webnovel

Lyra and the Heirloom Crystal

Bagaimana jika kau dihadapkan dengan kenyataan tentang apa yang seharusnya hanya menjadi dongeng? Tentang dunia magis penuh dengan misteri. Dan sudah menjadi takdirmu untuk masuk serta menyelesaikan urusan yang pernah ditinggalkan? Percayakah Kau pada kehidupan yang terlihat monoton ini? Apakah di dalamnya juga sesederhana yang terlihat? Malam bagi Lyra tidak lebih dari sebuah penderitaan. Mimpi-mimpi itu kian lama kian menghantuinya, bukan hanya pada malam, tapi juga pagi, sore bahkan setiap hari kilasan mimpi itu terasa begitu nyata. Psikiaternya menyarankan agar Lyra bertindak layaknya remaja normal pada umumnya. Sudah ia lakukan! Namun ketika ia benar-benar mengabaikan semua itu dan berhasil menjadi remaja normal, Lyra dikejutkan oleh sebuah fakta yang mau tak mau harus ia terima. Tentang takdirnya yang harus merebut kembali batu pusaka dari tangan penyihir kegelapan dan keputusannya untuk mengembalikan batu itu pada sang pemilik … atau malah menghancurkannya berkeping-keping hingga legenda tentang batu itu seakan tak pernah ada. Aku Lyra, dan aku percaya kehidupan tidak sesederhana yang terlihat.

LailArahma · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
18 Chs

Giant Dudaim Field 2

~Yang Sebenarnya Terjadi Saat Itu~

Author POV

"Lyra! Lyra!!" teriak Lincoln sambil berlari menghampiri gadis itu.

Lyra tengah bersama dengan pohon-pohon Dudaim yang memberinya buah itu lagi dan lagi.

Lincoln menebas salah satu dahan pohon yang menghalanginya hingga patah. Ia mendekap Lyra yang sudah terkulai lemas.

"Pangeran," panggil Lyra lirih di telinganya. Lincoln yang sudah mengetahui Lyra mabuk, mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu.

"Lyra! Sadarlah!! Kau teler," ujarnya. Namun gadis itu hanya terkikik dengan sesekali cegukan.

"Pangeran~" ujar Lyra sambil melayut manja. Di tangannya masih ada dua buah Dudaim yang belum habis dimakannya. Melihat itu Lincoln melotot.

"Kau sudah makan berapa buah Lyra?!"

Namun seruan itu tak dihiraukan oleh Lyra. Malah ia kini berani menyentuh wajah Lincoln.

"Kau sangat tampan, Pangeran. Apa kau membawaku kembali ke istana untuk menikahiku?" tanya gadis itu.

Lincoln mendesis menahan dirinya. Entah kenapa ia sangat ingin marah, tapi ini semua bukan salah gadis itu, bukan? Justru dialah yang meninggalkan gadis itu tadi.

"Buang buah itu Lyra!!" seru Lincoln lagi dan membuang buah Dudaim yang masih dipegang Lyra. Lincoln segera menarik Lyra untuk pergi dari sana sebelum pohon-pohon dudaim itu menyerangnya.

Namun lagi lagi Lyra membuat ulah. Ia mengalungkan tangannya ke leher Lincoln sehingga Lincoln tidak dapat lari kemana-mana. Sedangkan pohon-pohon itu tampak marah karena tidak ada yang mau memakan buah yang sudah mereka suguhkan.

Lincoln mengeram. Dengan terpaksa ia menggendong Lyra ala bridal style yang membuat gadis itu terkikik senang.

"Apa kau mau menikahiku pangeran tampan?" tanya Lyra seraya merapikan rambut Lincoln dengan tangan kirinya. Lincoln menghindar.

"Jangan coba-coba menyentuh rambutku!" serunya sambil berlari, sesekali menghindar dari dahan pohon dudaim yang mulai menyerangnya.

Pohon pohon itu kini memekik marah, mereka menutup jalan agar Lincoln tidak bisa keluar.

Melihat itu Lincoln langsung mengirimkan pukulan yang membuat dahan-dahan itu patah. Dan itu kesalahan yang besar. Karena setelahnya pohon-pohon itu mulai menangis. Tangisannya sangat memekakkan telinga. Beberapa ada yang langsung menyerang Lincoln dari belakang.

Lincoln yang tak siap itu berhasil ditebas oleh salah satu pohon. Untunglah tebasannya hanya mengenai belakang bajunya hingga robek. Punggung lelaki itu masih baik-baik saja. Ia masih membawa tubuh Lyra dalam pertempuran. Sesekali ia menurunkan Lyra untuk memantrai pohon-pohon itu dengan tongkat sihirnya.

Lincoln tidak bisa berubah menjadi harimau saat ini, karena kalaupun bisa, ia tidak mau Lyra lepas kendali dan memakan buah-buahan itu lagi. Ia harus melindungi gadis naif itu sekaligus menyerang pohon dudaim yang sangat amat marah.

