webnovel

Dance Of The Red Peacock.Ind

HongEr seorang anak berwajah manis yang menyenangkan, dengan tawa yang indah seperti cahaya matahari, seperti di dunia ini tidak ada hal yang bisa menggoyahkan keceriaannya, yang membuat semua tak bisa berpaling darinya. Kisah petualangan bocah dengan sepasang mata dan rambut berwarna merah baru saja dimulai, bersama dengan kakaknya tercinta FeiEr menjelajah JiangHu dan menemukan segala hal mulai dari yang menyenangkan hingga menegangkan. Its Bromance to Romance. Ini cerita ringan tentang bagaimana Cinta bisa muncul dalam bentuk apa saja, bahkan perasaan cinta yang timbul kepada orang terdekat yang tidak bisa dikendalikan. Its fun, its cute^^ ================ Cover bukan milik saya just borrowed it guys, but he is so pretty yah ^^

Sweet_SourKiwi · Ost
Zu wenig Bewertungen
129 Chs

Menuju Hutan Arwah

Persiapan perjalanan menuju ke hutan arwah.

Mengingat statusnya YangLe tidak ikut rombongan menuju misi penyelamatan KaiLe, ada FeiEr, DaHuang, AhLei, pengawal BuAn, YuTang dan petarung andalan dari istana putra mahkota, beberapa pengawal kecil ikut untuk membawa bekal dan senjata.

Fei sudah begitu gagah duduk di atas kudanya yang berjejer dengan DaHuang dan lainnya, menunggu YangLe yang mengantar di depan aula Salju.

"Tuan muda Fei, ini bukan misi Anda sebenarnya, sebelumnya saya sangat berterima kasih anda mau menawarkan diri membantu KaiLe, dan BuAn apapun yang terjadi, jika situasi memang sudah tidak memungkinkan kalian harus mundur dan kembali dengan selamat, hutan arwah bukan lawan kalian jadi saya tidak akan menyalahkan kalian"

Semua mengepalkan tangannya memberi hormat.

"Siap Yang Mulia!"

Tak butuh waktu lama rombongan dengan kesatria andalan Hua sudah menghentak jalan utama kota TaiYang, dua kereta menyusul di belakang FeiEr dan DaHuang, sementara BuAn dan YuTang berjaga di bagian belakang, derap langkah kaki kokoh kuda tinggi besar dengan otot yang mencuat jelas di dada dan seluruh tubuhnya, napas yang berat dan mantap, darah-darah mendidih kuda besar ciri Hua yang sudah tak sabar untuk berlari secepatnya.

"Hiaa!! Hiaaa!!"

Sementara di dalam kereta barang,

"Aduh, bisa pelan-pelan tidak sih" dari dalam tumpukan barang muncul seseorang dengan mengenakan pakaian pengawal kecil seperti lainnya, tapi kenapa ia berada di dalam dan bukannya di luar berlari bersama yang lainnya, tak lama muncul lagi satu orang lainnya dari tumpukan barang.

"Aduh, Yang mulia, anda tidak apa-apa?" Ia Sun, Sun? Pelayan kecil HongEr? Sudah pasti yang dipanggil Yang Mulia adalah HongEr yang lagi-lagi menyelinap dan bersembunyi di dalam kereta.

Sun berusaha mendekati pangerannya di atas kereta yang bergoyang kencang, karena itu kereta barang tidak ada yang memikirkan isi di dalamnya, lagipula semua harus bergerak cepat, tapi rasanya sangat tidak karuan.

"Yang Mulia sini bersandar pada Sun"

Dalam kereta berukuran sempit yang bergerak sangat cepat hingga bergoyang sana sini membuat Hong kesulitan bangun apalagi mendekati Sun, tapi Sun berhasil mendekati pangerannya dan duduk di dekatnya, saat Hong hendak mengangkat tubuhnya mendekat tiba-tiba kereta itu terangkat karena melewati jalan yang tidak rata hingga membuat Hong jatuh terduduk dengan keras.

"Akh!"

Di bagian depan kereta, kusir yang membawa kereta berusaha menyamai kecepatan rombongan seperti mendengar sesuatu, pengawal yang duduk di sampingnya juga menoleh padanya, sepertinya memang ada suara dari dalam kereta, tapi saat pengawal kecil itu hendak menyibak tirai melihat ke dalam roda kereta kembali melewati lubang hingga membuat kereta itu bergoyang dengan keras.

"Buk buk!"

Membuat dua pengawal itu harus berpegangan erat agar tidak jatuh.

Kembali ke dalam kereta, mata Sun membelalak lebar melihat darah dari telapak tangan Hong yang tanpa sengaja mengenai senjata tajam saat jatuh tadi, ia mengeluarkan sesuatu dari tas punggung miliknya.

"Aduh Yang mulia, ini darahnya banyak sekali"

Hong merengutkan wajahnya menahan sakit, ia sial sekali padahal belum juga bertempur kenapa ia sudah mengeluarkan darah, ini payah sekali.

