webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
22 Chs

Taidu Taoyan

Apa yang menantinya bukan penampilan seseorang, melainkan rantang yang tiba-tiba meluncur ke wajahnya. [Bang!] Suara benturan keras rantang vs wajah, yang mengakibatkan pria itu berjalan mundur bak orang mabuk hingga akhirnya jatuh terlentang, tidak bisa menjaga keseimbangan lagi.

Memanfaatkan kesempatan ini, Su Yun sudah berlari ke arah Bibi Hua yang sedang kesulitan untuk bangun. "Bibi tidak apa-apa?!" Menggunakan sentuhan lembut, dia membantu Bibi Hua berdiri.

Berpegangan pada bahu Su Yun agar dapat berdiri normal, Bibi Hua masih menampakkan wajah yang khawatir. "Jangan khawatirkan Bibi, ini sudah biasa!" Suaminya sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga seperti ini, hanya saja kali ini sedikit mengejutkan anak tirinya berani melakukannya juga."Mending khawatirkan dirimu, mengapa kamu melukai Taoyan?!" Matanya sedikit melirik untuk melihat keadaan Taidu Taoyan yang sedikit buruk. "Dia itu anak kesayangan suami Bibi! Kamu tahu artinya kan?!" Su Yun mengangguk sebagai jawaban. "Sudah tahu, lalu mengapa kamu masih melakukannya?!" Omongan dilanjutkannya dengan nada memarahi, tentu dengan ekspresi yang lebih khawatir.

Senyum ejekan diperlihatkan Su Yun. "Suami Bibi itu cuma kacung sebuah Geng kecil, sangat mudah membereskan mereka semua!" Menatap wajah Bibi Hua yang seakan tidak percaya, dia menambahkan kalimat lagi. "Aku yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu! Buktinya lemparan rantangku bisa membuat seseorang terkapar!" Bibi Hua masih diam dengan ketidakpercayaannya. "Kupikir selama ini kepercayaan Bibi kepadaku 100% sebagaimana aku percaya kepada Bibi! Tak tahunya... " Jurus pamungkas untuk memaksa Bibi Hua tidak mengkhawatirkannya, diselingi dengan ekspresi kecewa bercampur sedih.

Itu berhasil, wajah ketidakpercayaannya seketika menghilang. Sebenarnya bukan menghilang betulan, hanya disembunyikan. "Bibi percaya padamu!" Kalaupun nanti Su Yun mati di hajar teman-teman suaminya sebagai bentuk balas dendam Taidu Taoyan yang terluka, dia akan menyusulnya.

Senyum senang terpancar di wajah Su Yun. "Nah gitu dong, istriku yang cantik!" Pipi lembut Bibi Hua diusapnya menggunakan tangan.

Seperti biasa, tubuh Bibi Hua bergetar mendengar sebutan itu, sayangnya Su Yun mengabaikannya lantaran fokus perhatiannya sudah beralih kembali ke Taidu Taoyan yang terlihat bersusah payah untuk berdiri.

[Argh!!!] Teriakan kesakitan Taidu Taoyan yang sedang membenarkan hidungnya yang bengkok.

Menatap tangan yang bersimbah darah yang berasal dari hidungnya, emosi Taidu Taoyan memuncak. "Aku akan membunuhmu!" Menatap Su Yun dengan tatapan ganas, Taidu Taoyan berlari menuju Su Yun untuk menghajarnya.

Diam bukan gayanya, meninggalkan Bibi Hua ditempatnya, Su Yun juga berlari menuju Taidu Taoyan. Sementara Bibi Hua yang ingin ditinggalkan begitu saja, sempat mencoba menghentikan Su Yun, sayangnya tidak sempat, saking cepatnya berlari, dan mustahil untuk menyusulnya, mengingat dia sendiri saja kesusahan berjalan. Dia hanya berdiri di tempatnya, menatap Su Yun dengan tangan terkepal, berharap tidak terjadi apa-apa terhadapnya.

Hanya seekor semut, Su Yun tidak serius sampai-sampai harus mengeluarkan kekuatannya. Jadi setibanya di depan Taidu Taoyan, dia hanya bermain dengan memberinya ejekan. "Yo, bocah bongsor! Aku ingin lihat bagaimana kamu akan membunuhku!" Jari tengah dikeluarkannya, untuk menambah bahan bakar ke api kemarahan Taidu Taoyan.

Wajah Taidu Taoyan semakin mengepul, tanda kemarahan melebihi ambang batas. "Bitch! Aku akan menghajarmu!!!" Pukulan pertama diluncurkan ke arah kepala, target ingin menghancurkan hidung Su Yun sebagai balas dendam untuk hidungnya.

