webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
22 Chs

Kamu tidak keberatan kan Bibi tinggal di sini?

Matanya membelalak yang bersamaan menutup mulut dengan kedua tangannya, merasa tak percaya dengan yang ada di hadapannya, cincin putih bertabur berlian di sekelilingnya.

Bila penglihatannya tidak salah, harganya mungkin di kisaran miliaran, lihat saja seberapa detail penataan berliannya, pahatannya, ukirannya, dan yang paling penting penyatuan dari berbagai hal tadi hingga bisa menghasilkan cincin yang enak di mata.

Mengalihkan pandangan pada wajah Su Yun yang penuh senyum, hatinya di rundung rasa penasaran, siapa sebenarnya Su Yun ini, selalu hidup dalam kemiskinan tiba-tiba bisa mengeluarkan cincin yang super mahal untuk melamarnya, bahkan ekspresi keberatan untuk melepas cincin begitu mahal kepada orang lain pun tidak ada, seakan cincin bukan barang berharga baginya.

Peran rasa penasaran terhadap rahasia yang dimiliki Su Yun sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk segera menerima lamaran itu tanpa banyak berpikir. Mengabaikan faktor-faktor yang membayangi pikirannya seperti perbedaan usia yang jauh, usianya berkepala empat, bukan perawan, sudah sering digunakan oleh suaminya berkali-kali, dan terakhir mandul.

Wanita, bila sudah tertarik terhadap sesuatu yang dimiliki seorang pria, dia akan selalu mengejarnya bagaimanapun caranya.

Memasang wajah tersenyum, tangan kanan dimajukannya ke depan sebagai jawaban atas lamarannya itu, dan berharap Su Yun adalah orang yang mengenakan cincin itu ke jari manisnya, bukannya dia sendiri yang mengenakannya.

"Terima kasih!" Selesai memasang cincin itu, tubuh sedikit ditinggikannya untuk menjangkau bibir manis Bibi Hua.

[Cupss!!!] Dua bibir saling bertemu.

Respons yang Bibi Hua tampilkan tentu saja membelalakkan mata, juga tangan sempat ingin melayang ke pipi Su Yun, untungnya hal tersebut berhenti di tengah jalan. Normal, masih belum terbiasa, ini merupakan pertama kalinya ada seorang pria selain suaminya yang mencium dirinya.

Ciuman itu berlangsung sangat singkat, maklum itu cuma ciuman biasa antara bibir ke bibir, bukan mulut ke mulut.

"Baiklah! Ayo masuk ke urusan utama, aku akan menghilangkan tanda itu!" Suara Su Yun membangunkan Bibi Hua yang sedang bengong gara-gara ciuman dadakannya barusan.

Bahkan belum sempat membalas beberapa kata, Su Yun sudah mengarahkan tangannya ke tanda itu. [Ahh!!!] Suara teriakan Bibi Hua yang kaget.

Bak api yang dipadamkan dengar air, rasa sakit di bagian yang disentuh Su Yun langsung menghilang, akan tetapi rasa sakitnya kembali saat sentuhannya berpindah ke bagian lain. "Mengapa rasa sakitnya hilang muncul hilang muncul terus, apakah cara yang kamu gunakan tidak bekerja?!" Rasa pesimistis mulai tumbuh di dalam dirinya.

Diam mengabaikan segala hal yang ada, itulah yang sedang dilakukannya, fokus perhatiannya saat ini benar-benar tertuju pada apa yang ada di depannya. Mengatur seberapa besar Qi yang harus dikeluarkannya, dia tidak bisa semena-mena mengeluarkan Qi-nya begitu saja tanpa sebuah perhitungan yang jelas, yang ada nanti Qi-nya malah membebani tubuh Bibi Hua yang ujung-ujungnya meledakkan tubuhnya menjadi berkeping-keping.

Beberapa saat mencoba, ditemukanlah ukuran yang pas, dan dimulailah pekerjaan menghapus tanda itu. Layaknya menghapus tulisan yang berada di papan tulis, dia mulai menggerakkan tangannya ke berbagai arah untuk menghapus tanda yang terbuat dari sebuah energi itu.

"Wow, tandanya menghilang, rasa sakitnya juga!" Pandangan Bibi Hua mengarah ke bawah, melihat tanda yang sedikit demi sedikit mulai menghilang saat Su Yun mengusapnya.

