Hari ini Aya dan Citra diantar oleh Tian menuju kantor mereka dan sudah sedari Aya turun dari mobil Tian, Citra selalu mengikuti kemanapun langkah Aya pergi. Mulai dari toilet, makan siang, toilet lagi, kecuali saat Wati berada diruangan untuk mengawasi.
Citra punya dua hal yang ingin dikatakannya pada Aya. Pertama, soalnya yang pergi ke klub malam, kedua soal Aya dan Tian pagi ini.
Aya menghembuskan nafas panjang, menoleh pada Citra yang masih membuntutinya sekarang. Aya hanya ingin beli kopi dan camilan untuk rapat di cafe depan.
Aya memberi kasir itu sebuah kartu atm milik perusahaan, setelah itu Aya duduk disalah satu kursi kosong sembari menunggu pesanannya disiapkan. Aya yang tadinya fokus kepada hp kini beralih pada Citra yang sudah duduk dihadapannya.
"Apa sih Cit?"
"Kamu ngapain tidur sama Tian semalem?" Aya memutar bola matanya malas.
"Ya kan cuma tidur dalam arti sesungguhnya. Lagian pas kecil juga udah sering tidur atau mandi bareng."
"Ya tapi beda Aya, kalian sekarang sama-sama dewasa." Aya mengangkat bahunya malas.
"Gue lebih khawatir sama lo tau Cit. Baru sehari jadian lo udah dibuat teler. Ditinggal sendirian lagi."
"Farhan itu baik kok. Sebelas dua belas sama Tian pokoknya." Aya menarik jilbab Citra, gemas sendiri rasanya. Citra buru-buru membenarkan letak jilbabnya.
"Eh gue kenal Tian udah dari dalem kandungan. Udah tahu banget orangnya kayak gimana. Lah Farhan lo kenal cuma kerena dikenalin kan? Belum juga ada dua bulan kenal."
"Iyasih."
"Pokoknya lo harus putusin Farhan, kalau sekali lagi ketahuan sama gue ninggalin lo dalam kondisi kayak semalem atau kondisi buruk lainnya."
"Janji deh. Gue bakal rubah Farhan perlahan."
Aya menggeleng kuat. "Jangan berfikir buat ngerubah dia, kalau dianya aja gak niat. Kamu bukan pahlawan, mending kamu cari yang mau berjuang bareng-bareng sama kamu."
"Aku yakin kok, dia bakal berubah." Aya ingin sekali mengeluarkan otak Citra dan mencucinya dengan pemutih.
"Terserah. Yang penting kalau gak kuat lari." Citra mengangguk patuh.
"Jangan bilang sama Abi soal semalem ya Ya. Aku bilangnya nginep di rumah kamu."
"Iya, tapi kalau kamu ke tempat laknat itu sekali lagi, aku bakal langsung bilang ke Abi." Citra mengacungkan jempol setuju, dengan senyum lebarnya melangkah mengambil pesanan Aya yang sudah siap.
*
Setelah Aya berbicara bersama Citra di kafe tadi siang, Aya tak melihat batang hidung Citra membuntutinya. Saat jam kantor usaipun Aya melihat Citra berlari terbirit-birit, mungkin sudah ditunggu Farhan untuk pulang bersama lagi.
Gak tobat-tobat itu anak.
Aya menekan tombol satu untuk sampai di loby. Lift tidak terlalu penuh membuat Aya leluasa untuk bersandar di belakang.
Aya menscrool hpnya melihat desain gambar yang dibagikan melalui grub pesan singkat. Aya harap untuk proyek kali ini, Wati memilih timnya untuk bertanggung jawab.
Satu notifikasi pesan dari Tian muncul. Aya mendelik kaget saat Tian sedang menunggunya di loby. Aya keluar dengan cepat dari lift saat pintu lift terbuka.
Jika Tian sampai bertemu Citra lagi, mungkin Citra sedang memberi ceramah bersambung sekarang. Telinga Aya sudah pegal mendengar yang tadi pagi.
Aya melihat banyak orang bergerombol di depan meja resepsionis. Siapa lagi jika bukan Tian penyebab keributan ini.
Aya mendekat kearah Tian dengan mimik muka yang mengatakan, ngapain disini?
"Apaan sih. Sok deket banget sama Septian."