"Aah sakit kak"

Sun dengan lembut membersihkan luka dengan kasa, ia sudah membawa peralatan lengkap di dalam tasnya karena yakin pangeran kecil itu pasti akan melukai dirinya sendiri.

"Tahan Yang mulia hamba akan balut lukanya yah"

Hong melirik sekitarnya, dari sela tirai jendela tampak langit di luar masih begitu terang, rombongan berangkat pagi untuk menghindari jalan yang sulit menjelang malam, dan udara di Hua saat ini mulai semakin panas, dan dengan begitu banyak barang dalam kereta hingga menutupi lubang angin mereka bisa mati lemas di dalam.

"Kak panas sekali yah" Hong mulai mengeluh, setelah membalut luka HongEr Sun segera mengeluarkan barang lain dari dalam tas, sebuah kipas putih dengan ukuran cukup besar dan mengibaskan angin pada pangerannya.

"Yang Mulia hamba kipasi yah, ini basuh keringat Yang Mulia" ujar Sun sambil menyerahkan sapu tangan bersih dari dalam tas pada pangerannya, Hong menarik kerahnya, pakaian pengawal kecil ini memang panas, walau dibilang cukup aman karena ada plat besi untuk melindungi tubuh tapi siapa yang bisa mengenakannya saat panas begini, ia bisa mati kepanasan.

"Duh panas kak"

Tak lama kemudian rombongan mendekati kota FoTang, kota kecil di mana hutan arwah berada, hutan itu memiliki luas tak terkira, konon puluhan tahun lalu suku mistis hidup dengan tenang dan damai jauh dari keramaian di kedalaman hutan, hingga terjadi pemberontakan yang menurut berita didalangi oleh suku mistis yang pernah ditangkap istana karena melakukan hal terlarang di kota, entah bagaimana nasib mereka setelah pembunuhan massal di salah satu kota dekat hutan arwah di mana suku mistis banyak tinggal di sana.

Menjelang gelap dan rombongan memutuskan untuk mencari tempat menginap menunggu langit terang kembali, dengan kondisi gelap Medan yang sulit akan bertambah bahaya jika dipaksakan untuk dilewati.

Fei meletakkan pedangnya ke sampingnya dan mengulurkan tangannya ke api unggun untuk mengusir dingin, DaHuang mendekat, sementara AhLei terlihat mengajari BuAn dan YuTang beberapa trik untuk menghadapi tumbuhan hidup dan hewan aneh semacamnya di hutan arwah.

"Tuan muda" DaHuang duduk di samping tuan mudanya, melirik sebentar ke arah AhLei, BuAn dan YuTang yang berada agak jauh di bawah pohon.

"Mungkin besok siang kita sudah akan tiba di perbatasan hutan arwah, kita sudah berlari sangat cepat dari ibukota hingga tak sampai sehari sudah tiba di sini" ujar Fei.

DaHuang melihat tuan mudanya, mengerutkan dahinya dalam, masih bertanda tanya sendiri.

"Em Tuan Muda, ini"

Fei tahu apa yang hendak ditanyakan pengawal pribadinya itu, ia menjawab duluan.

"Kenapa aku menyusahkan diri menawarkan untuk membantu KaiLe?"

DaHuang gagap, ia menurunkan kepalanya.

"Maaf hamba lancang bertanya, walau hamba tahu tuan muda sangat menghargai ikatan persahabatan yang sudah terjalin, tapi, saat ini prioritas kita adalah membawa tuan muda kecil pulang ke Tang, kalau begini caranya, .. eh, hutan arwah juga tempat yang sangat berbahaya, hamba khawatir"

Fei mengerti apa maksud ucapan DaHuang, ia merogoh pakaiannya, mengeluarkan sesuatu dari dalam, sebuah emblem giok berwarna kemerahan dengan bentuk yang sangat indah, ia melihatnya lama, jadi ingat apa yang dikatakan KaiLe siang itu di belakang paviliun Peony.

KaiLe mengulurkan sesuatu ke depan Fei, sebuah gantungan giok berwarna kemerahan.

"Ini apa?" Tanya Fei.

KaiLe tersenyum lebar, pipinya memerah.

"Ini, hadiah untuk adik Hong, aku susah sekali menemukan ini dan jatuh cinta pada pandangan pertama, seperti, eh, saat melihat adik Hong"

Fei menatap KaiLe tajam, bagaimana pangeran muda itu berani mengatakan hal itu padanya, apa ia cari mati?

Ia membuang wajahnya dari arah KaiLe, mengacuhkannya walau tangan KaiLe terulur padanya.

"Jangan berpikir macam-macam, aku tidak akan pernah biarkan kau mendekati adikku lagi, aku belum memberi anda pelajaran karena sudah melecehkan adikku, lebih baik menyerah saja"

#################