webnovel

Balasan Atas Cintaku

Cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, dapatkah aku membalasnya?

starsinbottle · Teenager
Zu wenig Bewertungen
16 Chs

6. Makin Dekat

Dengan kaki dan tangan yang menggigil, Lulla berjalan seorang diri ke tempat yang Guanlin sebutkan tadi setelah ia keluar dari kelas. Bioskop. Seperti yang pemuda itu inginkan. Mereka akan menonton film thriller favorit Vincent.

"Hai, kak Lulla."

Lulla mau tidak mau harus tersenyum saat wajah Vincent menyapanya di salah satu meja, sedang menyeruput cola.

"Sudah lama? Maaf deh, kelasku mendadak diundur tadi." Ungkap Lulla tidak terdengar menyesal sama sekali.

"Tidak masalah, filmnya sudah ku tukar karena yang tadi sudah selesai diputar."

"Ah, begitukah? Sayang sekali kau membuang uang. Nanti ku ganti saja ya?"

Tapi Vincent mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Eh, tidak perlu kak. Aku yang ingin nonton film kok, jadi aku yang akan bayar semuanya."

Lulla tidak bisa melakukan apapun selain tersenyum.

Sejak menonton film yang sebelumnya tidak pernah ia sukai, Lulla mulai berfantasi seorang diri. Ia tiba-tiba saja begitu kagum dengan aksi heroik yang pemain film itu lakukan demi memerangi kejahatan si antagonis. Hanya saja Lulla justru kagum pada peran si antagonis.

Setiap masalah yang ditimbulkan si pemeran antagonis selalu saja berawal dari sakit hati, dan mereka menjadi jahat agar bisa membalaskan dendamnya di masa lalu. Lulla ingin melakukannya juga. Ia ingin balas dendam. Karena balas dendam adalah perlakuan paling adil untuk menyembuhkan sakit hatinya.

Matanya yang berkilat senang dengan tiap adegan mengerikan di layar bioskop, dan tangan yang bergetar saking tidak sabarnya mempraktekkan semuanya itu dalam kehidupan nyata, agaknya membuat Vincent takut. Lulla yang tersenyum seorang diri lebih menakutkan daripada film yang Vincent tonton.

"Kak, kau baik-baik saja?" Vincent mencoba menggenggam tangan Lulla yang sayangnya langsung ditepis.

"Aku baik-baik saja." Lulla menatap Vincent, raut wajahnya sudah normal kembali.

Selesai memikirkan rencana busuk, Lulla menatap seseorang di sampingnya lagi. Ada rencana lain yang baru saja terlintas di kepalanya, rencana untuk menolak Vincent.

"Vincent, temanku ada yang ingin berkenalan denganmu. Apa kau mau bertemu dengannya?"

Yang ditanya balik menatap kaget. "Tidak mau, kenal dengan kak Lulla sudah cukup bagiku."

Diam-diam Lulla merotasikan bola matanya. "Tapi dia seumuran denganmu, siapa tahu kalian bisa akrab."

Vincent jadi semakin kaget bercampur marah. "Kak Lulla berniat menolakku?"

"Aku hanya ingin kau juga menatap orang lain yang seumuran denganmu, pasti menyenangkan dekat dengan yang seumuran. Lebih nyambung juga."

Vincent memakai topi yang sempat ia lepas saat masuk ruangan tadi. "Kalau ingin menolakku, kau bisa mengatakannya dengan lebih jelas, kak Lulla."

Vincent lalu diam saja, fokus pada film yang diputar sampai selesai.