Ryushin menampilkan senyum naif dan polosnya seperti biasa. Ia perlahan melepaskan tangan papanya yang mencengkeram rahangnya itu. Meski tak mengadu, tapi ia merasa kesakitan saat Jangjun memegang-pegang luka Ryushin itu.
"Ini bukan apa-apa, Papa. Bukankah pria tangguh selalu memiliki luka di tubuhnya, eum?" ucap Ryushin. Ia masih menampilkan senyum termanisnya saat ini.
Entah kenapa Jangjun begitu kesal melihat wajah Ryushin yang berantakan seperti itu. Ia selalu membanggakan paras putranya yang tampan, dan imut itu. Jadi, Jangjun sedikit risih jika melihat wajah anaknya yang ada noda apalagi luka sebanyak itu.
"Kenapa kau pergi ke sekolahan dalam kondisi seperti itu, Shin?!" Jangjun kembali membentak. Sepertinya, dia melupakan jika kondisi jantung putranya sangat lemah, dan seharusnya tidak bisa menerima bentakan-bentakan semacam ini.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com