webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Rencana hari ini mau ke mana?

Bibi Hua tersentak kaget, bingung harus membalas bagaimana, pergi ke dukun yang hasilnya gagal merupakan saran dari Su Yun, sekarang sudah memberi saran lagi yang mustahil dilakukannya.

"Kamu lapar ya?! Makanya ngasih sarannya sangat ngaco! Nih sarapan dulu, biar pikiran jadi fresh!" Rantang 4 susun diserahkannya ke Su Yun.

Meski sedikit kecewa sarannya dianggap sebagai candaan belaka, Su Yun tetap tersenyum menerima rantang itu dan membaginya menjadi dua untuk dirinya dan Su Meixiang. Sementara dia membagi, Bibi Hua hanya leyeh-leyeh di salah satu dari dua kursi kayu panjang yang ada di ruang tamu.

Butuh beberapa saat untuk menyelesaikan urusan rantang, termasuk mengirimkan bagian Su Meixiang ke kamarnya. Sekarang dia baru saja kembali dari sana, dan langsung menyantap makanannya di kursi kayu panjang satunya lagi, yang mana berhadapan dengan tempat duduk Bibi Hua, hanya dipisahkan sekotak meja.

"Rencana hari ini mau ke mana?!" Ditengah menyantap makanannya, Su Yun mengajukan pertanyaan.

Dia sengaja tidak menanyakan alasan mengapa sarannya tadi dianggap ngaco. Menurutnya tidak penting alasannya apa, yang penting adalah dia harus mengemukakan saran itu sesering mungkin, tujuannya untuk menciptakan sebuah pemikiran di dalam diri Bibi Hua bahwa putus dari suaminya berarti putus dari nasib buruknya.

Berharap saja cara itu dapat berhasil, mengingat Bibi Hua sedikit aneh. Entah ini hanya Bibi Hua atau semua wanita, udah jelas pasangannya tidak setia dan beberapa kali pernah dianiaya hingga berdarah, tetap saja masih bertahan tanpa pernah sekalipun mencuat pikiran untuk berpisah.

Mengapa bisa begitu, di dalam otaknya sudah memikirkan alasannya. Mungkin karena Bibi Hua belum bertemu seorang pria yang bisa membuatnya nyaman sehingga timbul keinginan untuk meninggalkan suaminya.

Inilah kesempatan yang dimilikinya, dia hanya perlu menjadi pria itu dengan modal yang sudah ada yaitu satu-satunya pria yang paling dekat dengannya.

"Cari pakaian untukmu di Grand Treasure, buat persiapan besok sore ke arisan keluarga Bibi! Kamu ga kapok pergi ke sana kan?!" Pertanyaan ini sebenarnya sangat memalukan untuk ditanyakan, soalnya akan terlihat seperti dia berwajah tebal. Udah jelas penyebab dihinanya Su Yun setiap datang ke arisan keluarga adalah dirinya, kok masih bisa-bisanya bertanya kapok atau tidak.

Arisan keluarga, Su Yun mencari-cari memori tentang hal itu di dalam otaknya. Berdasarkan penjelasan yang pernah diungkapkan Bibi Hua, arisan itu merupakan kegiatan bulanan yang wajib dihadiri oleh setiap anggota keluarga Hua, ada hukuman yang menanti bila tidak menaatinya. Seperti apa hukuman itu, dia tidak begitu mengerti bentuknya lantaran Bibi Hua tidak pernah bercerita, bahkan detail histori keluarga besarnya pun tak pernah disinggung.

Selain pengertian arisan itu, dia juga mendapati maksud kapok atau enggak yang diucapkan Bibi Hua, ternyata itu pengalaman yang dialami mereka setiap pergi ke sana. Hinaan, cacian, tingkah laku yang merendahkan, itulah yang sering mereka dapatkan, meski menurutnya semua itu hanya omong kosong belaka yang tidak ada artinya.

"Buat apaan pakaian baru, tumben amat harus memedulikan penampilan! Bukankah Bibi biasanya menyuruhku memakai pakaian sehari-hari?!" Su Yun lebih memilih membahas mengapa harus mengenakan pakaian bagus daripada membahas lebih jauh tentang pengalaman buruk yang dialami mereka di arisan keluarga Hua.

