakangnya. Di depan sana, Kazo melihat Gerbang Donya perlahan tertarik dan terbuka secara perlahan, sangat lambat seolah gerbang itu sangat berat. Padahal Kazo hanya melihat sebuah lubang cahaya terang dengan semburat gelap bergaris di tengahnya saat gerbang itu terbuka. 

"Bamberda, lempar kuncinya!"

Tanpa banyak bertanya, penjelajah Rania bermambut merah itu segera meloncat ke arah Gerbang Donya yang hanya berjarak sekitar lima puluh meter lagi. Anak itu membuat pergerakan pada tangannya lalu melempar rantai perak yang diketahui Kazo sebagai Yellow Amary. Ternyata benda itu tidak hanya digunakan untuk menuntun para penjelajah melalui Verittam, tapi rantainya juga digunakan untuk membuka Gerbang Donya. 

Bunyi dengingan dan geledak pintu yang terbuka terdengar begitu menggema kasar. Semburat garis gelap di tengah lubang cahaya itu semakin tertarik dan menampakkan sebuah ruang gelap dibaliknya. Lagi-lagi sebuah lubang gelap yang entah akan membawa mereka sampai ke mana. Kazo merasa belum terbiasa, bahkan dengan mengingatnya saja sudah membuat perutnya mual dan mulas.

Namun sepertinya dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Karena tanpa aba-aba dan peringatan, Tuan Maori yang sejak tadi berada di belakang melakukan sesuatu dengan tongkatnya yang langsung membuat tubuh Kazo, disusul Arga dan Bam terlempar dengan kecepatan tinggi menembus lubang gelap yang terbentuk di Gerbang Donya. 

Bersamaan dengan itu, Arion dan pasukannya kembali melemparkan serangan gelombang dahsyat yang menghantam kasar ke seluruh penjuru pintu masuk gerbang. Namun terlambat, gerbang itu kini sudah kembali tertutup rapat. Menyisakan cahaya terang yang semakin lama semakin memudar. Kazo, Arga dan juga Bam sudah berhasil memasuki gerbang masuk menuju Porta Loka. 

Tugas Ain Maori untuk memastikan Kazo berhasil melewati gerbang itu sudah selesai. Dan sekarang, pria berjanggut itu tidak punya pilihan selain ia harus menghadapi kemarahan Arion yang sepertinya sudah sampai pada batasnya. Salah satu sosok terkuat yang kekuatan dan jati dirinya begitu melegenda di Porta Loka. Jelas Ain Maori tidak akan meremehkan Ragirri Ju Arion meski dirinya juga memiliki kekuatan yang seimbang. 

Saat itu, beberapa bayangan terlihat meloncat dari balik tembok-tembok labirin yang masih tersisa di sana. Sosok itu meloncat cepat dan sigap sembari menghindari benda-benda yang berterbangan akibat serangan milik Arion. Sosok itu adalah Alauda Starla, Ener Alsaki, Edward Kyuron dan juga sosok Ain Maori yang asli. Karena selama ini yang berada di dalam tubuh putranya itu hanya sebagian dari dirinya saja. 

Empat orang itu bergabung pada sosok Ain Naoki yang sudah kembali berubah dalam wujud aslinya. Ternyata para penjelajah Rania yang lain selama ini menunggu dan bersembunyi di sekitar tembok labirin hingga Tuan Maori berhasil mengantar Kazo dan yang lain melewati Gerbang Donya. 

Dan sekarang, pertempuran para penjelajah dari dua kubu yang berbeda itu baru akan dimulai. Pertumpahan darah sengit sepertinya tidak akan terelakkan, Bangsa Rania dan Arya selalu bermusuhan sejak dulu. Dan mungkin inilah sebuah moment penting yang sudah mereka tunggu selama ini.