webnovel

Pelajaran Baru Bagi Mereka Semua

Setelah berkata demikian ia memutarkan lagi tubuhnya lalu melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga.

Tampak sedikit kekecewaan di wajah kedua putrinya itu

Sinto yang melihat itu, jadi merasa iba kepada mereka bertiga. Tetapi ia tidak memperlihatkannya. Karena ia teringat kembali akan pesan kedua orang tuanya, "Kalau satu keluarga yang baru kamu kenal tiba-tiba bertengkar di hadapan kamu sebaiknya kamu jangan ikut campur. Takutnya mereka akan menjebak kamu."

Sinto hanya berkata, "Maaf."

Mereka bertiga terlihat sangat sedih.

"Mama. Kakak. Aku tidak apa-apa. Makan seadanya aku tidak apa-apa. Karena aku sudah terbiasa seperti itu," ucap Sinto untuk menenangkan hati mereka bertiga.

"Tetapi kamu kan." kata Resty ibu angkat barunya itu.

Sinto mencegahnya agar wanita itu tidak meneruskan perkataannya lagi dengan berkata, "Aku akan baik-baik saja."

Akhirnya wanita itu tidak meneruskan perkataannya lagi.

"Baiklah kalau begitu, kau yang memilih makanannya." Ucap mama angkatnya. Ketika mereka sudah memasuki dan duduk di sebuah rumah makan yang menawarkan masakan Jepang ala Indonesia itu.

Wanita itu menyerahkan menu makanan kepada Sinto, ia hanya sekilas. Kembali ia teringat pesan orang tuanya, "Kalau kamu di ajak makan. Lalu disuruh memilih. Pilihlah makanan yang paling murah. Atau paling tidak ikuti pesanan yang dipesan oleh orang yang mengajak kamu makan."

Lalu Sinto dengan tegas, "Aku pesan ini saja." Kata Sinto sambil menunjuk ke menu makanan yang harganya tidak mahal dan juga tidak terlalu murah.

Melihat itu, Resty tersenyum lalu ucapnya dengan nada perlahan, "Nak, itu masakannya tidak enak. Percayalah sama mama."

Mendengar itu di wajah Sinto agak terkejut sesaat.

"Ma, kalau begitu mama saja yang memilih buat kita makan. Kan pakai uang mama ini." ucap Dinda sambil matanya melirik ke arah Sinto.

Pada saat yang sama mata Sinto juga sedang melirik ke arah Dinda.

"Hey, tidak boleh ya. Tepatnya belum boleh." Ucap adiknya Dinda yang bernama Tina dengan nada yang terdengar sedikit tidak enak.

Tetapi yang lain seolah-olah tidak mendengar perkataan Tina.

"Baiklah kalau begitu. Biar mama saja yang pesan makanan untuk kita semua," ucap Resty sambil tangannya memanggil seorang pelayan restoran.

Pelayan restoran itu dengan sigap dan gesit datang menghadap tamunya itu.

Setelah itu ia pergi lagi meninggalkan keempat tamunya itu menuju kasir.

Selama menunggu pesanan, "Sinto. Sesungguhnya masakan apa yang kamu sukai sih?" tanya Dinda basa-basi.

"Iya. Mama juga ingin tahu." Kata Resty menambahkan pertanyaan putri pertamanya.

"Sesungguhnya apa pun aku suka. Memang untuk masakan Indonesia Aku belum pernah mencobanya. Katanya masakan Indonesia itu pedas-pedas ya." Ucap Sinto menjawab pertanyaan kedua wanita itu.

Di sekitar meja mereka makan, para tamu yang mendengar pernyataan Sinto pada tersenyum sesaat. Termasuk Resty dan Dinda.

"Loh, kok kalian malah tersenyum seperti itu?" tanya Sinto agak bingung. Lalu katanya lagi, "memang ada yang salah ya dengan pernyataanku ini."

Tina yang menjawab dengan nada sedikit sewot, "Kedatanganmu ke sini yang salah." Ucapnya sambil bangkit berdiri.

"Mau ke mana kamu." tegur Resty ketika melihat tingkah laku putri keduanya itu.

"Mau ke toilet. Mama mau ikut." Kata Tina lagi sambil mendorong kursinya agak ke belakang. Sehingga kursi itu mau jatuh dan mau mengenai orang yang duduk tepat di belakang kursi tersebut.