Ini yang ditakutkan Aya saat Tian menjemputnya, Aya akan dijadikan bahan gosip sampai ada gosip baru lainnya muncul. Benar-benar sangat lama, belum lagi kemarin Tian sudah menjemputnya, ini berarti dua kali berturut-turut dan doubel gosip.
Tanpa ragu Tian merangkul bahu Aya. "Mau makan dulu?" Aya menggeleng dengan senyuman palsu. Tian menyebalkan, sangat tidak peka dengan kondisi Aya.
*
Aya membanting pintu mobil Tian dengan sangat keras. Sudah Aya bilang Aya tidak mau makan, tapi Tian malah bersikeras memarkirkan mobilnya disebuah restoran.
"Gue mau pulang." Putus Aya cepat hendak pergi mencari taksi, namun Tian jauh lebih kuat menahan tangan Aya untuk tetap berada disini.
"Temenin aku makan."
"Gak mau Yan."
"Kenapa?"
"Cukup dikantor aja gue jadi bahan gosip." Tian bukan lagi seperti pengacara, tapi Tian sudah seperti artis yang selalu disorot hidupnya dan Aya tidak ingin menjadi sorotan karena bersama Tian.
"Kamu gak mau tahu alesan aku pergi ke klub tadi malam?"
"Gak, sama sekali gak mau tau. Itu privasi lo."
"Sejak kapan diantara kita punya privasi?" Ada, buktinya Aya menyembunyikan mimpinya yang baru-baru ini datang dalam tidurnya.
"Lagian ini restoran bintang lima lho Ya." Tian seakan berkata, yakin? Makanannya enak lho, jarang-jarang makan enak.
Aya melangkah memasuki restoran mendahului Tian. Sebenarnya mudah saja bagi Tian untuk booking satu meja, bahkan mungkin satu restoran.
"Eh beneran kosong." Aya menatap sekeliling restoran yang seluruh desainnya sangat mewah. Seluruh meja juga terlihat masih kosong.
Aya dan Tian diantar pramusaji kesebuah meja di lantai dua yang berpemandangan meja-meja di lantai satu serta lampu hias super besar yang menggantung ditengah-tengahnya.
Aya menatap curiga pada Tian. "Lo gak mau ngelamar gue kan?" Tian tersedak oleh air putih yang disediakan pramusaji tadi setelah mendengar pertanyaan Aya.
"Jangan mimpi." Aya cemberut kesal saat Tian menegurnya seperi itu. Kalau bisa Aya juga tidak ingin bermimpi hal yang tidak menyenangkan itu.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Tian membuka layar hpnya dan menunjukkan sebuah foto pada Aya.
Aya menggeser hp itu kembali ke arah Tian. Untuk apa Tian menunjukkan foto wanita yang bersamanya di kamar klub tadi malam? Jangan bilang Tian akan berkata, menurut kamu gimana kalau aku lamar dia disini?
"Masih inget ya." Tian kembali menunjukkan foto lain. Foto saat Farhan bersama wanita yang bukan Citra.
"Itu aku ambil tadi malem." Aya membesarkan gambar itu, benar-benar bukan Citra.
"Semalem itu aku kesana dan aku gak tahu Citra dibawa kesana. Aku cuma mau cari info tentang Farhan, soalnya aku beberapa kali lihat dia disana bareng cewek lain. Aku juga gak mau kalau Citra, temennya temen aku, masuk kejebakan lelaki buaya ini. Jadilah aku ketemu sama narasumber si wanita yang bareng aku dikamar semalam."
"Katanya sih, wanita itu sering tidur bareng Farhan. Jadi aku ikutin dia, tau-tau aku udah disana, gak dapet info malah hampir aja blabas pas kamu gebrak-gebrak pintu." Tambah Tian.
"Terus gimana?"
"Ya gitu, banyak yang bilang Farhan itu pelanggan VIP mereka dan sering banget kesana. Aku takut Citra bakal kenapa-kenapa."
Pembicaraan mereka diinterupsi oleh pramusaji yang datang membawa dua buah piring steak beserta sebotol bir yang terlihat sangat mahal.
Aya berjanji pada dirinya, setelah menikmati makanan lezat ini. Aya akan menyimak dengan baik cerita yang dibawakan Tian. Itadakimasu.
*