Rion menatap Odette dalam diam hingga beberapa detik kemudian dia berkata, "Aku minta maaf. Aku salah paham."
Mata Odette mengerjap-ngerjap. Dia meragukan pendengarannya sendiri. "K-kau bilang apa tadi?"
Sebelum memberikan tanggapan, Rion lebih dulu mengambil dan menaruh beberapa menu makanan di piringnya.
"Kemarin aku dalam keadaan tidak sadar dan dalam pengaruh sebuah ramuan. Aku harap kau bisa melupakan apa yang terjadi kemarin. Aku tidak sengaja melakukannya," ucapnya dengan nada datar namun terdengar sangat menjengkelkan di telinga Odette karena Rion seolah tidak memiliki rasa bersalah sama sekali. Bahkan Rion seperti menganggap hal yang terjadi kemarin adalah hal sepele.
Odette kembali menatap pria di depannya itu dengan sinis. "Kau pikir ingatan di otak manusia itu seperti data android yang bisa kau simpan dan hapus sesuka hatimu?"
Mendengar kata 'android' Rion yang hendak memasukkan sendok ke dalam mulutnya tiba-tiba menghentikan pergerakan dan menatap Odette dengan satu alis yang sedikit terangkat.
"And ... and apa?" Dia bertanya namun Odette tidak memedulikan pertanyaan Rion.
Wanita berambut cokelat itu terus berbicara dan menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan. "Kau berucap seolah-olah itu adalah hal sepele dan tidak berpikir kalau kejadian itu sangat mengguncang mentalku. Aku mungkin tidak akan pernah bisa melupakan hal itu meskipun aku mau."
"Lalu apa yang kau inginkan?" Rion meletakkan kembali sendok dan garpunya, mencoba untuk fokus kepada wanita di depannya. "Jika aku memberimu uang bukankah itu akan melukai harga dirimu sebagai wanita terhormat karena itu sama seperti aku membayarmu untuk ciuman yang terjadi?"
"Itu benar."
"Lalu apa yang kau inginkan?"
Odette diam. Dia juga sedang berpikir apa yang dia inginkan. Apakah dia ingin menuntut dan menjebloskan pria itu ke penjara? Tetapi tidak terjadi apa-apa di antara mereka, hanya ciuman, dan itu tidak akan menyebabkan kehamilan yang akan menjadi bahan gosip.
Memang sepertinya Odette lebih baik berusaha melupakan kejadian itu dan tidak memperpanjang masalah itu. Lagi pula jika dia melapor, dia hanya akan menjadi bahan perbincangan orang-orang dan Odette sangat tidak menyukai hal itu.
Saat kecil Odette dan ibunya sering menjadi bahan gosip para tetangga. Ibunya disebut wanita jalang dan Odette disebut sebagai anak haram. Hal itu karena ibunya tidak memiliki bukti pernikahan yang bisa ditunjukkan kepada orang-orang bahwa dia telah menikah dan Odette adalah hasil dari pernikahan tersebut.
Odette bahkan tidak tahu seperti apa wajah ayahnya karena sang ibu sama sekali tidak memiliki foto ayahnya.
Sang ibu hanya mengatakan bahwa ayah Odette meninggal saat Odette masih di dalam kandungan. Kadang-kadang Odette merasa kalau ibunya berbohong dan apa yang dikatakan oleh orang-orang tentang Odette adalah anak haram itu benar tetapi Odette tidak pernah menanyakan hal itu karena itu pasti akan melukai hati ibunya dan memperburuk keadaan ibunya yang memiliki gangguan panik.
Hal yang membawa Odette pada profesi psikiater adalah gangguan panik ibunya. Ibunya yang sering mengalami 'panic attack' secara tiba-tiba membuat orang-orang yang kekurangan wawasan menyebut sang ibu gila dan itu sangat menyakiti hati Odette.
Odette ingin ibunya sembuh tetapi dia tidak punya uang untuk membiayai pengobatan ibunya. Untunglah, Tuhan sangat baik.
Tuhan mempertemukan Odette dan sang ibu dengan seseorang yang merupakan anggota dari sebuah yayasan sosial yang membina orang-orang dengan gangguan kejiwaan.
Sang ibu pun dibawa ke panti sosial milik yayasan tersebut.
Ketika yayasan mendatangkan psikiater untuk merawat sang ibu, Odette memperhatikan bagaimana psikiater itu begitu ramah dan memperlakukan ibunya dengan sangat baik.
Orang yang meluangkan waktu dan meminjamkan telinga untuk mendengarkan masalah orang lain lalu berusaha membantu. Itu adalah definisi psikiater yang Odette dapatkan dari memperhatikan psikiater tersebut berinteraksi dengan ibunya dan di saat itulah Odette ingin menjadi seorang psikiater.
