Sementara tak jauh dari keramaian kota BaYau yang mulai hidup, agak jauh ke dalam hutan dalam terlihat dua orang yang berjaga di sebuah lubang goa yang cukup besar, yang semakin ke dalam ruangan dalam goa semakin luas dan semakin terang, saat masuk pertama kali akan tampak sebuah ruangan sangat besar dengan beberapa ornamen menyerupai burung gagak dan merak hitam di sepanjang pilar yang menjulang tinggi, langit-langit menggantung beberapa lampu dengan lilin yang tak pernah padam, api bergejolak di dekat singgasana utama di bagian kanan kiri hingga sepanjang ruangan, tidak ada orang lain di sana, mungkin karena belum ada pertemuan penting, hingga semua masih berada jauh di dalam goa yang entah seberapa besar dan luasnya.
Salah satu ruangan gelap dengan sangat sedikit cahaya dari lampu minyak di dinding berbatu, di mana tampak Tao yang berusaha melepaskan diri dari belenggu besi di dua kaki dan tangannya melihat pangerannya yang tak sadarkan diri di sebrangnya, juga dalam kondisi terikat, beberapa anak buah FaHua terlihat di sudut ruangan, sepertinya mereka semua masih hidup, syukurlah, pikir Tao dalam hati, tapi, kenapa pangerannya belum sadarkan diri, apa ia terluka parah?
"Yang Mulia! Yang mulia Pangeran!" Seru Tao agak berbisik, ia pria dengan tenaga dalam sangat tinggi dan ilmu beladiri nomor satu di Hua, harusnya ia bisa melepaskan diri dengan mudah, tapi kenapa rantai besi yang membelenggu dua tangan dan kakinya tidak bergeming sama sekali.
"Eh Yang Mulia bangunlah!" Seru Tao, usahanya berhasil, setidaknya KaiLe mulai menggerakan kepalanya, ia berusaha membuka matanya yang berat, kepalanya pusing bukan main, tenaganya juga sangat lemah, ia melihat Tao dan tersenyum lega.
"He Tao, syukurlah, kau, tidak apa-apa"
Tao berpikir pangerannya masih setengah sadar, bagaimana ia bisa tidak apa-apa? Bagaimana mereka bisa baik-baik saja, mereka dalam penahanan orang jahat, dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya, Tao masih berusaha menarik belenggunya.
"Ekh Yang mulia apa anda terluka? Bagian mana yang terluka? Hamba akan berusaha, ekh melepaskan diri"
KaiLe melirik belenggu di dua tangan dan kakinya, juga di tangan dan kaki Tao, ia menggelengkan kepalanya.
"Hentikan Tao, kau tidak akan bisa melepaskan diri, ini adalah besi Langit, berasal dari batu yang jatuh dari langit, tidak ada yang bisa melepaskan diri darinya kalau tidak ada kuncinya, simpan saja tenagamu"
Tao menghentikan usahanya, lalu apa yang harus ia lakukan? Mereka tidak bisa berdiam diri saja khan?
....................
Pengawal Song sudah mengumpulkan pengawal terbaiknya untuk ikut misi penyelamatan KaiLe di halaman depan, tampak dalam kerumunan YuTang yang tengah melilit kain di lengannya sebelum menggenakan Jirah pengawalnya, BuAn mendekat.
"Pengawal Yu apa anda yakin anda sudah baikan? Perjalanan kali ini membutuhkan semua tenaga yang ada, kalau kau merasa tidak mampu sebaiknya tidak usah ikut"
YuTang mengangkat tangannya.
"Pengawal Bu, hamba cukup siap, luka hamba sudah sembuh dan hamba juga menguasai sedikit trik ilmu mistis, saat ini kita sangat membutuhkannya Khan, hamba tak bisa berdiam diri sementara Pangeran Kai dan pengawal Tao dalam masalah, selama ini beliau selalu mendukung hamba, ini kewajiban hamba mohon ijinkan hamba ikut"
BuAn menarik bibirnya, ia tidak bisa mencegah pengawal muda itu bagaimanapun caranya.
