webnovel

antara CINTA atau UANG

Area dewasa!!! Cerita ini Hiatus untuk waktu yg lama, masih harus banyak revisi agar bisa nyambung ceritanya! Menjalin cinta dengan dua pria!! Lia bertemu Max dan saling jatuh cinta tanpa mereka sadari. Diantara hubungan yang mulai berkembang munculah Jack, si pengusaha yang misterius. Pria seksi bermata abu itu juga menjerat perasaan Lia. Max tak mau begitu saja melepaskan perasaannya pada Lia. dia berusaha meyakinkan Lia kalau dia adalah pria yang pantas. Max selalu ada saat Lia tertimpa masalah, tapi Jack punya cara lain untuk menghibur Lia. Cinta segitiga oh bukan. masih ada tuan Edward, bos Jack sekaligus ayah dari Max yang menginginkan Lia.. bagaimana akhir hubungan rumit ini?

Ayun_8947 · Urban
Zu wenig Bewertungen
243 Chs

Pelampiasan

Lexi memacu kecepatan motor matic di tangannya, Lia mengeratkan pegangan di pinggang Lexi, seperti keduanya akan terbang tertiup angin. Lexi melaju dengan kecepatan sepeda motornya semaksimal mungkin

"Lexi!! Apa kau sudah gila! "Teriak Lia dibalik punggung bidang Lexi

"Berpegangan yang eeeeraaattt!!"teriak Lexi semakin memacu kecepatan skuter mereka. pukulan di punggungnya tak dipedulikan, yang Lexi ingat hanyalah wajah ibunya ketika nanti dia akan kecewa karena Lia pulang terlambat malam ini, bukan terlambat! Tepatnya tidak pulang.

Setelah memacu kecepatan di jalanan yang lengang akhirnya Lexi menyandarkan skuter di antara tembok sempit antara rumah, di mana mereka tinggal, keduanya mengendap-endap membuka pintu pagar besi yang sudah berkarat.

"Lexi, pelankan suara derap kaki mu!" Lia memperingatkan sepupunya. Lexi mengangkat bahu, dia sudah berusaha mengendap sesunyi mungkin seperti maling! Tetap saja sol sepatunya terdengar.

Lia mendorong pintu kayu dengan perlahan, biasanya bibinya sudah bangun saat pukul pagi seperti ini, hanya saja akhir-akhir ini bibi sedang tidak sehat, bukan berarti itu baik, mereka bisa pulang terlambat tanpa ketahuan seperti saat ini.

"Lexiii, Apa itu kau?" Ternyata tidak! Mereka jelas sudah ketahuan. Suara bibi bertanya dari dalam kamar, membuat Lia dan Lexi terperanjat. Lexi mengatur wajahnya, padahal dia hanya perlu bersuara saja.

"Ya mah, ini aku Lexi!"

"Kenapa kau selalu saja pulang terlambat!" Omel bibi dengan teriakannya.

"Apa kau tahu di mana Lia?" lexi melirik Lia yang berada di sebelahnya, Gadis itu terlihat sangat canggung, dia tidak biasa berbohong.

"A, Aku di sini bi!" Lia segera melangkah ke kamar bibi dengan wajah bersalah, Lia mendorong perlahan pintu pemisah ruangan itu

Bibi menatap wajah Lia dengan nanar, antara cemas tapi juga kecewa, di belakang sana wajah Lexi membuat raut wajah bibi menegang.

"Apa kalian pergi bersama? "

Lia tak menjawab, membuat tatapan bibi kian tajam pada putranya.

"Lexi, Apakah kau mengajak Lia keluar tadi malam? "

Lexi ikut bergabung ke dalam kamar, dia melirik Lia sesaat lalu

"Yah, kami pergi bersama"

"Apa katamu! " Raut wajah bibi jelas marah

"Kenapa kau ini tidak pernah melakukan hal yang benar! Kenapa sekarang kau berani melibatkan Lia dalam urusan mu!!" Tanpa tedeng aling-aling lagi bibi langsung mengomeli Lexi.

"Mah dengarkan dulu-" Lexi mencoba menyela, tapi membuat nada bibi kian meninggi.

"Apa yang harus aku dengarkan dari bibir pemuda pengangguran sepertimu! Berhentilah membuat masalah dan pikirkan jalan hidupmu! Kenapa kau bawa Lia dalam kehidupanmu. Kau tahu aku sangat membenci itu!!" Teriak bibi masih dengan nada tinggi, Lia berusaha menengahi,hanya saja nada tinggi antara Lexi dan bibi tidak cukup memberi ruang untuk suara Lia

"Mah dengarkan aku dulu!!"

"Apa yang harus aku dengarkan darimu, tak ada yang perlu aku dengarkan darimu!! Aku benar-benar menyesal telah melahirkan mu!!"

"Biii.."

"Kenapa kau mengatakan itu padaku?!" Lexi balas menantang

"Kenapa aku takut mengatakan itu padamu, Sudah lama aku ingin mengatakan semua ini!! Apa yang bisa kau kerjakan dalam hidup ini hanya menyusahkan saja sepanjang hidupmu!!"

"Oh baiklah baiklah!!"

"Bii.. lexiii.." lirih Lia dengan wajah pucat

"Pergi saja kau dari rumah ini, tak ada gunanya kau hidup di sini!!"

"Oh tentu saja, siapa yang betah tinggal di rumah seperti ini, siapa yang betah hidup di sini, tikus??"

Lia tak tahu harus siapa dulu yang dia tenang kan, wajah tegang bibi yang pucat. Wajah marah Lexi yang terhina. Lia tak tahu harus kemana terlebih dahulu, dia bingung sendiri.

