webnovel

Lyra and the Heirloom Crystal

Bagaimana jika kau dihadapkan dengan kenyataan tentang apa yang seharusnya hanya menjadi dongeng? Tentang dunia magis penuh dengan misteri. Dan sudah menjadi takdirmu untuk masuk serta menyelesaikan urusan yang pernah ditinggalkan? Percayakah Kau pada kehidupan yang terlihat monoton ini? Apakah di dalamnya juga sesederhana yang terlihat? Malam bagi Lyra tidak lebih dari sebuah penderitaan. Mimpi-mimpi itu kian lama kian menghantuinya, bukan hanya pada malam, tapi juga pagi, sore bahkan setiap hari kilasan mimpi itu terasa begitu nyata. Psikiaternya menyarankan agar Lyra bertindak layaknya remaja normal pada umumnya. Sudah ia lakukan! Namun ketika ia benar-benar mengabaikan semua itu dan berhasil menjadi remaja normal, Lyra dikejutkan oleh sebuah fakta yang mau tak mau harus ia terima. Tentang takdirnya yang harus merebut kembali batu pusaka dari tangan penyihir kegelapan dan keputusannya untuk mengembalikan batu itu pada sang pemilik … atau malah menghancurkannya berkeping-keping hingga legenda tentang batu itu seakan tak pernah ada. Aku Lyra, dan aku percaya kehidupan tidak sesederhana yang terlihat.

LailArahma · Fantasy
Not enough ratings
18 Chs

Sudden Attack

Aku memandangi sekitarku dengan takjub. Menikmati angin yang berhembus membelai kulit wajahku dari atas sini. Sesekali aku menyentuh awan, membuat lengan bajuku basah olehnya. Dan tentu saja, aku tak bisa berhenti tersenyum menikmati semua itu.

Kini aku sedang berboncengan dengan wanita tua itu menaiki sapu terbang, seperti di film-film penyihir yang kutonton.

Rasanya sungguh menyenangkan! Dari atas sini terlihat jelas pemandangan hutan nan lebat. Disebelah kiri hutan aku bisa melihat pegunungan dengan lembahnya yang berkabut tebal sedangkan di sebelah kanannya terdapat perkebunan dan juga sawah, beberapa rumah penduduk terlihat sangat kecil dari sini. Ah, keduanya memiliki kesan yang sangat kontras. Seakan-akan hutan ini menjadi pembatas di antara mereka.

"Kekuasaan Ratu Penyihir Putih terletak di sebelah Kanan hutan Nona, di bagian Timur, sedangkan Kekuasaan Penguasa-Kegelapan-Tiada-Tanding berada di balik pegunungan sebelah kiri hutan, di bagian barat. Dan hutan inilah yang menjadi pembatas di antara keduanya sehingga dijuluki 'Hutan Perbatasan'."

penjelasan dari wanita tua itu membuatku mangut-mangut tanda mengerti.

Kini kami menyusuri kebun dudaim raksasa miliknya dari atas. Aku bergidik ngeri membayangkan kejadian yang menimpaku dan Lincoln kemarin. Diam-diam tanaman ini sangat berbahaya jika sudah marah. Tapi, sejujurnya aku masih bingung bagaimana bisa tanaman hidup seperti itu? Mungkin monster pohon lebih tepat menyebutnya daripada tanaman.

"Tanaman dudaim ini berasal dari sperma dewa yang tidak sengaja jatuh ke bumi saat perang Troya, bercampur dengan darah dari prajurit-prajurit yang gugur dan meresap ke dalam tanah, alhasil tumbuhlah tanaman ini, Dudaim juga biasanya digunakan untuk ekstrak di ramuan-ramuan sihir, buahnya sangat berkhasiat untuk mengurangi kecemasan dan menghilangkan trauma, namun jika mengonsumsinya sebelum diolah ... yaah, Nona sudah tau akibatnya," jelasnya lagi.

Entah mengapa, aku jadi semakin suka pada wanita tua ini, ia menjelaskan semua yang belum kumengerti tanpa aku harus bertanya lebih dulu. Well, meskipun aku masih sangat terganggu dengan bau tubuhnya.

"Jadi, kita mau ke mana?" tanyaku antusias. Kami sudah melewati kebun Dudaim itu.

"Kita akan ke kebun bunga," ujarnya seraya tersenyum singkat. Aku mengangguk senang.

Dan di sinilah kami sekarang. Aku melihat berbagai macam bunga yang sangat indah, terlihat sangat subur dan terawat. Ternyata wanita ini penyuka tanaman.

Bahkan di sini ada bunga mawar! Melihat itu, aku segera menghampirinya dan ingin menyentuhnya sebelum seruan dari wanita tua itu menginterupsiku untuk menjauh.

Aku menatap wanita tua itu dengan penuh tanda tanya.

"Itu bukan mawar Nona, sekilas memang mirip tapi bukan. Bunga itu bernama Ranuculus dan sangat beracun, jika disentuh, bunga itu mengeluarkan zat protononim yang dapat mengakibatkan dermatitis pada kulit manusia," jelasnya.

Aku yang mendengar penjelasan itu sontak saja menjauh.

"Kita akan mengambil bunga Aconitum," tunjuknya pada bunga yang mirip seperti bunga lavender. "Bunga itu juga beracun. Biasanya racunnya digunakan di ujung panah oleh para pemburu,"

Aku yang mendengar penjelasannya hanya ber-oh pelan.

"Untuk apa kau merawat tanaman yang beracun? Bukankah banyak tumbuhan lain yang lebih berkhasiat dan tidak beracun?" tanyaku.