Melihat hal itu Sinto dengan cepat beraksi mengambil kursi itu sehingga tidak jatuh dan tidak mengenai orang yang duduk tepat di belakang Tina.

Resty hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku puteri keduanya itu.

Sedangkan Dinda berseru sesaat melihat reaksi Sinto.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang juga. Ketika semua pesanan itu telah di letakkan di atas meja.

Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, "Kasihan ya, suami dan ayahnya saat ini sedang makan di restoran bintang lima di lantai tiga. Tetapi kalian di sini, hanya menikmati makanan yang tidak level seperti itu."

Resty yang mendengar itu hendak bangkit berdiri dan melabrak wanita itu, tetapi dengan cepat Sinto memegang tangan mama angkatnya sambil menggelengkan kepalanya. Dan juga Dinda hendak beranjak bangun, lagi-lagi Sinto mencegahnya.

Kemudian wanita itu menyindir lagi, "Kenapa, takut?!"

Sinto pun akhirnya berkata, "Sesungguhnya apa yang kita makan. Baik harganya murah atau mahal. Di sajikan di tepi jalan atau di restoran bintang lima, sama saja. Maksudnya setelah makanan itu melewati lidah kita, maka yang kita makan itu tidak terasa lagi. Apakah itu enak atau tidak."

Pada saat itu Tina telah kembali dari toilet. Ia sebenarnya juga hendak melabrak wanita itu juga.

Tetapi ketika mendengar perkataan Sinto, ia jadi tertegun.

Sedangkan wanita itu terkejut dan kesal mendengar ceramah Sinto, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan tempat itu.

"Wah. Sinto hebat. Dapat membuat perempuan itu pergi dengan marah." Puji kedua kakak barunya itu.

"Harusnya papa lihat tuh kejadian tadi. Sehingga tidak asal bicara dan bertindak semena-mena saja terhadap mama." Ucap Tania dengan agak keras.

Mendengar itu Sinto menoleh ke arah mereka bertiga, lalu ia agak sedikit lama menatap mata ibu angkatnya itu.

Di tatap seperti itu, kedua mata wanita itu hampir pecah. Tetapi Sinto tahu situasinya. Lalu ia berkata untuk mengalihkan pembicaraan, "Sepertinya makanan ini enak juga."

Sambil tangannya mengambil salah satu hidangan yang berada di atas meja.

Sedangkan Resty segera mengeluarkan selembar tisu dari dalam tasnya. Lalu perlahan-lahan mengusap kedua matanya itu.

Setelah itu ia menarik nafas panjang sejenak. Kemudian katanya kepada kedua anaknya, "Yah. Mulai sekarang kita harus ikuti cara Sinto. Yaitu dalam menghadapi apa pun harus tanpa panik," ucap Resty sambil tersenyum.

Akhirnya ketiga wanita itu menikmati juga makanan yang ada di atas meja hingga habis.

"Sinto sepertinya kamu lapar berat ya. Apakah mau pesan lagi?" tanya Resty sambil tangannya hendak memanggil pelayan.

Tetapi Sinto lekas mencegahnya dengan berkata, "Tidak usah tante. Eh maaf, mama. Ini saja aku sudah kekenyangan.

"Wah cepat sekali makannya." seru Resty yang melihat anak itu sudah selesai makannya.

"Kalau begitu kamu mau menghabiskan yang ada di piring mama. Karena mama juga sudah kenyang." Kata Resty sambil matanya menoleh ke arah kedua putrinya juga.

Tetapi kedua putrinya itu malah menolak dengan berkata, "Sudah kenyang juga, ma."

"Iya apa boleh buat. Toh tinggal sedikit juga kan. Sayang kalau dibuang." Kata Sinto sambil menarik piring yang ada di hadapan Resty.

Sedangkan Dinda yang duduk di antara mamanya dan Sinto juga menarik piring kosong yang berada di hadapan Sinto. Sedangkan piring kosong itu di letakkan di depan mamanya.

Menurut Sinto agak aneh dan tidak lazim.

Cara Sinto melihat seperti itu, lantas Dinda menjelaskan, "Kalau papa lihat. Salah satu dari kita makannya tidak habis, maka papa akan menghukum kita dengan tidak memberi uang jajan selama satu bulan."

"Oh ya." Ucap Sinto agak terkejut juga mendengar pengakuan Dinda terhadap papanya itu.