Keesokan harinya ketika Gina membuka mata, Yudha telah duduk di kursi dekat jendela kamar dengan majalah ditangannya
"Sejak kapan koran berubah jadi majalah?Sepertinya sebelumnya kamu selalu membaca koran?" tanya Gina sambil merapikan rambutnya kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan kearah Yudha
"Apakah ada sesuatu yang menarik dalam majalah hari ini?"tanyanya lagi yang kini berdiri dibelakang Yudha dengan kedua tangan diletakkan di pundak Yudha
"Lihatlah ini!"
Gina menundukkan kepala hingga dagunya kini dipundak Yudha dan melihat majalah yang ada ditangan Yudha. Dia cukup terkejut dengan apa yang dilihat
"Bagaimana bisa ada berita ini?"
Dahi Gina berkerut dengan mata Yudha dan Gina saling menatap
"Kamu terlalu meremehkan suamimu ini nyonya. Kamu tenang saja, ini masih belum apa - apa. Kita baru akan memulai langkah dasarnya saja!"
Yudha menjelaskan dengan senyum tipis yang tak dapat diartikan
"Ternyata ketampanan mu ini hanya kedok menutupi sifat kejammu tuan" Gina berkata dengan nada mengejek yang sangat tenang.
Yudha hanya menanggapi perkataan istrinya dengan tersenyum saja
*****
Sementara di perusahaan Atmaja Arin sedang kebakaran jenggot karena berita yang ada di majalah mengenai Siska yang berusaha menghina Yudha dengan menolaknya menyanyi meskipun dibayar 2 miliyar akhirnya viral. Tidak hanya di majalah cetak saja menerbitkannya, namun juga di majalah online. Semua mengejek Siska karena begitu sombong menolak uang yang jumlahnya cukup banyak
"Sebelumnya aku merasa familiar dengan namanya, ternyata memang dia adalah Yudha sama dengan Yudha pebisnis luar negri yang telah berhasil menembangkan beberapa cabang disana dalam usia terbilang muda"
"Benarkah dia Yudha Arya Kusuma yang berhasil mengembangkan perusahaan dliluar negri sebelum usianya mencapai 30tahun? Berani sekali Siska menyinggungnya. Padahal Yudha dikenal sebagai pengusaha berdarah dingin"
"Mungkin karena dia tidak mengenalnya secara langsung. Memang selama ini dia tidak pernah menunjukkan wajahnya di depan publik. Kurasa ini pertama kalinya dia setuju untuk diliput"
"Apapub alasan Yudha, sekarang ini Siska telah memiliki tanda dari Yudha, satu kali salah melangkah maka akibatnya bisa fatal"
Arin ketakutan ketika dia membaca berita online itu. Arin juga baru kembali dari luar negeri, tentu dia selalu mendengar nama Yudha. Hanya saja dia belum pernah bertemu langsung dengannya. Awalnya dia dan Siska sangat senang diundang ke pesta agar memiliki kesempatan untuk mendekati Yudha dan mendapatkan dukungannya. Siapa sangka dia malah membuat masalah dengan Yudha
"Bagaimana kamu berujung menyinggung Yudha? Aku memintamu untuk mendekatinya bukan membuat masalah!" bentak Arin pada Siska setelah membaca berita mengenai yang terjadi
"Aku sama sekali tidak menyinggungnya nenek. Waktu itu aku berdebat dengan kak Gina. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa membelanya. Tapi nek, apa nenek tidak mencurigai sesuatu? Aku baru pertama kali bertemu dengan Yudha dan lagi, aku tidak menyinggungnya. Tapi apa dia memberikan uang pada ku karena aku memberikan uang yang sama pada Gina beberapa hari yang lalu?"
Arin terlihat merenung seakan dia telah memikirkan sesuatu
"Bisa jadi yang kamu katakan itu benar. Tapi bagaimana dia bisa dekat dengan Gina? Apa hanya karena mereka berada diperusahaan yang sama?"
"Entahlah nek, aku hanya tahu kalau Gina tengah mengajukan proyek pengembangan resort, mungkin karena itu mereka dekat?"
"Mungkin saja. Kita harus lebih berhati- hati sekarang!"