Kembali ke saat sekarang.
Odette menghembuskan napas lelah. " Minta maaf," ucapnya. Yah, Odette rasa itulah yang dia inginkan. Dia ingin pria di depannya itu minta maaf. Minta maaf dengan tulus.
"Aku sudah melakukannya."
"Kau tahu arti minta maaf atau tidak? Kau terlihat sama sekali tidak menyesali perbuatanmu," sinis Odette.
Alis Rion berkerut mendengar ucapan Odette.
"Perbuatanku? Kau salah paham. Aku tidak meminta maaf karena yang telah kulakukan tetapi aku minta maaf karena aku telah salah paham," jelas Rion lalu diam-diam melirik Anwen dan Trish yang bersembunyi di balik tembok. "Saat itu aku juga korban," tambahnya.
Odette tidak tahu harus bagaimana mengekspreksikan perasaannya saat mendengar ucapan Rion.
Korban katanya? Huh!
Odette merasa kesal dan ingin tertawa secara bersamaan.
Rion kembali memegang sendoknya dan meminta Odette untuk sarapan. "Kenapa kau tidak makan?" tanyanya saat melihat Odette hanya diam saja.
Odette tidak menjawab. Dia memalingkan wajah.
"Makanan ini tidak ada racunnya." Rion mengunyah dengan tenang.
"Aku tidak percaya kepadamu." Odette masih memalingkan wajah.
"Apa kau masih berpikir kalau aku akan menjualmu?"
"Siapa yang tahu."
"Menurutmu jika aku menjualmu kau akan laku?"
Odette memutar lehernya dengan kaku dan menatap Rion dengan mata melotot. Apa yang baru saja laki-laki ini katakan? Apakah dia sedang mencoba mengatakan bahwa Odette jelek jadi kalau dijual tidak mungkin laku?
Menyebalkan!
Odette mengerucutkan bibirnya.
Sementara itu, sudut bibir Rion berkedut. Dia ingin tersenyum saat melihat ekspresi cemberut Odette tetapi dia menahannya.
Mulut cemberut Odette itu membuat Rion teringat dengan paruh bebek.
"Ahem." Rion kembali menetralkan ekspresinya. "Jika makanan ini sudah diracuni apa menurutmu aku akan memakannnya?"
Odette kembali memalingkan wajah dari Rion. "Aku tidak lapar," katanya ketus tetapi sesaat setelah ia mengatakan hal tersebut. Perutnya mempermalukannya.
Kruuuuk ....
Sial! Kenapa bunyinya keras sekali.
Odette melirik Rion dengan wajah memerah namun pria itu terlihat makan dengan tenang seolah dia tidak mendengar apa-apa. Itu bagus! Kalau begitu Odette tidak perlu merasa malu.
Sekarang apa yang harus dia lakukan? Dia lapar tetapi dia sudah terlanjur menolak. Kalau dia tiba-tiba mengambil makanan maka harga dirinya harus ditaruh di mana?
"Banyak orang di luar sana yang ingin makan tetapi mereka tidak punya makanan," ucap Rion membuat Odette menoleh menatapnya.
Odette tahu bahwa Rion sedang berusaha mengatakan bahwa Odette tidak bersyukur sudah diberi makanan tetapi tidak makan padahal di luar sana banyak orang yang mau makan tetapi mereka tidak punya makanan.
Pria ini pintar menyindir secara halus.
"Ka-karena kau memaksa apa boleh buat." Odette akhirnya mengambil beberapa roti dan lauk-pauk untuk ditaruh di piringnya.
Makanan-makanan tersebut terlihat sangat menggiurkan dan hampir membuat liur Odette menetes.
Kalau Odette tidak salah, sejak kemarin pagi dia tidak makan pantas saja dia merasa sangat lapar.
***
Hah!
Itu adalah hembusan napas kasar yang dihembuskan Anwen. Dia merasa sangat kecewa saat akhirnya dia tahu bahwa kakaknya dan Nona Ody tidak melakukan hal 'itu' sekarang beban berat benar-benar menghimpit dada Anwen.
Dia dengan tidak semangat berbalik dan berjalan layu menyusuri lorong.
Trish yang melihat gadis itu begitu sedih menatap prihatin. Dia sebenarnya ingin menyusul gadis itu tetapi dia harus selalu mengawasi rajanya yang setiap waktu bisa kambuh dan saat sang raja kambuh, Trish harus ada di sana untuk memastikan sang raja tidak melukai orang lain, melukai dirinya sendiri atau melakukan hal-hal yang akan mempermalukan dirinya sendiri.
.
.
.
__________________
Dari penulis: panic attack adalah kemunculan rasa takut yang berlebihan secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Panic attack bisa terjadi kapanpun baik saat sedang beraktvitas maupun sedang beristirahat.