Baru saja kagum, harus kagum lagi terhadap kinerja Su Yun yang begitu mudah menghapus semuanya, sama sekali tidak menyisakan sedikitpun. "Terima kasih!" Bibi Hua memberi Su Yun pelukan sebentar sebelum melepaskannya. Perasannya sekarang sangat bahagia sekali, siapa yang tidak merasa bahagia saat dapat keluar dari hari H kematiannya.

Sempat ingin menemaninya tersenyum, namun harus tertunda gara-gara luka lecet dan memar di muka Bibi Hua yang masih belum diobati. Kebetulan, posisinya masih di depen Bibi Hua, mengapa tidak sekalian mengoleskan salepnya sekarang daripada nanti disuruh. Maka diambillah botol salep yang berada di atas meja, tanpa perlu meminta persetujuannya, salep dioleskannya dengan rapi ke semua luka yang ada. "Nah begini kan lebih baik!" Puas mengagumi wajah Bibi Hua yang telah kembali ke kondisi awalnya yang cantik.

"Terima kasih!" Bibi Hua menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah, apa yang kali ini Su Yun lakukan merupakan pertama kali baginya. Suaminya, ups seharusnya dia memanggilnya mantan, mantan suaminya dari zaman PDKT sampai menikah belum pernah melakukan itu kepadanya.

"Tidak perlu berterima kasih segala! Kita kan sudah menjadi suami istri, meski belum sah secara hukum sih!" Su Yun tersenyum, bersamaan mengelus kepala Bibi Hua sebentar sebelum berhenti gegara mengingat sesuatu. "Oh iya, apakah kita jadi pergi belanja baju?!" Tidak hanya Su Yun, Bibi Hua juga melupakan rencana ini.

Tak ada lagi kemerahan di wajahnya, Bibi Hua memandang Su Yun. "Tentu saja! Tapi tunggu Bibi menyiapkan beberapa hal terlebih dulu, baru nanti kita berangkat!" Sembari mengatakan kalimatnya, Bibi Hua berdiri dari tempat duduknya, dan meminta izin untuk pulang ke vila sebentar.

Bagaimanapun diizinkan, Su Yun juga sadar diri bahwa Bibi Hua butuh waktu untuk memperbaiki penampilannya yang acak-acakan, terutama mekap-nya yang sudah luntur.

5 menit setelah Bibi Hua pulang ke vilanya, tidak ada hal lain yang dilakukan Su Yun selain hanya duduk sambil melamun. Perasaan bosan mulai menyerang, dia menatap jam dinding di salah satu sudut ruangan, di sana menunjukkan pukul 10.07. Baru berjalan beberapa menit sejak Bibi Hua pergi, entah kenapa rasanya hampir setahun, bila terus berlanjut bisa-bisa dia bakalan mati karena bosan tidak melakukan apa-apa.

Dari saku celana, dia mengambil kantong penyimpanannya, terus dari sana dia mengeluarkan sebuah cincin giok berwarna hijau polos tanpa hiasan atau ukiran apapun. Tampilan biasa akan tetapi luar biasa kegunaannya, cincin ini merupakan artefak penyimpanan, meski kapasitas tak sebesar kantong penyimpanan, seharusnya cukup untuk memenuhi tugas yang akan diberikannya ke cincin ini.

Rencana, dia ingin memisahkan item yang menurutnya bakal ke pakai di masa depan dan bukan, terlalu merepotkan harus selalu mencari sebuah alasan untuk mengambil sesuatu dari kantong penyimpanannya, yang paling penting tidak perlu lagi khawatir kehilangan lantaran akan selalu berada di jarinya.

Ke empat peti harta karun dimasukkannya ke dalam cincin penyimpanan. Lalu sampai di koleksi pil miliknya, dia berhenti sebentar untuk mengambil 3 pil penghilang rasa lapar, sebelum ikut memasukkannya. Ke 3 pil itu untuk Su Meixiang, bermaksud menghilangkan kekhawatirannya akan Su Meixiang yang kelaparan di kala dia dan Bibi Hua sedang hangout. Lanjut ke barang berikutnya, ada beberapa artefak senjata untuk berjaga-jaga, meski tidak perlu. Cincin penyimpanan terus diisinya sampai tidak tahu sudah berlangsung berapa menit hingga memenuhi kapasitas yang ada.

