"Aya dapat sepuluh jahitan." Ujar Cicil menerangkan. Tianpun membulatkan matanya saat melihat sendiri luka itu.
"Sepuluh?!" Pekik Wati terkejut. Dengan sigap Verdi merangkul dan mengusap bahu istrinya dengan lembut, menghantarkan rasa sabar. Pasalnya Wati terlihat ingin melahap Aya hidup-hidup sekarang.
"Ini cuman luka kecil kok." Ucap Aya santai, supaya Tian yang bermuka tegang dan Wati yang histeris bisa tenang.
"Sepuluh jahitan kamu bilang kecil?" Seru Wati lagi sambil mencari tempat untuk duduk. Tak lupa tangannya mengipas-ngipaskan angin, seolah kesal dengan Aya.
"Rambut kamu di potong banyak ya Ya." Ujar Tian sambil memperhatikan luka yang ada di kepala Aya.
"Nanti juga tumbuh lagi." Ucap Aya sembari menunjukkan deretan giginya. Hal itu sontak hampir membuat Wati meledak lagi.
"Bilang ke aku siapa pelakunya, biar aku botakin juga rambutnya?!" Seru Wati lagi, namun langsung mendapat cubitan dari suaminya. Aya terkekeh.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com