245 Penolakan (2)

Saat itu Ryan yang gelisah, dia memilih untuk pergi meninggalkanku. Dia kembali ke apartemen untuk mengambil mobilnya dan segera pergi meninggalkan kawasan itu. Dalam keadaan bimbang, dia menyetir tanpa arah dan tujuan, hingga tiba-tiba handphonenya berdering dan itu panggilan dari "Bigboss" (Ayahnya).

"Cepat pulang sebelum aku mengeluarkanmu dari daftar keluarga!" ucap Ayahnya marah

Ryan yang panik, dia kemudian segera melajukan mobilnya menuju kekediamannya. Dan setibanya dia disana,

*Buugg.. Buuggg.. (suara tongkat Ayah Ryan yang memukulnya)

Dari arah dalam, tiba-tiba Mama muncul

"Sudah Pa.. Sudahh.. Jangan pukul Ryan lagi.." ucap Mama sambil memeluknya (berusaha melindunginya)

"Sekali lagi kau buat Ibumu menangis, maka kau akan tahu akibatnya.."

"Dasar anak tidak berguna!! Selalu menyusahkan orang tua.." ucap Ayah Ryan kesal sambil membanting tongkat yang digunakannya untuk memukul Ryan tadi

Ryan hanya tertunduk diam, tidak menjawab sepatah katapun perkataan Ayahnya. Kemudian Mama membawa Ryan menuju kamarnya.

Dan setelah mendudukan Ryan diatas kasur

"Maafin Mama Ryan.. Mama gak tahu kalau Papamu begitu emosi. Sakit ya?" tanya Mama sambil memegangi bagian tubuh Ryan yang terkena pukulan tadi

Saat itu, tiba-tiba perhatian Mama teralihkan oleh kondisi Ryan yang saat itu terlihat kacau. Ada beberapa luka diwajahnya akibat berkelahi dengan Aris.

"Ryan.. Kamu kenapa? Kamu abis berkelahi, hah?" tanya Mama heboh sembari memegang wajahnya

Ryan yang saat itu sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja memilih untuk menepis tangan Mama.

"Ma, Ryan capek. Bisa tolong tinggalin Ryan sebentar.. Ryan mau istirahat.."

"Kamu gak apa-apa? Kamu habis berantem sama siapa?"

"Ma, please.." ucap Ryan sambil tiba-tiba mengeluarkan air matanya

Akhirnya Mama pun memilih pergi menuruti keinginannya.

Kemudian ditempat lain,

"Papa seharusnya tidak memukul Ryan seperti tadi. Dia sudah dewasa. Tidak seharusnya dia mendapatkan perlakuan seperti itu.." ucap Mama protes

"Tapi dia telah berbuat kurang ajar padamu.."

"Itu bukan salah Ryan.. "

"Lalu.. Lena?"

"Bukan.. tapi mantan pacar Ryan dulu, Shina.."

"Dia masih berhubungan dengan perempuan itu?" tanya Ayah Ryan tidak senang

Mama menggeleng saraya menjawab tidak tahu.

"Tadi Ibu menemuinya karena ingin memastikan sesuatu mengenai Lena. Tidak disangka situasinya berubah.. dia kemudian menyudutkan Ibu, lalu membuat Ryan emosi dan berpihak padanya.."

"Bukannya Ibu bilang Ryan ingin kembali rujuk dengan Lena? Kenapa dia tiba-tiba berpihak pada perempuan itu?"

"Entahlah.. Ibu juga tidak tahu bagaimana perasaan Ryan, Pa. Entah dia hanya terobsesi dengan Lena dan masih memiliki perasaan pada perempuan itu atau sebaliknya.. dia memiliki perasaan pada Lena, tapi masih terobsesi dengan perempuan itu.. Yang jelas Ibu tidak suka kalau melihat Ryan menderita akibat situasi ini.."

"Sudahlah Bu, biarkan Ryan bertindak sesuai keinginannya. Tidak usah Ibu ikut campur lagi mengenai urusan mereka. Ibu bisa stress nanti.."

"Tapi Ibu tidak tega melihat kondisi Ryan yang seperti ini. Kasihan Ryan.."

"Lalu mau Ibu apa?"

"Ibu mau Ryan bahagia.."

"Berarti Ibu mau menyetujui rencana Ryan untuk kembali rujuk dengan Lena?"

"Ibu masih belum yakin.."

"Memang apa lagi masalahnya Bu?"

"Lena tidak mencintai Ryan seperti Ryan mencintai Lena. Kasihan dia kalau dia kembali bersama Lena. Dia hanya akan mendapat kekecewaan saja.."

"Bu..?" ucap Ayah Ryan tidak setuju dan bingung

"Aahhh.. sudahlah, Papa tidak akan mengerti. Biar Ibu pikirkan sendiri bagaimana jalan terbaik nanti untuk Ryan.." lalu Mama pun pergi meninggalkan Ayah Ryan sendirian

Sementara ditempat lain, saat itu aku baru saja mendapatkan kabar dari Lucy kalau Shina melakukan upaya percobaan bunuh diri. Aku pun merasa bersalah saat itu.

