"Kamu, siapa namamu?" tanya Lily sambil menggerakkan wajahnya seperti sedang mengingat sebuah nama.
"Devan, aku Devan. ingat?" Jawab Devan sambil menekankan kata Devan dengan penuh intonasi.
"Ah iya, maaf. Banyak yang aku pikirkan sampai sampai aku lupa. hari ini kan udah selesai. tapi kenapa kamu belum pergi?" Tanya Lily dengan raut acuhnya.
"Em, ini nanya, perhatian, atau ngusir sih?" jawab Devan sambil melihat Lily yang sedang memainkan kakinya di pasir.
"Yahhh, pikir aja sendiri. Dah lah aku mau balik ke kamar, anakku udah nungguin." Ketus Lily sambil mulai berjalan yang kemudian terhenti dengan panggilan telepon. Devan hanya diam karena merasa di acuhkan oleh Lily. Tapi entah apa yang sebenarnya berada di pikiran Devan tidak ada yang tau.
[ " Hallo ma, ada apa?" Jawab Lily mengawali percakapan dengan Mama Kim.
"Mama cuma mau bilang, anak anak udah aman. mereka pada tidur. Kamu silahkan menikmati waktumu. Jangan terlalu terbebani."
"Suamimu sudah banyak cerita ke mama tentang masalah kalian. Maafkan dia, dia khilaf dan sedikit tergoda dengan wanita ular itu. Dia bersumpah pada Mama jika dia tidak melakukan hal yang lebih dari sekedar chating. Jadi, kamu mengertilah, berilah dia kesempatan lagi." Ucap Mama Kim dengan suara parau karena menangis menyadari bakat selingkuh anaknya juga merupakan hasil turunan dari sifatnya sendiri.
"Ma, aku bisa memaafkannya. tapi aku tak bisa lupa. mama tau gelas yang sudah pernah pecah, tak akan pernah bisa kembali utuh dan sempurna tanpa retakan dan cela. Baiklah jika anak anak sudah pada tidur, aku ingin bersantai sejenak." Jawab Lily santai yang kemudian menonaktifkan ponselnya karena malas akan menerima gangguan dari luar.]
"Mertua?" tanya Devan singkat.
"Ehem" jawab Lily sambil memutar badannya lagi yang kemudian berjalan membenamkan kakinya ke air laut di pantai.
"Sepertinya masalahmu berat? boleh aku bantu?" Tanya Devan.
"Ini bukan apa apa buatku." jawab Lily dengan tatapan kosong ke arah laut.
"Lalu gelas yang pecah dan tak lagi sama? itu kata kiasan yang cukup dalam kurasa. Kenapa? suamimu selingkuh?" celetuk Devan yang kini mulai semakin mendekat kepada Lily.
"Bukan urusanmu. urusan kita sudah selesai tadi saat syuting selesai. Jadi kita sudah tidak punya hal penting untuk di bicarakan lagi." Ucap Lily yang kini menatap tajam Devan penuh benci.
*Pergi aja sana kamu ah, benci banget aku. aku cuma pengen sendiri.* batin Lily kesal yang kini berjalan pergi beranjak meninggalkan Devan.
"Aku tak akan berhenti sampai kamu mengembalikan ciuman pertamaku yang kamu curi!" Teriak Devan dengan lantang sehingga membuat beberapa orang menoleh dan Lily bergegas berlari menghampiri dan membekap mulutnya kemudian menariknya kebelakang batu besar dengan kaki yang berada di dalam air sampai ke lutut.
"Udah aku bilang ya, aku ga nyuri. aku cuma nolong kamu. kenapa sih, lagian juga cuma nafas buatan. pentingg banget gitu sebuah ciuman pertama? ga usah sok suci deh. ciuman pertama ciuman pertama!" Ucap Lily penuh kekesalan.
"Bagi kamu ga penting. Tapi bagi aku itu sangat penting. karena gara gara satu ciumanmu itu membuat aku selalu merasa ketagihan dan selalu ingin mencari dan menjajaki setiap bibir wanita. Tapi mereka semua tak sama. Rasa itu sungguh berbeda!" Jawab Devan jujur.
