"Katakan pada ku, apa yang terjadi dengan Cherlin!"
Nathan bangkit dari tempatnya, menyentak kerah kemeja Max yang nampak frustasi dengan kedua lengannya yang mencengkram surai kecoklatannya terlalu erat.
Perasaan Nathan berubah tak enak, hingga kemudian melangkahkan kakinya mengikuti Max yang beranjak pergi dari tempatnya, meninggalkan geraman kasar yang masih sanggup membuat bulu kuduk Nathan berdiri.
Nathan sampai tak menyadari bagaimana tampilan keseluruhannya yang begitu kusut, terlebih dengan permukaan bibirnya yang nampak sedikit robek serta sudut matanya yang masih berair. Orang-orang yang berlalu lalang dari gedung kantor yang seolah tak pernah sepi itu, jelas saja merasa terkejut dengan prasangka serupa yang begitu buruk saat sosok pria dominan berjalan membimbing, dengan feromon penuh kuasa, netra hijau keabuannya yang menajam, bahkan rahang tegasnya yang mengetat menunjukkan emosinya yang tengah menggebu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com