"Kali ini sedikit beda! Besok harus rapi banget, soalnya ada kemungkinan Ibu Bibi juga hadir di sana!" Memakai pakaian jelek ke arisan keluarga Hua sama artinya dengan tidak menghargai acara tersebut, dan inilah yang dilakukannya setiap datang ke sana bersama Su Yun sebagai bentuk sindiran balik kepada orang-orang yang menghinanya di sana.

Sayangnya kali ini harus berbeda, ibu adalah satu-satunya orang yang sangat dihormatinya, jadi akan sangat kurang ajar bila masih melakukannya.

Pas bertepatan dengan Bibi Hua selesai berbicara, Su Yun juga telah menghabiskan seluruh makanannya. "Oke, aku akan tampil sekece mungkin!" Kalimat diucapkannya di tengah-tengah sedang mencari tisu untuk mengelap mulutnya. Menengok ke kanan dan ke kiri tidak bisa ditemukan, dia berniat menggunakan tangannya.

Namun saat tangan akan sampai di mulut, itu langsung disingkirkan oleh Bibi Hua dengan cara ditampar, dan sebagai gantinya dengan sigap Bibi Hua mengelap mulut Su Yun menggunakan tisu basah yang selalu dibawanya di kantong baju.

'Sungguh wanita yang sangat perhatian!' Su Yun berbicara dalam hati, bersamaan fokus matanya yang tidak bisa menjauh dari wajah Bibi Hua yang sedang mengelap mulutnya.

Ini semakin membuatnya tidak sabar untuk segera mendapatkannya. Dia sangat suka dimanja seperti ini, walau zaman dulu anggota haremnya pernah melakukannya, entah mengapa rasanya benar-benar berbeda, nikmat yang sekarang.

"Kebiasaan, kalo habis makan jangan di lap pake tangan!" Bibi Hua hanya bisa geleng-geleng atas tingkah Su Yun yang masih seperti anak kecil, mengelap mulut menggunakan tangan yang jelas tidak higenis.

Lamunan Su Yun tentang Bibi Hua terhenti saat melihat Bibi Hua selesai mengelap mulutnya, dan sudah melangkahkan kakinya ke arah pintu depan untuk membuang tisu basah bekas digunakan tadi.

'Tidak berterima kasih pada saat itu juga kepada seseorang yang telah melakukan sesuatu untukmu adalah perbuatan tidak terpuji', itulah kalimat yang sering diajarkan kepadanya, baik sebagai Su Yun atau Shi Qiang. Maka, cepat-cepatlah rantang dibereskannya, segera menyusul Bibi Hua untuk melakukan hal itu.

Tentu gaya pengucapannya khas dengan dirinya masa kini, tiada hari tanpa menggoda wanita.

"Terima kasih atas perhatianmu, istriku yang cantik!" Sesampainya di belakang Bibi Hua, secara singkat kalimat itu diucapkannya ke telinga kanan Bibi Hua dengan lembut, sebelum akhirnya buru-buru lari ke dapur untuk mencuci rantang di wastafel.

Tubuh Bibi Hua bergetar waktu mendengar kalimat 'istriku yang cantik', kalimat yang tidak pernah didengarnya lagi dari suaminya semenjak 1 bulan setelah pernikahan mereka.

Kalimat yang sangat sederhana, tapi membawa banyak arti baginya. Saking nostalgianya akan kalimat itu, sampai lupa mengejar Su Yun untuk memintai keterangan apa maksud Su Yun mengucapkan kalimat itu, dan anehnya lagi mengapa tubuhnya bereaksi atas ucapan itu. Padahal kan dia seorang wanita yang sudah menikah, walau suaminya tidak ada lagi perasaan cinta kepadanya, tetap saja statusnya seorang istri, yang mana sepatutnya tidak bereaksi atas godaan pria lain.

'Tunggu, tunggu! Tubuhku bereaksi, bukankah ini artinya~' Susah untuk melanjutkan kalimat yang ingin diungkapkannya, tidak tahu harus berbuat apa bilamana apa yang dipikirkannya ini merupakan suatu kebenaran.

Maksud dari pikirannya adalah dia menyukai Su Yun. Bukan kesimpulan asal-asalan, ini berdasarkan pengalamannya sebagai wanita populer yang dikejar oleh banyak pria di kala remaja. Pujian dan godaan yang dilontarkan mereka, dia sudah kebal akan kedua hal itu, pengecualian hanya pada Taidu Elie yang mana setiap kalimat itu diucapkan olehnya kepadanya, reaksi tubuhnya akan sama dengan yang diucapkan Su Yun.