"Jadi, apapun itu. kembalikan! atau aku ga akan pernah berhenti mengganggu hidupmu!" Ucap Devan sambil mengguncang tubuh Lily kasar di sertai tatapan tajam yang mengerikan.
"Oh, oke. ini kan yang kamu mau." Jawab Lily kasar.
Lily menangkup wajah Devan dengan kasar lalu mengulum bibir Devan dengan rakus dan kasar. Devan terkejut dan hanya bisa mematung tanpa balasan.
"Ini kan yang kamu mau? sudah kita udah ga ada urusan lagi!" ucap Lily sinis.
"Tidak seperti itu, tapi seperti ini." Ucap Devan sambil melumat perlahan bibir ranum Lily dengan manis dan hangat.
Sebuah rasa lain yang jujur, Lily juga sangat menikmatinya disertai dengan nafas yang semakin menderu. Tapi, bayangan kebersamaan antara Lily dan Juno membuat Lily tersadar lalu mendorong tubuh Devan hingga terjatuh ke air.
"Hentikan! kita sudah tidak ada urusan." Ketus Lily sambil berjalan.
Devan menjegal kaki Lily yang membuat Lily juga sama sama jatuh ke air. Pandangan mereka saling bertemu. Kebencian, kehangatan, perasaan, rindu, semuanya bercampur menjadi satu.
Lily terduduk di pantai dan enggan untuk bangun lagi. Seluruh tubuhnya basah kuyup, keadaan sekarang sedang sangat sepi karena tengah mendung dan gerimis. Hanya mereka berdua yang sedang berdebat di tengah rintik sang hujan.
"Ayo bangun." Ucap Devan.
Lily diam
"Maaf aku tak bisa melepaskanmu. Setelah kejadian itu, aku jadi lebih gampang memimpikanmu. Aku tak tau kamu siapa, bahkan kita hanya sekali bertemu. Tapi setiap kita bertemu di dalam mimpi, aku hanya melihat kebahagiaan kita bersama. Bersamamu dan anak anak kecil, entah itu anak siapa tapi kita bahagia."
"Bayangkan selama 6 tahun, itu bukan waktu yang sebentar Lily. jadi kurasa setelah bertemu denganmu, aku tak bisa begitu saja melepaskanmu." Ucap Devan sambil ikut duduk di sebelah Lily.
"Huh, klise. Jujur saja, apa maumu?" Tanya Lily dengan wajah sinis penuh amarah.
"Benar, kamu ingin aku jujur?" Tanya Devan serius.
"Ga usah kelaman deh, keburu ada gledek!" ketus Lily.
"Aku ingin kamu menjadi istri di masa depanku." Ucap Devan jujur sambil menunduk.
"huh... Hem.. gila kamu ya. Hei, melek dong. aku udah menikah. Wanita lain banyak di luaran sana. Jadi ga usah deh buang buang waktu buat aku." Jawab Lily kesal karena tak habis pikir dengan ucapan Devan.
"Aku bilang istri di masa depan. Artinya bukan sekarang, tapi...." Ucapan Devan terhenti.
"Tapi apa? kamu mau nunggu aku jadi janda. atau kamu mau ajak aku selingkuh?" Celetuk Lily tak masuk akal.
"ya, pilihan pertama. Aku bakal nungguin kamu Sampek nafasku habis. Tapi untuk selingkuh denganmu, aku rasa tidak akan pernah." Ucap Devan sambil berdiri dengan tiba tiba.
"Ayo, kita pergi atau akan ada pertir yang segera menyambar tempat ini dan ya, suamimu sudah menunggu di kamarmu saat ini. Maafkan dia, dia hanya khilaf dan di manfaatkan. Dia laki laki baik, jaga pernikahan kalian sampai tiba waktunya. Untuk aku, biarkan aku selalu berada di sekitarmu. Aku tak akan mengganggumu atau merusak kebahagiaanmu. Cukup jadikan aku teman jauhmu." Ucap Devan dengan santainya sambil menatap kelautan luas lalu di akhiri dengan sebuah kecupan kecil di pipi Lily.
"Hei..!! bang**t!" Amuk Lily yang kesal lalu berlari mengejar Devan karena menciumnya.
jleger...!!
