Anak-anak mengikuti langkah Pramono dari belakang. Sedangkan yang membawa sepedanya, hanya dituntun saja. Seperti Ayub dan Diyon serta Wawan. Walaupun yang balapan adalah Laila, Wawan tetap yang punya sepedanya. Ia kini tahu kalau sepedanya sekalipun, bisa menjadi juara lomba. Ini bukan karena sepedanya. Tapi memang karena Laila yang jago bersepeda.
"Kak Laila, kami mengaku kalau Kakak masih belum terkalahkan sampai detik ini. Tapi suatu hari nanti, aku yang akan mengalahkan kecepatanmu!" tukas Ayub bersungguh-sungguh pada Laila.
"Iya, Ayub. Kamu pasti bisa, lah. Kamu kan anak laki-laki. Jadi kalau mengalahkan aku ya pasti bisa. Mungkin nanti kemampuanku menurun juga. Kalaupun Wawan mau, dia juga pasti akan mengalahkanku. Bukankah benar, Wawan?" Laila menengok ke arahnya Wawan.
"Eh, iya Kak. Aku pasti akan mengalahkanmu suatu hari nanti. Kakak tunggu saja, hiiihh!" Wawan memperlihatkan giginya yang rapih itu. Ia memang ingin menang dengan sepeda miliknya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com