'Mustahil! Bagaimana aku bisa menyukai Su Yun?!' Mencoba menolak pikiran yang telah disimpulkannya. Akan tetapi semakin dia menolak, semakin banyak memori yang muncul untuk menguatkan perasaannya bahwa rasa suka kepada Su Yun benar adanya.

Contohnya, siapa yang membantunya di saat capek plus emosi gegara harus mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga yang super-duper banyak, jawabannya jelas Su Yun. Siapa yang merawatnya di kala sakit akibat terlalu banyak bekerja, Su Yun. Siapa yang peduli dengan permasalahan yang sedang dihadapinya, Su Yun. Masih banyak lagi, hingga secara tidak sadar Su Yun masuk ke dalam hidupnya, dan mulai menggeser peran Taidu Elie yang ada di hatinya.

Sekarang dia percaya dan mengakui bahwa dalam hatinya terdapat perasaan suka terhadap Su Yun, tetapi tidak sampai membuatnya gila untuk begitu saja mengutarakan perasaan kepadanya. Banyak faktor yang melarangnya untuk melakukan itu, yang paling penting apakah Su Yun juga mempunyai perasaan kepadanya. Dia tidak ingin merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, sakitnya sama seperti saat diselingkuhi pasangan.

'Biarlah waktu yang menentukan, apakah kita berakhir bersama atau tidak, semua terserah takdir!' Langkah kaki pun dilanjutkannya untuk melakukan hal yang sempat tertunda gegara Su Yun.

Beberapa menit terlewat, Su Yun kembali dari dapur, datang ke ruang tamu sambil tangan kanannya menenteng rantang dalam keadaan bersih, tentu termasuk juga bagian Su Meixiang yang sudah dijadikan satu dengan bagiannya sehingga sekarang dalam keadaan tertata rapi seperti awal dibawa Bibi Hua.

"Lho, Bibi ke mana, pulang kah?!" Su Yun mendapati ruang tamu kosong, hanya terdapat tas cangklek berwarna hitam milik Bibi Hua yang masih tergeletak di kursi yang diduduki Bibi Hua tadi.

Keheranannya yang tidak melihat Bibi Hua berlangsung sebentar saja, sebelum fokusnya teralihkan oleh suara tangisan yang tampak familiar, dan omelan yang suaranya terdengar asing beserta beberapa kali terdengar suara tamparan.

Tanpa banyak berpikir dia langsung berlari ke arah sumber suara, yang mana berada di halaman depan rumahnya. Sampai di sana emosinya langsung meluap, seperti dugaannya, suara tangisan itu berasal dari Bibi Hua. Lalu apa yang membuatnya emosi, di depan matanya terlihat Bibi Hua duduk di tanah, tak berdaya dengan banyak bekas tamparan di wajah dan bahkan ada sedikit darah di sudut mulutnya. Dia mengalihkan pandangan ke terduga pelaku, yang mana masih dalam keadaan menjambak rambut Bibi Hua, itu seorang pria bertubuh kekar yang usianya tampak kurang lebih 25 tahun.

Entah siapa pria itu, dia tidak ingin mencari tahu, atau peduli sedikitpun tidak. Berani menyakiti wanitanya berarti berani menanggung risikonya.

Melihat pria itu ingin menampar Bibi Hua lagi, rantang yang ada di tangan dengan cepat dilemparkannya ke arah kepala pria itu disertai sebuah teriakan keras. "BERHENTI!!!" Tujuannya berteriak bukan untuk menghentikan pria itu, sesungguhnya agar pria itu melihat ke arahnya, atau lebih tepatnya ke arah garis lurus rantang itu meluncur. Dia ingin rantang itu tepat mengenai wajahnya, bukan bagian lain di kepalanya.

"Jangan ke sini!" Orang pertama yang merespons teriakan itu adalah Bibi Hua. Dengan posisinya yang menghadap ke arah Su Yun datang, sementara pria itu membelakangi Su Yun, tentu Bibi Hua akan menjadi yang pertama.

Pria itu menaikkan salah satu alisnya, penasaran dengan siapa yang berani mengganggu apa yang sedang dilakukannya. Pria itu menendang Bibi Hua hingga membuatnya terlempar beberapa meter, sebelum akhirnya membalikkan badan untuk melihat siapa si pemberani itu.