Sudah beres semua tapi belum ada tanda-tanda akan kehadiran Bibi Hua, dia memutuskan pergi mandi untuk menyegarkan tubuhnya kembali, sekaligus untuk menyerahkan ke 3 pil itu kepada Su Meixiang.

10 menit lagi berlalu, Su Yun kembali ke ruang tamu dengan penampilannya yang sudah segar. Kali ini ruang tamu tidak lagi kosong, ada Bibi Hua yang sedang duduk, tentunya gaun yang dikenakannya sudah berganti baru menjadi Long Bodycon berwarna biru tua solid. Tak kalah cantik dari yang sebelumnya, malah menurutnya lebih bagusan yang sekarang, gaunnya benar-benar membungkus erat tubuhnya sehingga setiap lekak-lekuk tubuhnya terlihat jelas, ditambah lengan dan v neck yang terbuka seakan menambah aura keseksiannya.

Bukan penampilannya saja yang mengalihkan perhatiannya, tapi barang yang ada di dekatnya, yaitu sebuah koper. Dia mendekat ke Bibi Hua dengan muka yang terlihat sangat penasaran akan koper itu, sedangkan Bibi Hua yang menyadari kedatangannya langsung berdiri, menyambutnya dengan senyuman yang begitu indah bagai mentari yang muncul di pagi hari.

"Untuk apa ini?!" Su Yun menepuk koper yang dibawa Bibi Hua.

Penjelasan mulai diberikan kepada Su Yun, bahkan termasuk yang tidak ditanyakannya. Koper itu berisi semua barang-barang miliknya sendiri, atau dengan kata lain yang dibelinya menggunakan uang sendiri, bukan pemberian mantan suaminya. Lalu mengapa ke sini sambil membawa koper, tentu ingin tinggal bersama Su Yun.

Dia telah berkomitmen untuk memutus dan tidak ingin memiliki hubungan dengan seseorang yang bernama keluarga Taidu. Bahkan sebelum datang kemari, dia telah merobek buku akta pernikahannya dengan Taidu Elie, termasuk meninggalkan secarik surat yang berisi bahwa dia akan melayangkan permohonan cerai ke Instansi Pemerintah yang mengurusi seputar pernikahan.

"Jadi, kamu tidak keberatan kan Bibi tinggal di sini?!" Bibi Hua mengakhiri penjelasannya, dan di sisi lain Su Yun terlihat bengong dengan tatapan kosong. "Yun-er?!" Tangan digerak-gerakkannya di depan mukanya, mencoba membangunkannya.

Suara merdu Bibi Hua yang memanggil namanya seketika membangunkannya. "Hm-ya... ya... Bibi bisa tinggal di sini sesukanya! Tapi... fasilitas di sini tidak semewah di vila lho!" Mencoba meyakinkan Bibi Hua untuk memikirkan kembali pilihannya. Berharap, pilihannya akan berubah batal tinggal di sini.

Seperti yang dikhawatirkannya saat bengong, di sini ada Su Meixiang, dia tidak ingin adiknya itu mengetahui hubungan yang dimilikinya dengan Bibi Hua, begitupun sebaliknya. Pernah dia singgung sebelumnya, wanita di zaman ini sangat berbeda dengan di zaman dulu. Dulu, berapa banyak wanita yang dimiliki seorang pria, tidak ada yang peduli dan akur satu sama lain. Sekarang, mencontoh hal itu bisa menyebabkan perang dunia, meski poligami dilegalkan oleh negara.

"Fasilitas tidak penting! Yang penting adalah kamu, Bibi merasa tidak aman bila tidak di sampingmu!" Setelah mengalami pengalaman mistis hari ini, dia mencari informasi tentang hal mistis itu di internet, dikatakan bahwa itu berhubungan dengan dunia kultivasi, dan dari hasil searchingnya juga, dia berani menyimpulkan Su Yun adalah seorang kultivator.

"Ya sudah!" Hanya bisa pasrah menerima, berdoa saja Bibi Hua tidak akan menunjukkan kemesraan di depan adiknya. "Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang!" Ajakan Su Yun untuk segera berangkat ke Mall diterima Bibi Hua.

Sebelum berangkat, Su Yun menyuruh Bibi Hua menunggu di luar, sedangkan dia menyiapkan tempat tinggal untuknya. Tidak banyak pilihan kamar di sini, hanya ada dua, jadi pilihan jatuh pada kamar ibunya yang tidak digunakan gara-gara kesibukannya.