webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teenager
Zu wenig Bewertungen
194 Chs

Part 104 - Oki Menjauh dari Ibu

POV Oki

"Nah... kemana aja baru nyampe. Jamuran nih."

"Mana jamurnya? Asik dong bisa dipepes." Candaku menyapa Wahyu yang duduk di teras depan kontrakan.

"Oh ya. Dari kemarin lupa mau tanya."

"Tanya apa, nih? Kayaknya serius."

"Iya, serius... tapi terserah lo sih... mau jawab apa nggak."

"Iya apa?"

"Wulan."

Wahyu seperti terjeda sendiri mendengar nama itu disebut. Namun, berusaha ia memasang ekspresi baik-baik saja.

"Kenapa dengan Wulan, Ki?"

"Ehm... aku kasian sama dia. Selalu kulihat, dia dimarahin sama Budenya itu."

"Katanya, kamu sahabat kecilnya 'kan? Sebenernya apa yang menimpa Wulan sampe sekarang ini? Kenapa tiap kali dimarahi, dia tak pernah memasang wajah sedih segurat pun?"

"Aku penasaran dengan perempuan itu."

"Jangan."

"Kenapa?"

***

Wahyu masih saja bungkam tentang Wulan. Pembicaraanpun, aku alihkan.

"Gue beli cemilan dulu deh ya. Sama es atau apa kek. Haus 'kan?"

"Ok. Jangan lama-lama."

"Siap bos!"

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com