BuAn menoleh ke arah pavilion saat mendengar suara yang agak gaduh.
"Sudah kak Nu jangan berisik akh, nanti kalau kak YangLe tahu bisa gagal usaha kita" Hong yang sudah mengenakan pakaian untuk berlatih dan berburunya dengan membawa tas besar di punggungnya diikuti dua pelayan kecil dan pengawal pribadinya di belakang, BuAn mengerutkan dahinya, apa pangeran kecil itu mau ikut juga.
"Salam Yang Mulia" BuAn dan lainnya menurunkan tubuhnya saat Hong tiba di depan mereka, pangeran muda itu melirik sekitarnya, kanan dan kiri, ia lalu mendekati BuAn dan berbisik.
"Kak Bu diam-diam yah, Hong mau ikut rombongan kak Bu, jangan bilang sama kak Yang dan kak Fei yah" bisik Hong.
BuAn gagap, bagaimana ia bisa melakukannya? Kalau putra mahkotanya tahu ia bisa kehilangan kepala, dengan cepat BuAn dan lainnya menurunkan tubuhnya berlutut.
"Mohon Yang Mulia jangan lakukan ini, Yang Mulia tahu kalau Yang Mulia putra mahkota bisa memenggal kami kalau sampai terjadi hal buruk pada pangeran, mohon Yang Mulia ampuni kami"
Hong mengerutkan dahinya, bagaimana bisa ia membuat semua orang celaka? Ia hanya ingin ikut menyelamatkan kakaknya, ia berusaha membangunkan BuAn dan lainnya.
"Kak Bu, Hong tidak akan melakukan apa-apa, hanya ikut saja, kak Bu tidak akan terlibat masalah, ayo bangun"
"Hong apa yang kau lakukan?" Suara FeiEr, Hong menggaruk kepalanya, padahal sebentar lagi berhasil menyusup, tapi kakaknya itu sudah melihatnya dengan mata bulat besar seolah ingin menelannya.
"Ich kakak"
........................
YangLe duduk di ruang tengah bersama Fei dan BuAn dan beberapa kepala pengawal lainnya membahas strategi mereka untuk masuk ke hutan arwah, Hong tak boleh mendekat hingga ia hanya duduk agak jauh di depan sambil berusaha mengintip ke dalam, dua pelayan kecilnya mengibaskan kipas besar padanya karena udara begitu panas, tapi pangeran muda itu tidak bisa diam, ia terus bangun dan duduk lagi dengan gelisah, NuEr dan Sun saling berpandangan, paginya pangeran kecil itu dengan semangat menuangkan kembali semua isi tas yang tadinya berisi barang bawaan untuk kunjungan ke istana, tapi ia mengeluarkan semua isinya dan menggantinya dengan pakaiannya beberapa pasang, sepatunya, obat, segala yang sangat penting untuk perjalanan sebenarnya, ikut misi penyelamatan kak Kai-nya, tapi, siapa yang akan membiarkan ia ikut? Dengan kemampuan Hong yang sama sekali tidak bisa ilmu beladiri apalagi ilmu mistis ia hanya akan menyusahkan semua orang, memikirkan itu Hong jadi mengerutkan bibirnya kesal, bagaimana ia bisa jadi tidak berguna di saat seperti ini? Apa saja yang bisa dikerjakannya ia akan melakukannya, ia tidak bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun bukan?
Saat melihat ke arah lain Hong menghentikan gerakannya, kumpulan pengawal muda yang tengah berlatih di lapangan depan tak jauh dari aula salju menarik perhatiannya, ia segera mengendap ke arah sana, tiba-tiba ia merubah raut wajahnya seolah menemukan titik terang dalam pikirannya.
"Yang mulia" Sun dan NuEr yang bingung melihat pangeran muda yang bergerak dengan cepat hampir meninggalkan keduanya yang masih termangu segera mengejarnya.
"Yang Mulia mau kemana?!" Seru Sun, ia dan NuEr juga beberapa pengawal pribadinya kerepotan mengejarnya.
"Yang Mulia!"
#######