[AWAS!!!] Suara teriakan Bibi Hua dari arah belakangnya.

Ekspresi Su Yun penuh dengan ejekan, sangat mudah pukulan tangan kanan Taidu Taoyan dihentikannya dengan tangan kirinya, bahkan tidak ada imbas gaya dorong dari menghentikan pukulan itu.

"Apa?!" Taidu Taoyan terkejut, baru kali ini ada orang yang dengan mudahnya menghentikan pukulannya.

Ekspresi keheranan mulai terlihat di muka Taidu Taoyan saat merasakan tangannya tidak bisa ditarik kembali. Kepalannya benar-benar terjepit di genggaman tangan Su Yun bak dijepit menggunakan penjepit besi.

Kecurigaan Su Yun merupakan bukan orang biasa pun mencuat. Sayangnya dia sangat buruk dalam hal menahan emosi, jadi diabaikannya kecurigaan itu, dan mencoba kembali menyerang Su Yun di lokasi yang sama menggunakan tangan kiri.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini tidak ada niatan menangkap pukulannya lagi. Mengepalkan tangan kanan, Su Yun melancarkan pukulan untuk beradu banteng dengan pukulannya Taidu Taoyan.

[Prakkttt!!!] Suara benturan kedua pukulan itu yang disertai dengan suara renyah tulang yang patah.

[Ahh!!!] Suara teriakan Bibi Hua yang terdengar ketakutan.

Yang disambung suara teriakan kesakitan Taidu Taoyan "SAKIT!!!" Air mata mulai keluar di sudut matanya saat menatap beberapa tulang telapak tangannya yang patah.

"Badan doang gede, tapi isinya enggak ada!" Ejekan diakhirinya dengan sebuah tendangan di dada yang mengakibatkannya terlempar ke belakang hingga membuatnya berguling-guling di tanah.

Bukan maksud berbaik hati melepaskan orang yang berani menyakiti wanitanya begitu saja, melainkan ingin segera menyudahi perkara ini. Terlalu memalukan bila ini terus berlanjut, soalnya sudah ada warga sekitar yang mulai menonton mereka dari pinggir jalanan kampung.

Tidak peduli lagi pada Taidu Taoyan, dia berjalan kembali ke tempat Bibi Hua berdiri. Sampai di sana, belum sempat mengucapkan sebuah kata, dia disambut dengan tubuh lembut Bibi Hua yang melemparkan diri ke dalam pelukannya.

"Kamu jahat! Bikin Bibi khawatir!" Tangan lembut Bibi Hua memukul beberapa kali dada Su Yun sebagai bentuk kekesalannya yang tak henti-henti membuatnya senam jantung.

Meski suka terhadap reaksi yang diberikan Bibi Hua, perasaan kaget tidak bisa disembunyikannya di tengah-tengah perasaan suka itu. "Eh, mengapa harus khawatir, kan sudah aku bilang kalo aku yang sekarang itu berbeda dengan yang dulu! Jangan bilang Bibi tidak percaya sama omonganku tadi?!" Tatapan sipitnya mengarah tajam pada mata Bibi Hua, seakan ingin mengorek kebohongan yang disembunyikan.

Apa yang disembunyikannya tadi tiba-tiba dibongkar memunculkan kepanikan di wajah Bibi Hua sesaat sebelum kembali normal. "Enak aja! Walau tahu kuat, tetap tidak ada wanita yang ingin melihat pria yang disukainya melakukan sesuatu yang dapat menyebabkannya terluka!" Mulut cepat-cepat ditutupnya menggunakan telapak tangan, gara-gara kepanikannya tak sengaja berkata jujur berdasarkan isi hatinya.

Sangat jelas terdengar ungkapan Bibi Hua yang menyebut menyukainya, sayangnya sejak awal kalimatnya terucap perhatiannya sudah teralihkan dari Bibi Hua ke Taidu Taoyan yang telah berhasil berdiri. Jadi mau tak mau harus melewatkan kesempatan membalas atau membahas ucapan Bibi Hua.

Pertama kali datang penampilannya bagus dan keren, sekarang tampak acakadut, penuh debu, darah serta air mata di wajahnya, itulah yang terjadi pada Taidu Taoyan. Berhasil berdiri dengan susah payah, menatap Bibi Hua begitu mesra di dalam pelukan Su Yun seakan menambah bahan bakar ke kemarahannya lagi. Berbeda dari sebelumnya, kali ini dia bisa menahan emosinya, terima kasih kepada Su Yun yang telah memberinya pelajaran berupa mematahkan beberapa tulangnya.

"Mengapa kamu cuma berdiri di situ, masih belum pergi?!" Nada yang tampak biasa ini bagi Taidu Taoyan terdengar sangat berat, penuh tekanan hingga secara refleks mundur selangkah.