Sebuah petir menyambar bebatuan tempat mereka berdebat tadi sesaat setelah mereka pergi. Lily melongok terkejut sekaligus bingung kenapa ucapan Devan seperti benar benar terjadi. Lily menatap heran dan penasaran ke arah Devan. Mereka tengah berdiri di gubug kecil di tepian pantai. Lily yang ketakutan lalu lari begitu saja meninggalkan Devan di gubug itu. Tapi saat Lily menengok lagi, sudah tidak di lihatnya sosok Devan disana. Lily semakin ketakutan dan berlari semakin kencang tanpa menoleh lagi.
*Jangan jangan dari tadi aku ngobrol sama hantu penjaga pantai ini lagi. Gila aja barusan di tengok ada terus tiba tiba ga ada* pikir Lily ketakutan sambil berlari menuju kamar.
Yang sebenarnya terjadi adalah, Devan sedang berjongkok membenarkan sandalnya karena banyak pasir yang menyelip di antara sela jari jarinya sehingga membuatnya tidak nyaman dan kemudian berjongkok untuk membersihkannya. Sementara Lily terus berlari ketakutan dengan ke paranoidan yang melandanya.
🌺🌺🌺
"Bunda...!" seru Juno yang berada di depan kamar Lily.
Lily berhenti sejenak di kejauhan lalu melihat Juno dengan seksama. Dari ujung kaki hingga ujung rambut semua di amatinya. Lily mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk menghubungi nomor Juno tapi dia lupa jika ponselnya sudah basah karena berenang di lautan tadi.
*Iya, pasti mati nih hp. tadikan aku berendam lumayan lama, mana ujan ujanan. Iya kalau itu suami aku, kalau demit gimana coba. Tadikan kata yang mirip Devan suamiku udah nunggu di kamar. Jangan jangan ini perwujudan dari teman satu geng si hantu yang tadi. Oh, iya clue. clue!* pikir Lily dengan ide cemerlangnya.
Juno berjalan menghampiri, tapi Lily menyuruhnya berhenti dengan tanganya.
"Stop! udah situ aja!" Seru Lily dengan wajah serius.
"Kenapa sih, ada apa?" oceh Juno yang bingung dengan tingkah istrinya.
"Sebutkan nama anak anak kita secara lengkap!" Pinta Lily 6ang terkesan aneh untuk dua orang yang baru bertemu.
*Gila, udah kayak agen rahasia ini mah. harus pake clue segala* Keluh Juno sambil mengusap dahinya.
"Ga sekalian bacain ayat kursi Bun?" Ucap Juno ngawur karena kesal.
*Iya, kalau hantu kan dia udah tau dari kemaren aku sering manggilin anak anak. Tapi kalau baca surah Yasin kalau ini beneran hantu, pasti ga bisa.* pikir Lily masih dengan ketakutan.
Langsung saja Juno membaca surah Yasin dengan lancarnya. Belum selesai membaca Lily langsung berlari dan mendekap erat suaminya. Juno kebingungan tapi juga sekaligus bahagia, akhirnya dengan kepepet Lily mau lagi membuka pembicaraan yang beberapa hari ini menjadi lebih dingin.
"Ayo Pa, kita masuk aja. jangan di sini. ayo cepetan." Tarik Lily pada Juno dengan tetap mendekapnya erat dan membenamkan kepalanya di dada bidang suaminya.
*Iya, ini suamiku. Ada suara detak jantungnya kok. Badannya juga anget ga dingin kayak mayat. Alhamdulillah.* Batin Lily lega sambil mengelus ngelus dadanya dan menghela nafas panjang.
"Kenapasih, istriku ini. kesambet apa sih?" Ucap Juno tiba tiba.
"Hust jangan bilang begitu, aku barusan bertemu salah satu dari mereka. Udah jangan sebut sebut lagi, sekarang temenin aku mandi ya pa. Aku takut banget, mana mendung." Ucap Lily sambil clingukan seperti mencari sesuatu.
*Kesempatan nih* batin Juno.
Kangen ya,
maaf ya lama up-nya. soalnya bener bener lagi repot ngurusin anak anak.
penasaran apakah keuntungan yang akan di ambil oleh Juno?
simak ya.!