webnovel

Chapter 3 - Bulan

Aku berdiri didepan cermin, melihat wajahku yang semakin hampa, tatapan ku semakin kosong, saat kusadari semuanya telah hilang dariku.

aku melihat sekelilingku, rumah yang kosong, aku lebih baik mati-matian bekerja daripada kesepian seperti ini.

Bagaimana pluto? apa kamu akan mengikutiku?

suara penasihat ini benar-benar mengganggu ku, tiap hari dia selalu bertanya pertanyaan yang sama, bahkan saat dia menghapus orang tua ku, yang dia lakukan hanya bertanya,bertanya dan bertanya.

"Jangan ganggu hidupku lagi...aku sudah muak dengan semuanya" ucapku. Memberikan pukulan keras ke cermin dan membuat cermin itu pecah, pantulan wajahku terlihat disetiap pecahan cermin.

tanganku mulai berdarah, tetesan darah mengalir dari luka pukulanku. Wajahku tiba-tiba diam, aku mulai kehilangan rasa sakit, luka ini tidak terasa apa-apa lagi.

Kenapa dengan raut wajahmu itu, kamu seperti setan.

"aku tidak peduli lagi...aku setan,atau apalah,aku sudah tidak peduli...aku hanya ingin hidupku tenang..." aku perlahan menggosok luka yang ada ditanganku, membersihkannya dengan air.

aku berjalan keluar rumah, kesebuah tebing tinggi diatas laut, aku menatap kebulan yang bersinar terang, cahaya ini menenangkanku.

"hei penasihat...andai aku lahir sebagai sebuah bulan, akankah aku bersinar seterang itu juga?" tanyaku.

aku penasihat bukan peramal.

berdiri diujung tebing, hembusan angin melewatiku, malam ini benar-benar sangat dingin.

aku diam beberapa saat.

tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA...." sampai-sampai air mataku keluar. "hahahahaha..." ini semakin deras, aku tidak bisa menahannya lagi.

aku sudah siap untuk meloncat dari tebing ini, saat tiba-tiba suara dari semak-semak mengagetkan ku.

"P-Pluto..." ucap seseorang dari kegelapan. Dia berjalan perlahan, sinar rembulan menyinarinya.

Dia adalah Sarah Selene, seorang anak juragan didesaku, dia adalah teman masa kecilku, aku sudah jarang berbicara dengannya sejak dia bersekolah. Aku menatapnya, kebingungan dan merasa canggung, aku menundukan kepalaku, menghindari kontak mata dan menghindari menatap wajahnya.

"Pluto...kamu ingin meloncat dari situ?" ucap sarah.

Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya sekarang, aku benar-benar takut menjawab pertanyaannya, tidak menatap wajahnya, aku hanya diam.

"hei...pluto...jawab aku..."

aku sekarang merasa aku adalah pecundang, sampah, orang lemah, bajingan, dan orang paling bodoh. Aku berusaha berbicara, tidak ada suara yang keluar dari mulutku.

"jawab aku pluto..." ucap sarah. dia seperti mengendus-endus sesuatu.

aku berusaha melihatnya, saat itu aku terkejut melihat wajahnya, air mata mengalir dari matanya, wajahnya terlihat marah, sedih, kesal,semuanya bercampur aduk.

air mata sarah bertetesan ke tanah, saat kusadari aku telah membuatnya menangis, aku berjalan perlahan kearahnya.

"maaf...selene..." ucapku. Aku berusaha memeluknya, tapi aku takut itu akan membuatnya berpikir aku adalah orang mesum.

"jawab pertanyaanku tadi..." ucap sarah.

"ya, aku mau mengakhiri hidupku" ucapku.

aku mencoba menghapus air matanya, namun tanganku ditangkis olehnya, aku benar-benar tidak menyangka ini.

sarah tiba-tiba memelukku. "bodoh,bodoh,kamu bodoh!!" dia menangis kencang didadaku.

"ya...aku bodoh..." air mataku berjatuhan perlahan.

sarah tidak menanyakan alasan ku ingin mengakhiri hidupku, dia hanya memelukku erat.

cahaya bulan menyinari kami, memeluk satu sama lain di bawah terangnya bulan.

hampir saja ini berakhir... pikirku.

"jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi" ucap sarah. Sudah tidak ada air mata lagi dimatanya.

"makasih selene..."

"jangan panggil aku selene, panggil aku sarah..."

"iya sarah..."

dia tersenyum lebar sekarang, matanya yang berbinar-binar membuatku merasa menjadi orang yang paling beruntung.

"matamu itu benar-benar indah..." tanpa sadar aku mengucap kata-kata memalukan ini.

pipi sarah memerah, saat ku sadari ternyata pipiku juga memerah, rasa canggung diantara kami membuat kami berdua tertawa.

Hahahahahahahaha

"pluto...ada sesuatu diatas!" ucap sarah.

aku langsung melihat kelangit, tidak ada apa-apa sepertinya.

saat aku menurunkan pandanganku, aku melihat bibir sarah berada di pipiku.

"s-s-sarah!?" ucapku. wajahku memerah, aku menghindari kontak mata dengannya.

"ayo pulang!" ucap sarah. Aku tidak mengetahui ekspresinya sekarang.

setelah hampir mengakhiri hidupku,aku sadar ada orang yang masih peduli denganku.