webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teen
Not enough ratings
194 Chs

Part 105 - Kabar Makin Kabur

"Nak, gimana? Sudah bisa dihubungi?" Ibu Sekar bertanya pada Cahya.

"Ibu kok kawatir sekali dengan Oki, Nak. Kenapa ia ndak kabarin Ibu?" Cemas kian menggelayutinya.

"Ibu tenang, ya. Mungkin hp Kakak mati. Jadi susah dihubungin.

"Gimana kalau dia ada apa-apa?"

"Apa dia sudah makan?"

"Kenapa sampai saat ini tak berkabar?"

"Kan seharusnya motornya sudah sampe. Dia bisa kabarin Ibu. Kenapa sampe sore begini, belum juga kabarin Ibu?"

"Ssstt, Ibu tenang, ya. Kakak pasti nggakpapa. Ibu istirahat dulu aja, ya. Biar nanti sorean Cahya telpon Kakak lagi."

"Nak, tolong kabarin terus Kakakmu. Dia tak punya siapa-siapa di sana. Ibu kawatir dia kenapa-napa."

"Iya, Bu... Ibu tenang, ya."

"Ya Allah, Kakak kemana aja si? Kenapa gak berkabar juga?" Cahya ikut cemas.

***

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com