webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Masalah di dalam Bus (1)

2 menit kemudian Su Yun menyusul Bibi Hua, dan dilanjutkan dengan mereka berdua berjalan kaki menuju ke Halte Bus. Sampai di sana, Su Yun sedikit dikejutkan oleh antrean yang begitu padat, padahal sekarang sekitar jam 10, sudah lewat jamnya untuk orang-orang berangkat kerja atau kuliah.

Setelah 10 menit perjuangan mengantre, tibalah giliran mereka masuk ke dalam Bus. Sayang seribu sayang, mereka adalah orang terakhir di antrean yang boleh memasuki bus, mau tak mau harus berdiri, dan itupun berdesak-desakan hingga saling pepet.

Situasi yang rawan bagi seorang wanita untuk mengalami pelecehan, dia tidak ingin hal itu terjadi pada wanitanya. Solusi yang bisa dipikirkannya hanya memojokkan Bibi Hua ke pintu bus yang nantinya akan tertutup rapat, melindungi tubuhnya dengan tubuhnya sendiri. Sayangnya pemilihan tempat berdiri mereka salah, sedikit menjorok ke dalam, di kelilingi orang-orang.

Pintu pun tertutup, tanda bus mulai perjalanannya, ini adalah waktu yang tepat, yang biasa digunakan para molester melancarkan aksinya. Dikejar waktu, dia hanya bisa menggunakan cara terakhir yang ada di otaknya. "Maaf ya, Bibi!" Bibi Hua yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menatap Su Yun dengan wajah bingungnya.

Wajah bingung itu berubah menjadi keterkejutan, Su Yun menarik tubuh lembut Bibi Hua ke dalam pelukannya, erat dan mepet, bila menatap ke bawah akan terlihat kaki Bibi Hua yang berada di antara kedua kaki Su Yun, dan yang membuat Bibi Hua sangat terkejut adalah kedua tangannya yang berada di pantatnya.

"Bibi tidak marah kan?!" Bisikan lembut di telinga kiri Bibi Hua.

Masih dalam ketidaktahuannya terhadap maksud perbuatan Su Yun, Bibi Hua asal geleng saja sebagai jawaban. Anggapannya, Su Yun layaknya anak muda pada umumnya yang baru pertama kali menjalin suatu hubungan, yang mana sedikit sedikit suka horny, dan dia tidak terlalu mempermasalahkannya, malah bersyukur Su Yun masih tertarik pada tubuh tua yang sudah berkali-kali digunakan oleh mantan suaminya.

Mereka berdua tetap bertahan dalam posisi seperti ini hingga tak terasa bus telah berhenti di Halte untuk yang ke tiga kalinya. Seperti biasa, pergantian penumpang pun terjadi, orang-orang mulai mengecek barang bawaanya kembali sebelum turun dari bus.

Banyak kursi penumpang yang kosong mulai terlihat, memanfaatkan kesempatan para penumpang baru yang masih belum naik ke bus, Su Yun mengajak Bibi Hua pindah ke salah satu kursi penumpang yang berada di tengah barisan sebelah kanan. Pas, tepat bokong ditaruh, penumpang baru dengan cepat mengisi area kosong yang ada, tapi tidak sepenuh sebagaimana di awal.

"Masih ada berapa Halte lagi untuk sampai ke Grand Treasure?!" Sekarang Su Yun duduk di dekat jendela, menengok Bibi Hua yang ada di sebelah kanannya.

"Kamu tidak tahu?!" Pertanyaan dari Su Yun cukup mengejutkan.

Grand Treasure adalah Mall terbesar di kabupaten ini, bahkan di daerah lain, tak hanya segi bangunan yang megah, harga barang yang ditawarkan di sana terbilang sangat murah dibanding Mall-Mall lainnya. Jadi tidak mengherankan Mall ini sangat populer di semua kalangan masyarakat, baik miskin hingga kaya. Lah sekarang, Su Yun malah tanya tempatnya, artinya tidak tahu apa-apa karena belum pernah ke sana.

Dengan polosnya Su Yun mengangguk, memang sekalipun belum pernah ke sana, eits salah, bukan belum, melainkan keinginan untuk pergi ke sana tidak ada. Bila ada kebutuhan, pilihannya selalu berbelanja ke Mall yang di miliki oleh ibu angkatnya.