"Apa ini gara-gara Mas Aris? Aris.. Apa dia sudah mengatakan semuanya pada Shina kalau dia ingin kembali lagi bersamaku?"

Seketika itu, aku pun lalu menghubungi Aris.

"Lena.." ucap Aris senang ketika menjawab telpon dariku

"Mas Aris, apa yang kau lakukan? Apa Mas Aris tahu gara-gara perbuatan Mas Aris, Shina mencoba melakukan bunuh diri?"

"Mas Aris benar-benar keterlaluan.." ucapku marah

"Shina? Loh memangnya Shina kenapa?" tanya Aris terkejut

"Cepat Mas Aris temui Shina sekarang. Lucy bilang Shina mencoba melakukan bunuh diri dengan meminum semua obat penenangnya.."

"Maafkan aku Mas Aris.. sepertinya aku tidak bisa menerimamu kembali. Aku tidak mungkin melakukan hal ini terhadap Shina. Dia sangat mencintaimu.. Dan yang lebih penting dari itu, aku juga telah menerima lamaran Ryan. Tidak mungkin bagiku menjilat ludahku kembali dengan membatalkan semuanya. Aku mencintai Mas Ryan.. sangat mencintainya.. Tidak ada tempat dihatiku untuk menerima perasaanmu kembali. Lebih baik kau singkirkan semua itu dan kembali pada Shina.. Aku sudah tidak mencintaimu.."

Aris, dia hanya terdiam mendengar semua ucapan penolakan dariku.

"Jangan pernah temui aku lagi.." dan aku pun langsung mematikan panggilanku itu pada Aris

Sementara Aris, saat itu dia masih terdiam sambil memegang gagang handphone ditelinganya. Mungkin dia shock dengan apa yang baru saja didengarnya.

Sedangkan aku, saat itu aku benar-benar tidak tahu. Aku sebenarnya tidak enak telah mengatakan itu semua pada Aris. Hatiku merasa gelisah (tidak senang). Tapi mau bagaimana lagi, sepertinya memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Ditambah lagi dengan kondisi Shina saat ini. Aku benar-benar merasa telah berbuat jahat padanya.

Saat itu, aku mencoba kembali menghubungi Ryan, tetapi tetap tidak diangkat.. hingga ketika panggilanku yang ketiga, Ryan akhirnya menjawabnya.

"Mas Ryan maafkan aku.. Aku benar-benar telah berbuat salah padamu. Maaf, kalau kedatanganku ke apartemen Aris waktu itu membuatmu benar-benar kecewa, Mas. Tapi aku tidak melakukan apa-apa dengan Aris diapartemen itu. Sungguh!! Aku hanya mengkhawatirkan kondisinya.. "

"Pak Wawan sebelumnya menghubungiku dan mengatakan bahwa Aris sakit. Tidak, maksudku dia memintaku untuk menghubungi Shina saat itu.. tapi karena aku tahu kau sedang berusaha menenangkan Shina, jadi aku memutuskan untuk datang menemui Aris sendiri.."

"Aku akui, aku memang benar-benar datang karena mengkhawatirkannya. Tapi itu hanya sebatas rasa khawatirku saja Mas, tidak ada maksud lain. Apalagi aku yang berniat untuk kembali lagi bersama sama Aris. Itu semua nggak benar. Kumohon.. Mas Ryan jangan berpikiran macam-macam tentang niatanku itu. Aku tidak ada keinginan untuk kembali lagi dengan Aris. Aku sudah menerima lamaranmu.. Jadi aku hanya ingin kamu yang jadi suamiku, Mas.. bukan Aris atau orang lain.."

Tidak ada sepatah katapun jawaban dari Ryan saat itu, hingga akhirnya

"Mas Ryan kenapa diam saja, Mas? Jawab aku.. Jangan mendiamkanku terus seperti ini.."

"Jadi seperti itu.. Itulah kenapa saat ini kondisi Ryan begitu menyedihkan dengan beberapa bekas luka diwajahnya. Ternyata akibat berkelahi dengan Aris karena dirimu Lena?" ucap Mama tidak senang yang mengagetkanku

"Mama?" aku begitu terkejut bahwa Mama yang menjawab panggilanku itu dan bukan Ryan

"Ma, ini semua salah paham.. Lena mencintai Mas Ryan, bukan Aris.."

"Sebaiknya lupakan niatanmu yang ingin kembali rujuk dengan Ryan, karena sampai kapanpun aku tidak akan memberimu restu Lena.."

"Sebaiknya kau menjauh dari kehidupan Ryan.."

"Tapi Ma.."

*tutt..tuutt..tuuttt.. (Mama langsung menutup panggilan teleponnya)

avataravatar
Next chapter