Mereka menyerang Lincoln membabi buta. Mantra pertahanan miliknya pecah dan pohon itu berhasil menebas kakinya. Lincoln terduduk, merasakan perih di kakinya. Namun tak lama ia bangkit mendapati jalan keluar yang mulai terbuka lebar.

Ia berdiri sambil menggendong Lyra, namun pohon itu berhasil membuatnya bertekuk lutut lagi, di tambah Lyra yang kini semakin berani menggerayangi tubuhnya.

"Kita akan menikah~" ujar gadis itu seraya menarik Lincoln. Lyra kini terbaring dengan Lincoln yang berada di atasnya. Tangannya mulai liar meraba tubuh Lincoln. Dengan sigap Lincoln menahan ke dua tangannya agar tidak meraba lebih jauh. Dengan sisa-sisa tenaganya Lincoln bangkit sambil membawa Lyra ke dalam dekapannya.

"Lihatlah! Pohon-pohon ini menari-nari ikut merasa bahagia, Pangeran," ujar Lyra sambil melambai-lambaikan tangannya. Salah satu pohon mendekati Lyra, dengan mudah Lyra memetik buahnya dan memakannya lagi.

Lincoln masih sibuk menyerang pohon yang lain dengan mantranya. Tiba-tiba Lyra kembali mengalungkan ke dua tangannya di leher Lincoln--Yaah, itu masih mending daripada ia menggerayangi tubuhnya.

"Apa kau mencintaiku? Aku sangat mencintaimu," ujar Lyra yang langsung mengecup pipi Lincoln sekilas.

Meski hanya sekilas, itu sudah membuat Lincoln mematung dengan wajah memerah. Ia lengah dan pohon dudaim itu berhasil melempar tongkat sihirnya ke tempat yang tidak bisa ia raih.

Lincoln tidak punya waktu lagi untuk menghindar, alhasil ia menjadikan lengan tangan kirinya sebagai tameng untuk melindungin Lyra. Dengan sekali tebas, lengan tangan kirinya robek dan darah mengalir dengan deras dari luka yang menganga itu.

Lincoln mengeram kesakitan, ketika ia sudah tidak bisa menahannya lagi, ia berbalik sehingga punggungnya yang tak terlindung pakaian itu menjadi sasaran.

Satu kali sayatan Lincoln mengeram kesakitan.

Dua kali sayatan, ia masih bisa menahannya.

Tigaa kali sayatan, ia terduduk dengan masih mendekap Lyra.

Lincoln menatap mata Lyra lamat-lamat.

"Seperti janjiku, aku akan melindungimu hingga batas kekuatan yang aku punya," ujarnya lirih, entah didengar oleh Lyra atau tidak. Lincoln pasrah pada tebasan yang ke lima.

Namun sebelum itu terjadi, seseorang datang dengan sapu terbangnya, memarahi pohon-pohon dudaim itu. Ia menaburkan serbuk berwarna magentha ke setiap pohon, membuat pohon-pohon itu kembali tenang dan menyelamatkan Lincoln serta mengikat Lyra dengan mantra sihirnya agar gadis itu tak berulah.

~Author POV end~

Aku yang melihat kejadian itu dari cermin pembalik waktu hanya bisa ternganga, entah mengapa aku merasa jijik pada diriku sendiri.

"I-itu pasti bukan aku," ujarku menyangkal, tidak percaya bahwa aku melakukan hal sehina itu.

"Terus saja mengelak, kubilang apa, lebih baik kau tak mengetahuinya daripada malu pada dirimu sendiri, dasar keras kepala!" ledek Lincoln.

Aku menoleh padanya untuk balas mengejek namun hal itu kuurungkan karena melihat wajah Lincoln yang sudah semerah tomat. Melihat itu aku hanya diam, aku juga merasakan panas di pipiku. Ah, aku sangat malu atas perbuatanku padanya. Bukan hanya itu, kata-kata terakhir yang ia ucapkan juga membuatku semakin tersipu.

Suasana mendadak hening dan kami berdua merasa canggung. Terlebih ia bisa membaca pikiranku! Ini semakin tidak baik!

"Well, kau sudah mengetahuinya, Nona, dan aku masih punya urusan di ladangku yang lain, aku pergi dulu," ujar wanita tua itu.

"A-aku ikut," ujarku menyusul wanita tua itu, ingin menghindari kecanggungan ini.

funfuct: Dudaim adalah nama lain dari tanaman Mandrake. Dan jika kalian adalah pecinta Harry Potter, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan tanaman ini. Yang menjadikan tanaman ini unik adalah akarnya yang terkadang mengalami pemisahan menjadi 2 cabang/bagian sehingga memberi penampakan seperti tubuh manusia,

Bagaimana? Rasa penasaran kalian sudah terbalaskan bukan?

Tetap nantikan chapter selanjutnya yaa

Creation is hard, cheer me up!

LailArahmacreators' thoughts