"Grand Treasure ada di dekat alun-alun kabupaten, masih ada 3 Halte lagi!" Di jeda ini muka Bibi Hua terlihat berubah serius. "Juga Bibi ingin memperingatkanmu, jangan membuat keributan di sana, mau pihak yang salah atau benar, tetap kena hukuman!" Tidak ada namanya manfaat yang mutlak, contohnya ya Grand Treasure ini, kelebihannya banyak manfaat menguntungkan kepada pengunjungnya, kekurangannya disiplin peraturannya sangat ketat.

"Berarti masih lama!" Jawab singkat Su Yun seakan tidak peduli terhadap peringatan Bibi Hua, sebelum melanjutkan omongannya. "Kalo gitu aku mau tidur sebentar, ngantuk banget gegara tadi malam tidurku kurang nyenyak!" Su Yun yang sudah beberapa kali menguap meminta izin ke Bibi Hua untuk istirahat sebentar, dan Bibi Hua mengizinkannya.

Sementara Su Yun sudah memejamkan matanya, Bibi Hua memfokuskan pandangannya pada pemandangan yang ada di luar jendela sebelah Su Yun.

Laju bus yang tidak terlalu cepat memungkinkannya untuk menikmati pemandangan yang ada. Bangunan pertokoan, orang-orang yang sedang melakukan aktivitasnya, hijaunya tumbuhan di kebun, hingga padi di persawahan, cukup untuk memanjakan matanya, sedikit mengurangi kebosanan dalam perjalanan ini.

Akan tetapi kegiatannya ini tidak bisa berlangsung lama, selang beberapa menit alisnya mengerut, bukan terganggu suara bising orang-orang yang lagi mengoceh atau kendaraan yang ada di luar. Melainkan suara lirih tangisan seseorang, sangat lirih, mungkin hanya bisa disadari saat kondisi pikiran jernih selayaknya dia menyegarkan pikiran dengan pemandangan yang ada di luar.

Penasaran, tentu no debat. Soalnya suara tangisan itu terdengar sedikit aneh, ini mengingatkannya akan suara yang ada di dalam sebuah adegan film, suara saat karakter heroine diperkosa oleh karakter antagonis, suaranya sama persis.

Dia pun berdiri dari tempat duduknya, mencari di mana sumber suara itu, menatap bagian depan tidak menemukan apa-apa, tampak normal. Beralih ke belakang, dia menemukan ada sedikit keanehan, orang-orang yang berdiri di sana saling berhimpitan sehingga bagian belakang terhalang oleh mereka.

Sangat mencurigakan, dari tampang mereka terlihat tidak saling kenal, tapi dia berani yakin mereka terkait satu sama lain. Sempat tadi dia memergoki mereka saling lirik dengan ekspresi seakan menahan tawa.

Tidak ingin membuang banyak waktu, takutnya benar tangisan itu berasal dari korban pelecehan, dia beranjak pergi ke belakang untuk mengecek apa yang tersembunyi di balik orang-orang itu.

"Maaf Nyonya, di sini sudah sangat sumpek, bila ingin mencari tempat berdiri mending di depan saja!" Salah seorang pria berpakaian profesional yang tampak berusia sekitar 50-an mencoba menghalangi Bibi Hua yang hendak menerobos.

Bibi Hua tidak menghiraukannya, tetap berusaha menerobos, mencoba menggeser orang-orang yang mencoba menghalanginya. Apa daya, dia hanya wanita biasa, mustahil bisa menggerakkan sekelompok pria bertubuh sedikit kekar ini.

"Aku sarankan untuk mengurus urusanmu sendiri, Nyonya! Jangan menggali kuburmu sendiri!" Pria lain yang terlihat tidak sabar menghadapi kelakuan Bibi Hua, mulai menunjukkan emosinya.

Kalimatnya terdengar biasa, tidak dengan nadanya, itu terdengar seperti seorang preman yang sedang bicara. Cukup mengintimidasi bagi Bibi Hua, hingga menyebabkannya berhenti mencoba menerobos lagi.

"Kalian dengar, orang ini mengancamku, pasti benar ada yang tidak beres di belakang! Jadi mengapa kalian masih diam saja, cepat bantu aku mengusir orang-orang ini!" Para penumpang lainnya yang sedang menonton hanya melihat saja, tidak menggubris sama sekali ajakan Bibi Hua. Mereka semua juga tahu ada yang tidak beres, makanya lebih memilih diam daripada bertindak ceroboh yang berujung penyesalan.