Mendengar pertanyaanku, wanita tua itu tertawa lebar, membuatku mengerutkan alis bingung. Apa aku salah bertanya?

"Justru karena beracun, aku merawatnya, Nona. Agar tanaman ini tidak jatuh di tangan yang salah. Aku juga banyak membuat ramuan-ramuan dari ekstrak bunga-bunga ini," ujarnya setelah tawanya reda.

Ia mengeluarkan dua pasang sarung tangan dari keranjang yang di bawanya dan menyerahkan satu untuk kupakai. Aku menerimanya, langsung memakai sarung tangan itu dan mulai memetik bunga.

"Ngomong-ngomong, kita sudah bicara banyak, tapi aku sama sekali belum mengenalmu," ujarku sambil memetik Bunga Aconitum dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Aku Marry Bailey, tapi Nona bisa memanggilku Madam, seperti Lincoln yang memanggilku demikian," ujarnya.

Aku mengangguk singkat. Meski ia terlihat menyenangkan, tapi aku merasa wanita tua ini tipe orang yang sangat tertutup mengenai hal pribadinya. Jadi aku tak bertanya lebih lanjut.

Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin yang menusuk. Sekitarku juga sudah gelap dan kabut hitam mulai terlihat di antara pepohonan.

"Cepat berlindung di belakangku Nona!" seru Madam. Aku segera menurutinya.

Madam Bailey mengeluarkan tongkat sihirnya dan merapal mantra. Cahaya hijau keluar dari tongkatnya dan menyerang kabut-kabut itu. Namun, namanya juga kabut, cahaya hijau itu hanya menembusnya dan kabut itu semakin lama semakin pekat. Madam bersiap memasang kuda-kuda, entah apa yang terjadi, aku tidak tau.

Aku hanya berlindung di belakangnya dan menuruti apa saja yang dia interupsikan padaku. Seperti menunduk, geser ke kiri, geser ke kanan, dan sebagainya. Jantungku sudah berpacu sangat cepat.

Karena kabut yang sangat tebal itu, aku maupun Madam tidak dapat melihat siapa yang menyerang kami. Dan yang kutakuti hanya satu hal. Sekte Kegelapan atau malah Penguasa-Kegelapan-Tiada-Tanding?

Kini, serangan Madam seperti bumerang, setiap kali ia menyerang kabut itu, serangannya malah berbalik menyerangku dan Madam Bailey. Untunglah Madam sangat tangkas, hingga sampai saat ini, serangan itu meleset. Madam mengeram marah.

Aku melihat kabut itu berubah menjadi bola-bola yang sangat besar, siap menghantamku dan Madam. Namun sebelum itu terjadi, Madam lebih dulu merapal mantra dan keluarlah cahaya hijau yang berbentuk seperti siluet berang-berang yang langsung menyerang bola-bola itu. Mereka seperti bertempur.

Sementara bola-bola kabut itu bertempur dengan siluet berang-berang milik Madam, Madam memanfaatkan itu untuk memetik daun-daun dari tanamannya. Ia melemparkan tanaman itu ke salah satu tempat. Dan dengan ajaib, bola-bola kabut itu hilang, suhu mulai naik dan tidak terasa menusuk lagi. Siluet berang-berang itu juga kembali pada tongkat sihir Madam.

"Aku tau itu kau," ujar Madam seraya menyimpan tongkat sihirnya kembali ke dalam saku bajunya.

Tunggu! Apa serangan ini benar-benar berakhir? Bagaimana jika itu hanya tipu muslihat saja? Bagaimana jika Sekte Kegelapan memiliki rencana licik lain?

Sekte Kegelapan tidak mungkin menyerah begitu saja. Aku tau mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Aku tau itu karena aku masih mengingat mimpiku terakhir kali, tentang kenangan Virginia.

Jantungku berpacu lebih cepat dari sebelumnya kala aku melihat pria berjubah hitam mendekat. Rambutnya yang hitam legam menutupi sebagian besar matanya. Ia tengah membawa sejenis penutup kepala a.k.a helm di tangan kanannya. Kulitnya yang putih pucat sangat kontras dengan pakaiannya yang serba hitam. Di belakangnya kabut hitam seakan mengikuti langkahnya pergi.

Aku berusaha menelan salivaku susah payah. Apakah ia Penguasa-Kegelapan-Tiada-Tanding?

fun fact : dalam mitologi Yunani, Perang Troya berawal dari perselisihan antara dewi Athena, Hera, dan Aphrodite, setelah Eris, dewi perselisihan dan pertikaian, melemparkan sebuah apel emas/Apel Perselisihan, yang bertuliskan "untuk yang tercantik." Zeus lalu mengirim para dewi itu kepada Paris, yang menentukan bahwa Aphrodite, sebagai "yang tercantik," yang berhak memperoleh apel itu. Sebagai balasannya, Aphrodite membuat Helene, wanita tercantik dan istri Menelaos, jatuh cinta kepada Paris, yang kemudian membawanya ke Troya. Menelaos yang tidak terima, memutuskan untuk berperang demi merebut istrinya kembali.

Dan terjadilah Perang Troya.

Bagaimana chapter kali ini? Btw, dengan berat hati author akan mengatakan bahwa ini adalah chapter terakhir yang author publish. Dan author juga akan rehat selama beberapa bulan karena harus kembali ke pesantren. Yaahh maafkan author yang masih banyak kekurangan dalam membuat cerita ini yaa...

Dan sampai jumpa lagi di beberapa bulan mendatang readerskuuu^^

Creation is hard, cheer me up!

LailArahmacreators' thoughts