webnovel

BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Autor: snaisy_
Fantasie
Laufend · 146K Ansichten
  • 260 Kaps
    Inhalt
  • 5.0
    33 Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Raja kegelapan mulai menyerang seluruh wilayah bekas kekuasaan Raja Elf. Awan hitam dengn hujannya yang beracun tersebar diseluruh wilayah membuat hasil pangan penduduk tercemari dan tidak sedikit pula yang mati. Pasukan kegelapan memporak-porandakan dan meratakan semuanya menjadi tanah hingga semua penduduk dipaksa oleh keadaan untuk menjadi berani untuk melawan. Wedden Arragegs, seorang pria dari desa yang disebut sebagai keturunan sang raja Elf mendapatkan tugas berat yaitu mengalahkan Raja Kegelapan dengan kekuatannya yang dia bahkan belum pernah mengetahuinya. Buku Sihir, itulah senjatanya namun keberadaannyapun belum diketahui dimana. Mampukah Wedden mengalahkan Raja Kegelapan? Berapa banyak pasukan yang dibutuhkan olehnya untuk mengembalikan keadaan dunia? -- Terimakasih sudah mampiir, ini adalah karya ketigaku di Webnovel *,* Berikan dukungannya yaa ... Luv ya~

Tags
5 tags
Chapter 1Epilog

Matahari sudah terbenam berjam-jam yang lalu ketika hujan ringan masih mengguyur desa Vitran. Desa bagian utara di negeri Persei itu merupakan desa penghasil kopi terbaik di negeri bekas kekuasaan raja Elf yang indah. Hampir seluruh warganya bermata pencaharian sebagai petani kopi, walau ada juga beberapa yang berternak dan berkebun tanaman lain.

Malam itu, sepasang suami istri yang telah lama menikah dan belum mendapatkan seorang anak tengah berjalan pelan menyisiri tepian sungai Lengh di tepi barat hutan Ales yang sangat lebat. Sangat gelap, awan hitam semakin menjadikan suasana hutan mencekam.

Sepasang suami istri itu adalah Morge Arragegs dan Jonnah Arragegs. Mereka baru saja pulang dari desa Begun untuk menjual hasil panen kopi dari kebun mereka. Desa begun memang salah satu pasar terbaik untuk menjual kopi hasil kebun mereka, karena di desa itu mereka juga dapat menukar barang dagangan mereka dengan berbagai bahan makanan pokok yang berupa sagu ataupun gandum dan juga ikan dari sungai Sopen yang dijual di pasar besar Begun.

Sambil membawa keranjang tempat hasil panen, Morge berjalan di depan membimbing langkah kecil istrinya yang sudah mulai lelah di belakang. Mereka meniti langkah di atas tanah yang becek dan berair karena hujan yang mengguyur negeri Persei mulai dari pagi. Dia menggandeng erat lengan istrinya, tidak ingin terjadi apa-apa kepada orang tercintanya itu.

Samar-samar dari kejauhan Jonnah mendengar sesuatu seperti suara tangisan seorang bayi. Morge menyuruh istrinya untuk tetap fokus ke jalan panjang mereka yang kini sudah semakin gelap karena mendung menutup seluruh permukaan bulan. Tapi Jonnah kembali mendengar suara itu dan dia sangat yakin dengan mendengarannya.

Dia meminta Morge untuk berjalan bergegas menuju ke arah jalan setapak yang berjarak tidak begitu jauh dari tempat mereka berada. Mereka berjalan dengan berhati-hati sambil memekakan indera mereka untuk berjaga-jaga di dalam kegelapan.

Suara bayi itu terdengar semakin nyaring membuat keduanya merinding sekaligus penasaran. Hati Jonnah bergetar, dia benar-benar merasa terpanggil oleh suara bayi itu.

Di sana, tepat di bawah tetesan air hujan, di dalam sebuah keranjang perak yang sangat cantik ada seorang bayi laki-laki yang sangat tampan sedang menangis karena kehausan.

"Aku rasa kita harus merawatnya," ujar sang istri seraya menggendong bayi tampan nan malang itu.

Bayinya tampak pucat dengan bola mata yang juga terlihat pucat dan memiliki telinga yang sedikit meruncing seperti telinga kurcaci, atau lebih tepatnya peri. Bayi itu menatap Jonnah dengan mata mungilnya penuh harap.

Morge mengecek keranjang perak tempat bayi itu, dia ingin memastikan dari mana asalnya dan siapa kiranya orang yang telah tega meninggalkan bayi malang di tengah hutan lebat.

Morge awalnya menolak untuk membawa bayi antah barantah itu pulang, karena dia mengkhawatirkan hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi di masa yang akan datang. Jonnah terus memaksa suaminya, bayi itu pun masih terus menangis membutuhkan kasih sayang sehingga pada akhirnya Morge mengizinkan istrinya untuk membawa bayi itu pulang dan merawatnya.

+++

Das könnte Ihnen auch gefallen

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
89 Chs
Inhaltsverzeichnis
Volumen 1
Volumen 2 :Terang Nan Merah
Volumen 3 :Buku Sihir Raja Elf