"Iya nek aku mengerti"
"Sudahlah, tidak perlu memikirkan hal ini lagi, dalam beberapa hari kamu akan melaksanakan pertunangan, sebaiknya kamu hanya memikirkan itu saja. Dan untuk Gina kamu tenang saja, nenek akan memberikan dia pelajaran nanti"
Arin sudah tidak marah dan dia kembali bicara dengan tenang. Perkataannya membuat SIska tersenyum lebar
"Terimakasih nek"
*****
Gina dan asistennya Risti pergi ke sebuah restoran untuk mengadakan rapat bersama perwakilan dari perusahaan lain disana. Direstoran itu juga menyediakan ruang karaoke. Betapa sialnya Gina karena harus bertemu Siska dan teman - temannya disana
"Kakak? Apa yanag sedang kakak lakukan disini?"
Siska menyapa lebih dulu kepada Gina Yang sedang duduk bersama klien
"Kami sedang rapat disini" jawab Gina dengan singkat dan berusaha agar tidak terlibat lagi dengan Siska
"Gina, benarkah itu kamu?"
Terdengar suara seorang gadis menyapa Gina, diapun menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Matanya berubah suram dan tajam begitu melihat orang itu. Dia adalah Gwen teman Siska yang bekerja sama dengannya untuk menyebarkan rumor kalau Gina gila dan pernah dirawat dirumah sakit jiwa. Itu membuat Gina terus di hina dan dikucilkan oleh teman - temannya kala itu. Gwen membenci Gina karena saat itu pria yang dia sukai ternyata menyukai Gina
"Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana keadaanmu? Tentu sekarang kamu sudah stabil kan? Tentu kamu tidak akan dirawat lagi kan?" katanya dengan senyum mencibir dan nada suara penuh ejekan.
Risti memperhatikan tangan Gina gemetar dan mengepal dengan erat. Gina diam sesaat berusaha menguasai dirinya kemudian dia tersenyum tipis menanggapi perkataan Gwen
"Tentu sekarang aku baik - baik saja, terimakasih sudah menkhawatirkanku. Tapi justru sekarang aku khawatir kalau ternyata kamu salah memiliki teman dan hanya menjadi alat untuk melancarkan semua rencananya"
Gina berkata dengan nada yang sangat tenang dan terlihat senyum sinis tersungging di bibirnya. Itu membuat Siska mendelik kesal kepada Gina
"Kak, apa maksud kakak bicara seperti itu? Gwen sudah sangat perhatian kepada kakak selama ini. kenapa sikap kakak malah seperti ini padanya?"
Siska berlagak marah dan tidak suka dengan perkataan Gina agar dia tetap mendapat dukungan dari Gwen
"Oh perhatian? perhatian sampai dia harus menyebarkan rumor buruk tentangku? Sungguh sangat perhatian sekali hingga membuatku terus dikucilkan dan dibully karena tindakannya. Tapi tidak papa, karena perhatiannya itu aku bisa kebih tahu mana teman baik dan mana teman yang memanfaatkanku. Karena perhatian yang kamu katakan itu, membuat Alan yang dulu kamu sayangi hingga berbuat jahat padaku jadi simpati dan mendekatiku lebih dari yang kamu bayangkan"
Gwen terdiam mendengar tanggapan dari Gina. Benar yang telah dikatakannya, dulu dia mencoba menjatuhkan Gina agar Alan menjauinya, tapi itu justru membuat Alan semakin mendekati Gna karena kasihan
"Maaf ya adikku tiriku tersayang, sepertinya sudah cukup bagimu untuk mengganggu waktu rapat kami. Masih banyak hal masih perlu untuk kami bahas. Jadi, bisakah kalian membiarkan kami melanjutkan pekerjaan ini?"
Gina secara langsung meminta Siska pergi dari hadapannya
"Baiklah kak. Maaf karena kami telah mengganggu waktu rapat kalian"
Siska dan teman - temannya pergi meninggalkan Gina yang melanjutkan rapat. Gwen yang merasa terkejut dengan keberanian Gina saat ini akhirnya menanyakan langsung pada SIska
"Dari mana Gina punya keberanian untuk melawan? Bukankah Gina hanya gadis bodoh yang penakut dan hanya akan diam menangis sendiri jika ditindas?
"Entahlah, mungkin dia sudah kerasukan"
Hallo pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca novel ini.
Cara memberikan ulasan & batu kuasa itu gampang banget!
Di aplikasi, kalian pergi ke informasi novelnya, lalu scroll ke bawah & tekan tombol mengundi.
Untuk ulasan kalian tekan ulasan dibawah tombol mengundi lalu setelah itu tekan tombol bergambar pensil, lalu tulis deh ulasan kalian.
Gampang banget bukan? ;)
Kalian bebas mau kasi bintang berapa, mau kritik dan saran juga boleh