webnovel

My New Neighbour

Pernah bayangin gimana rasanya hidup bertetangga bersama mantan disaat kita sudah berkeluarga? Move on masih mungkin, tapi rasa didalam hati siapa yang tahu.. Lena harus berjuang mempertahankan rumah tangganya ketika Aris mantannya dulu pindah sebagai tetangga barunya di apartemen. "Bisa kalian bayangin 17 tahun menghilang dan kini dia menjadi tetangga baruku? Rasanya benar-benar nano-nano. Salting iya.. Baper iya.. Gak enak juga iya.. Jujur.. rasa bersalah dan penyesalan itu masih ada.." Lena Wijayanti Selamat datang didunia rasa yang membolak-balikkan hati! ***Awas Zona Baper Sebaiknya dibaca oleh kalian yang telah memiliki pasangan

Queen_BC · Urban
Zu wenig Bewertungen
254 Chs

Untuk Kalian..

Dear readers.. Maaf sebelumnya sudah tidak pernah update lagi. Papa meninggal hari jum'at kemarin tgl 25 September 2020 karena radang paru akibat covid-19 dan author juga saat ini terconfirm covid, jadi saat ini author sedang menjalani isolasi mandiri dirumah. Kalian semua jaga diri dan keluarga kalian, jangan sampai terkena virus covid ini ya.

Gak enak rasanya menjauh dari orang-orang terdekat kita dan kita sayangi. Meskipun berada dilingkungan yang sama, tetapi tetap saja kapasitas waktu untuk kita bertemu sedikit. Aku udah coba ke IGD beberapa Rumah Sakit tapi ditolak dengan alasan aku pasien tanpa gejala. Jadi di wilayahku itu, Rumah Sakit dan semua fasilitas untuk pasien covid dikhususkan untuk mereka yang bergejala sedang sampai berat. Khusus orang-orang tanpa gejala seperti aku hanya diperbolehkan isolasi sendiri dirumah dengan pemantauan orang-orang dari puskesmas/dinkes.

Bukannya aku tanpa gejala awalnya, tapi aku sempat kehilangan indera perasa dan penciumanku sehari sebelum Papa masuk ruang isolasi (yang mana kita sama sekali gak bisa ketemu sama beliau diruangan itu).

Aku sedih.. aku terlambat menyadari kalau Papa udah terpapar virus ini karena Papa gak pernah mengeluh tentang dadanya yang sesak atau gejala-gejala lain yang menunjukkan Papa sudah terjangkit virus covid-19 ini. Pas tahu kondisi Papa makin memburuk, aku langsung bawa Papa buat cek lab dan segala macamnya, tapi dari hasil rapidnya Papa juga negatif. Baru di malam senin, saat aku cek oximeter kadar oksigen dalam darah Papa itu rendah sekitar 89-91, aku langsung bawa Papa ke IGD. Dan disitu baru Papa dicurigai terkena virus ini. Sayangnya pada saat itu ruangan isolasi penuh, terpaksa Papa sementara waktu di rawat inap di IGD. Aku sempat merasa beruntung karena saat di IGD masih bisa ketemu, bahkan sampai nungguin Papa disana. Dan begitu dapat kabar kalau ada ruangan isolasi yang kosong, Papa langsung dipindah.. dari situ aku langsung ngedrop. Badanku panas, lemes, dan langsung muncul semua-semua gejala termasuk hilang indera perasa dan penciumanku.

Semenjak sakit Papa itu jadi susah buat makan. Ditambah keseharian Papa memang agak sedikit pemilih terhadap makanan. Aku sempat khawatir Papa untuk pertama kali masuk ruangan isolasi. Kondisi diruangan itu, kita harus survive sendiri kalau mau sembuh.. karena gak semua perawat atau dokter disana hanya memperhatikan satu-satu pasien (keluarga kita saja). Kondisinya saat itu ada 36 pasien dan perawatnya hanya 3 - 4 dengan 1 atau 2 dokter jaga. Dan kalau mau kirim makanan juga, gak bisa detik itu juga langsung diantar ke pasien. Misal aku kirim makanan ke Papa jam setengah 6 atau 7 pagi, tapi nanti sampai ke tempat Papa bisa jam 8, 9, atau bahkan jam 10.. tergantung kapan perawat itu keluar dan ngambil makanan itu saat dia lagi gak sibuk. Memang gak bisa disalahkan kondisinya karena memang seperti itulah situasinya disana.

Aku cerita cuma mau sharing gimana gak enaknya kalau kita sudah terkena virus ini, apalagi sampai masuk ruang isolasi di Rumah Sakit. Semoga dari readers semua atau keluarganya gak ada yang sampai terpapar virus covid-19 ini😇

Hari senin kemungkinan aku bakalan di swab lagi, doain semoga hasilnya bisa berubah jadi negatif ya..🙏

Dan untuk orang-orang yang merasa terabaikan dan jarang aku angkat telpon atau balas chatnya, mohon pengertiannya.. karena kita disini diharuskan benar-benar bed rest total (makan, minum obat dan vitamin, terus tidur.. tapi kayaknya keseringan tidurnya deh.. soalnya efek dari sesudah kita minum obat itu tuh bawaannya ngantuk terus..😅)

Dari sini aku belajar satu hal, kalau kita tuh gak bisa seenaknya menghubungi orang yang lagi sakit. Kita juga harus ngertiin juga kondisi mereka. Seperti saat Papa masuk ruang isolasi, kita selalu khawatir kondisi beliau, pengen tiap jam, tiap menit, tiap detik hubungi beliau buat nanyain perkembangan kondisi kesehatannya, sedangkan disana mungkin kondisi beliau juga sedang tidak memungkinkan untuk menjawab panggilan dari kita atau hanya sekedar buat ngasih kabar ke kita.

Keluarga boleh khawatir atau peduli, tetapi perlu diingat pasien juga butuh istirahat buat memulihkan stamina fisik tubuhnya. Jadi, kalau ngobrol ditelpon atau videocall jangan lama-lama ya sama pasien. Kasihan mereka.. mereka butuh banyak istirahat..

Semangat buat para pejuang covid, baik itu pasien, tenaga medis, atau pihak-pihak lain yang turut terlibat dalam proses penanganannya!! Semoga masalah covid ini cepat berakhir dan kita semua dapat menjalani kehidupan normal kita seperti biasanya🙏😇

Makasih juga buat para readersku yang masih setia nungguin kelanjutan cerita ini. Semoga gak lama lagi authornya bisa cepet pulih dan lanjutin lagi cerita ini.. Mohon maaf sebelumnya udah ngegantungin kalian lama banget.. 🙏