webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
194 Chs

Part 42 - Mimpi Aneh Oki

"Lalu rencananya apa lagi, Mas?" tanya Pak Ruslam.

"Sementara mungkin segini dulu, Paka. Nanti saya kabari Pak Ruslam lagi untuk selanjutnya. Yang penting sudah tenang. Dapat ijin dari pemiliknya," jawab Ardi tenang.

"Iya, Mas. Semoga lancar, yah segala niat baiknya dibimbing Gusti Allah."

"Aamiin, terima kasih, Pak. Saya pamit dulu, ya? Mau ke rumah Kang Herman teman saya di sana juga." Ardi pamit dari Pak Ruslam.

"Ouh iya. Hati-hati ya, Mas."

Ari pun melangkah kembali. Pulang. Namun, bukan pulang ke rumah, tapi pulang ke tempat sebelumnya. Tak lain adalah rumah Pak Ruslam.

Seseorang yang tak diketahui masih mengamati Ardi. Ia berjalan mengendap. Sedikit demi sedikit terus mengikuti langkah Ardi.

Ardi sama sekali tak mengetahui. Ada seseorang yang sedang mengikutinya.

Ketika sampai di suatu jalan yang sepi, seseorang itu menampakkan diri di depan Ardi.

"Eh... Bapak... ada perlu apa, Pak? Maaf, saya sedang buru-buru." Ardi menyapanya berusaha sopan dan ramah.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com