Rahangnya terkatup, pandangan tajamnya terkunci pada Su Yun seakan ingin mengingat sejelas mungkin ciri-cirinya. "Aku akan mengingat penghinaan ini! Tunggu saja pembalasanku!" Setelah mengucapkan ancamannya, dia pergi meninggalkan tempatnya berdiri dengan langkah tertatih-tatih.

"Jangan lupa bawa semua bawahan ayahmu yang jelek itu! Kalau bisa sekalian pemimpin Gengnya biar ga buang-buang waktuku!" Tetap berjalan, mengabaikan penghinaan tambahan yang diberikan Su Yun.

Melihat Taidu Taoyan yang sudah berjalan agak jauh, Su Yun melepaskan tangannya yang mengunci pinggang Bibi Hua.

Sebuah pukulan lembut mendarat di dada Su Yun. "Mengapa kamu melakukan itu?!" Maksudnya, apa maksud Su Yun mengunci dirinya di dalam pelukannya. Padahal masih ada Taidu Taoyan, pasti akan menyebabkan kesalahpahaman, dan masalah ini pasti akan dilaporkan ke suaminya, yang mana akibatnya lebih buruk dari hanya melukai Taidu Taoyan.

"Jangan bahas di sini, mending masuk dulu!" Menggunakan mata sebagai kode untuk menyuruh Bibi Hua menengok ke arah jalanan, masih ada beberapa warga sekitar yang masih bertahan untuk menonton mereka.

Mata membelalak, dari awal fokus tatapannya selalu pada Su Yun sampai lupa ternyata ada warga yang menonton. Ini membuatnya sangat malu, pasti nanti banyak ibu-ibu rumah tangga yang menggosipkannya.

Dia pun buru-buru ingin masuk ke dalam rumah, sayangnya baru selangkah harus terhenti gara-gara rasa sakit yang menyerang paha kanannya, lupa kalau tadi habis dihajar Taidu Taoyan.

Su Yun dengan sigap memegang tubuh Bibi Hua yang terlihat akan oleng. "Ingat keadaan Bibi sekarang seperti apa, jadi jangan memaksakan diri!" Anggapannya, Bibi Hua terlalu malu meminta dibantu berjalan. Kenyataannya, Bibi Hua lupa kondisinya sendiri gara-gara terlalu panik, tidak ingin menjadi bahan gosip.

Pelan tapi pasti, dia berhasil membantu Bibi Hua sampai di ruang tamu, termasuk juga membantunya duduk di bangku yang digunakannya tadi. Belum sempat mengucapkan sepatah kata, tanpa disadari mereka berdua datanglah Su Meixiang dari dalam rumah yang juga kesusahan berjalan, tampak jelas langkahnya sangat pelan dan harus berpegangan pada tembok.

"Ada ribut-ribut apa sih kak?!" Mereka berdua serempak melihat ke sumber suara, mendapati Su Meixiang yang sudah dalam keadaan cantik dan wangi. Tentu, berkat keperawanannya yang sudah tiada, tubuh remajanya memancarkan aura dewasa, dikombinasikan aura ratu nan menggoda dari artefak, menghasilkan ilusi seakan Su Meixiang adalah seorang princess dari suatu kerajaan.

Bibi Hua bengong, pangling dengan penampilan baru Su Meixiang. Sementara Su Yun langsung datang menghampirinya, bagi orang yang telah melihat banyak kecantikan, ini merupakan hal yang biasa. "Apa lagi kalau bukan masalah rumah tangga Bibi! Oh iya, mengapa kamu keluar, tubuhmu udah baikan?!" Datang-datang, tubuh lembut Su Meixiang dipegangnya untuk membantunya berdiri dengan stabil.

Su Meixiang mengangguk disertai senyum kecil. "Sedikit lebih baik!" Hanya sedikit, kalau bukan karena suara keributan yang berasal dari halaman depannya, dia akan lebih memilih tetap di ranjang.

"Sedikit apanya, kakimu saat berdiri saja masih bergetar kok! Aku antar kembali ke kamar ya?!" Jawaban sederhana dari Su Meixiang berupa anggukan atas ajakan Su Yun.

Memang tak ada yang perlu dilakukannya lagi di sini, rasa penasarannya sudah terobati tentang ribut-ribut di halaman depan rumahnya. Sekarang lebih baik kembali ke kamar untuk beristirahat agar tubuhnya bisa pulih dengan cepat.

Menanggapi persetujuan Su Meixiang, Su Yun seketika membopongnya menggunakan gaya tuan putri untuk membawanya kembali ke kamarnya.