Di saat Bibi Hua masih dengan bodohnya menunggu para penumpang lain untuk bergabung bersamanya. Di sisi lain, bagian belakang yang ingin dituju Bibi Hua, saat ini ada seorang pria berusia sekitar 35 tahunan sedang berhubungan seks dengan seorang wanita berusia sekitar 12 tahunan.

Pria itu tersenyum puas, dorongan demi dorongan penisnya menggempur vagina wanita itu dengan ganas seakan tidak peduli tubuhnya yang mungil. Sedangkan wanita itu hanya bisa meneteskan air mata, mulutnya yang tersumpal kancut tidak bisa mengeluarkan suara, terdiam di posisinya gegara dua pria lain yang mengunci kanan dan kiri tubuhnya

Di tengah-tengah akan menuju klimaksnya, seorang pria berbaju kuning datang membisikkan sesuatu ke telinga pria itu. "Sesuai seleraku! Katakan pada Tiyu, cepat bawa wanita yang kamu bicarakan tadi kemari! Jangan lupa pake cara halus, aku tidak ingin kegiatanku ini diketahui Ayahku!" Pria berbaju kuning lantas kembali ke kelompok yang menutupi bagian belakang untuk menindaklanjuti perintah yang diberikan pria itu.

Kembali ke Bibi Hua, lama menunggu tidak ada satupun orang yang menanggapi ocehannya. Perasaan kecewa pun tumbuh, sebagai manusia yang hidup di zaman modern ini, moral mereka benar-benar tidak ada. Teganya mementingkan ego sendiri ketimbang datang membantu orang yang sedang membutuhkan.

Mengalihkan pandangannya kembali dari orang-orang egois yang ada di sekitarnya ke beberapa pria yang menghalanginya. "Awas, kalian tunggu saja!" Sebuah kalimat peringatan sebelum pergi meninggalkan tempatnya. Dia bermaksud kembali sebentar ke tempat duduknya sebelum kembali lagi bersama Su Yun untuk mengatasi orang-orang itu.

Namun saat akan berbalik pergi tiba-tiba pria berpakaian profesional memanggilnya. "Tunggu! Kamu mau melihat apa yang ada di belakang kan? Kalo masih minat, silakan di cek sepuasnya, kali ini kami tidak akan menghentikanmu!" Tak hanya pria berpakaian profesional, yang lainnya juga memberi ruang bagi Bibi Hua untuk lewat.

Sungguh perubahan sikap yang sangat cepat, lebih cepat dari membalikkan sebuah telapak tangan. Perubahan ini mengundang kecurigaan bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu yang buruk, ini juga didukung instingnya yang mengatakan untuk tidak datang ke sana.

Kepercayaan terhadap instingnya sendiri adalah 100%, Bibi Hua memilih melanjutkan langkahnya meninggalkan tempatnya berdiri, mengabaikan omongan pria berpakaian profesional. Alasan untuk pergi ke belakang mempertaruhkan keselamatannya sendiri sangat kecil, dia masih belum tahu apakah praduganya benar tentang suara itu berasal dari wanita yang sedang diperkosa, dan bila benar apakah dia kenal wanita itu. Menolong sih menolong, tapi harus merugi ya enggak mau.

"Hei Tiyu! Apakah kamu gila membiarkan wanita itu pergi?! Wanita itu disukai Bos lho, hukuman bakal menanti kalo gagal mendapatkannya!" Melihat Bibi Hua pergi begitu saja, Pria berbaju kuning muring-muring kepada pria berpakaian profesional yang ada di depannya. Meski dia bukan orang yang diberi perintah, hukuman atas kegagalan Tiyu melaksanakan perintah akan diterapkan ke seluruh anggota, dan dia tidak mau dihukum.

Pria berbaju kuning hanya peduli pada hasil, makanya tidak peduli dengan kalimat terakhir yang ada di perintah, yaitu menggunakan cara halus. Berbeda bagi pria berpakaian profesional yang bernama Tiyu ini, sangat peduli, dia tidak ingin mengabaikan sesuatu yang akibatnya akan mempengaruhi karirnya di kelompok ini.