Lia hanya bisa menutup wajahnya melihat pertengkaran di depan matanya. perdebatan antara bibi dan Lexi terhenti ketika pria itu pergi membanting pintu kamar ibunya.

BRAAKK!!

Suara pintu kayu yang dibanting membuat bibi dan Lia melonjak terkejut. Lia berusaha mengejar Lexi. Tapi langkah kaki Lexi terlalu panjang dan cepat untuk bisa ditahan.

"Lexi.. Lexi aku mohon dengarkan aku dulu, Lexi.. ini!!" Teriakan Lia hanya mendapat abaian saja, Lexi pergi meninggalkan rumah.

"Bahkan dia belum sempat makan dan tidur.." dengus Lia kesal sendiri melihat punggung Lexi yang kian mengecil. Tentu saja Lia mencemaskan Lexi. Tidak seharusnya Lexi menjadi bantalan, Lia yang menginginkan bekerja di klub, tidak ada hubungannya dengan Lexi. Ini semua karena dia.

Dia kembali ke dalam rumah dengan wajah penuh penyesalan.

"Sejak awal aku sudah salah bekerja di sana!" 

"Harusnya Aku tidak pernah menginjakkan kaki di sana, Kenapa penyesalan selalu datang belakangan!"kesal Lia menyesali nasibnya. Dia kembali ke kamar bibi. Sekarang Lexi pergi dan bibi tidak sehat, Lia merasa frustrasi.

"Biii.." panggil Lia dengan suara lirih

"Maafkan aku Lia, tak seharusnya Lexi mengajakmu dan memaksakan Apa yang tidak seharus dilakukan kepadamu.." dengan suara pelan bibi seakan ingin meminta maaf kepada Lia

"Bi, sebenarnya ini bukan salah Lexi" Lia berusaha menjelaskan, tapi bibinya itu mana peduli. Di matanya Lexi adalah anak yang membangkang, dan Lia adalah mawar yang harus dilindungi.

"Bibi tahu Bagaimana dirimu, Lia. Meskipun kau membelanya dan mengatakan banyak hal, tetap saja, Lexi adalah Lexi yang bibi kenal!"ujar bibi tak mau di bantah lagi.

Lia semakin bingung, semua akan menjadi rumit, Ini semua karena keputusannya yang konyol. Bagaimana dengan hubungan bibi dan Lexi. Lia sudah memberi cap yang buruk kepada Lexi di depan ibunya, bagaimana dia harus memperbaiki semua ini?

"Bi, Lexi tidak seburuk itu bi" Lia masih berusaha menjelaskan.

"Sudahlah Lia, lupakan saja dia, bahkan sehingga dia membusuk di jalanan sana, itu semua karena keinginan dirinya sendiri" bibi tak pernah setega ini. selama ini jika bibi kecewa dengan Lexi dia hanya akan mengomel dan marah saja. Tapi kalimat umpatan dan sumpah serapah tadi, sungguh sudah di luar kebiasaan bibi.

"Bibi di sini untuk menjaga mu Lia, apa yang akan bibi katakan kepada ibumu jika bibi gagal menjaga dirimu.." ah tentu saja, 

jadi semua ini karena Lia! Sampai-sampai bibi melupakan nuraninya. Pasti sangat berat bagi bibi mengatakan kalimat yang buruk kepada Lexi, Tapi demi Lia, dia melakukan semua itu.

"Bi, Lexi memang bukan pria yang hebat, dia memang bukan putra yang bisa dibanggakan seperti anak tentangga kita.." Lia dengan perlahan mencoba menjelaskan sekali lagi dia pantang menyerah.

"Tapi bi, bagiku Lexi bukanlah kakak yang buruk.. Aku tahu bibi juga menyadari itu kan?" Ucapan Lia membuat mata bibi berkaca-kaca.

"Bibi hanya sedang marah kepada Lexi, bibi tidak serius mengatakan semuanya kan, bibi begitu mencintai Leksi bi, kita tidak bisa hidup tanpa dia, meski terkadang memang dia menyebalkan!" Lia memberi pelukan dengan mata berkaca-kaca. Bibi sudah tidak bisa lagi menahan perasaannya, dia mulai menangis. Lia ada benarnya juga.

"Lia, kau memiliki hati yang begitu baik, kau mengatakan sesuatu yang indah, kau membuat perasaanku tenang dan nyaman, aku yakin suatu saat nanti Tuhan akan membalas semua kebaikanmu.."

"Tidak bi, bagiku keluarga ini adalah kebaikan.." lirih Lia mengeratkan pelukannya.

"Bibi harus minum obat dan beristirahat, aku akan mencari Lexi, aku akan menyelesaikan semuanya bi. Aku minta maaf karena semua ini terjadi karena ulahku" bibi menganggukkan kepalanya perlahan. Dia sungguh menyesal.

"Terima kasih Lia"

---

Lexi meninggalkan kawasan kumuh itu dengan wajah merah padam, sentakan kakinya yang kuat seakan bisa merusak jalanan, trotoar yang berdebu, got yang menyeruakkan bau busuk. Membuat perasaan Lexi semakin kesal dan penuh amarah.

Dia mengepalkan tinju

BUUKK!!

Kepalannya mendarat pada sebuah tiang besi tak jauh di mana dia tadi berdiri, tinjuan dengan sepenuh tenaga. Kucuran darah mulai mengalir dari sela-sela jarinya, tapi dia tak merasakan itu. Hanya ingin terus meluapkan emosi.

"SIIIAAALLLAAANNN!!" Teriaknya penuh kemarahan.