2 Pelayan pengganti.

Sebuah mentari memancarkan sinar nya dari ufuk timur, suara bip mobil mulai terdengar di sana-sini, beberapa orang telah bersiap untuk melakukan aktivitas harian mereka.

Di sebuah ruangan yang begitu luas, terdapat sepasang suami istri yang duduk rapi sembari menikmati menu makanan mewah yang terhidang di atas meja makan.

"Philip apa belum bangun bi ?" Tanya seorang wanita cantik yang tak lain adalah nyonya rumah itu.

"Sudah nyonya, tuan muda sedang bersiap di kamar nya." jawab Mira.

Beberapa saat kemudian, terlihat seorang pemuda ikut bergabung dengan ayah dan ibu nya, kini mereka pun melaksanakan sarapan pagi bersama.

Makan bersama dengan keluarga adalah hal yang sangat umum di setiap keluarga, tapi keluarga Philip sangat lah berbeda, mereka bisa makan bersama seperti itu hanya bisa di lakukan satu bulan sekali, karena kedua orang tua nya sangat lah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Suasana sunyi senyap tanpa ada nya obrolan-obrolan kecil. Seorang ibu dan ayah yang sangat begitu dingin membuat Philip merasa seperti yatim piatu.

"Kapan ibu pulang ?" tanya Philip membuka percakapan di antara mereka.

"Semalam, sudah sangat larut, semua orang sudah tertidur." Jawab ibu nya.

"Oooh, pantas saja aku tidak tahu." Kata pemuda itu mengerti.

"Ibu membawakan mu hadiah dari London, ada di kamar ibu, ambillah nanti." Ucap si ibu yang memang sudah menjadi rutinitas setiap bulan.

"Terima kasih ibu."

Walau pun selalu mendapat hadiah yang mewah. Namun, hal itu tidak pernah membuat Philip bahagia karena yang ia dapat selalu harta dan harta dari sejak ia kecil hingga dewasa. Ia tidak pernah mendapat kan kasih sayang orang tua seperti anak pada umum nya.

"Kalau begitu, aku berangkat ke kampus dulu, hari ini mungkin pulang nya malam, karena banyak pekerjaan yang harus di selesai kan di kampus." ujar Philip yang sudah tidak sabar ingin meninggalkan rumah, ia tidak tahan dengan kehadiran sang orang tua yang selalu membuat diri nya muak dan tidak betah.

"Iya." Jawab kedua nya serempak.

Philip pun melangkahkan kaki meninggalkan meja makan, kedua orang tua itu juga masih fokus dengan hidangan yang mereka nikmati, sama sekali tidak perduli dengan putra nya yang berpamitan untuk pergi, padahal mereka bisa bertatap muka hanya sebulan sekali, itu pun hanya selama 24 jam saja.

Dalam perjalanan menuju kampus, Philip mengendarai mobil nya dengan perasaan penuh amarah, setiap kali orang tua nya pulang, bukan kebahagiaan yang ia dapat, melainkan sebalik nya, ia merasa marah dan jengkel, apa lagi dengan sikap sang ayah yang keras dan selalu ringan tangan terhadap nya.

--------------------------

Di suatu malam yang kelam, kini Philip masih bersantai dengan Rafael dan Lupus di sebuah kafe, ia enggan untuk pulang karena malas melihat wajah ayah dan ibu di rumah.

"Philip, bukan kah orag tua lo pulang ?" tanya Rafael.

"Iya mereka pulang." Jawab nya malas.

"Kenapa lo masih di sini ?" tanya Rafael lagi, karena seharus nya Philip saat ini berada di rumah, memuaskan waktu bersama keluarga yang sangat jarang bersama dan berkumpul.

"Malas, sudah lah jangan membahas mereka." ujar Philip yang sangat malas untuk membahas keluarga nya.

"Oke, kita bahas yang lain saja."

Ketiga pemuda itu masih bersantai duduk sembari menikmati kopi panas dan beberapa cake. Obrolan demi obrolan telah berlalu, dan tanpa mereka sadari kini jam telah menunjukkan pukul 23.40 larut malam. Ketiga nya pun saling berpamitan dan berpencar menuju pulang ke rumah masing-masing.

Sesampai nya di rumah, kini Philip merasa sangat lega, karena terlihat dari luar lampu di dalam ruang utama telah padam, yang arti nya isi penghuni rumah tersebut telah tertidur. Pemuda itu pun memasuki rumah dengan sangat begitu hati-hati.

Tepat ia telah melangkah kan kaki nya ke dalam ruang tengah (Ruang keluarga) tiba-tiba sebuah lampu menyala, di depan sana terlihat seorang pria dengan setelan jas hitam menatap tajam ke arah Philip yang baru saja menginjak kan kaki di mansion tersebut.

"Pa_pa be_lum tidur ? sapa Philip dengan gugup.

Plaaaaaaaakk...

Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan nya, membuat sisi bibir pemuda itu mengeluarkan darah dari memar akibat pukulan dari ayah nya.

Philip hanya terdiam, karena hal ini sudah berulang kali terjadi, bukan hal baru lagi mendapat sebuah pukulan bagi pemuda tampan berusia 20 tahun itu.

"Perbaiki sikap mu, jika kamu masih ingin menikmati uang ku." Ucap sang ayah dengan mata yang di penuhi kilatan amarah. Kemudian pria paruh baya itu pun bergegas melangkah dengan di ikuti Mira yang membawakan sebuah koper besar keluar dari rumah mewah tersebut.

Sepeninggal nya sang ayah, Philip pun melangkah memasuki lift untuk menuju kamar nya di lantai atas. Tangan kekar nya mengepal keras sembari menggertakan gigi menahan amarah.

-----------------------

Di sebuah kamar sempit, yang terletak di bagian belakang mansion mewah itu, terlihat seorang gadis muda berwajah cantik dengan perawakan nya yang langsing tengah tertidur pulas. Mira yang baru saja mengantar tuan nya ke halaman untuk kembali berbisnis pun segera menghampiri gadis yang saat ini tengah tidur di atas ranjang milik nya.

"Bella, bangun sayang, bisakah kamu membantu bibik ?" Mira pun membangunkan gadis itu karena membutuhkan bantuan nya.

"Iya bik," Gadis bernama Bella itu pun terbangun sembari mengusap wajah nya.

"Bibik ada tugas buat kamu, soal nya bibik sekarang mau istirahat, besok pagi-pagi sekali bibik harus segera pulang ke kampung, kamu tahu sendiri kan mbk yu mu tidak ada yang nemenin." ujar Mira.

"Iya bik, apa yang harus Bella lakukan ?" Tanya nya.

"Tadi bibik lihat tuan muda terluka, kamu rebuslah air dan tolong kompres luka tuan muda ya, sekalian olesi salep juga, salep nya ada di lemari ruang tengah, di dalam kotak p3k." kata Mira menjelaskan.

"Baiklah bik. Kalau boleh tahu tuan muda nya ada di ruang mana ya ?" tanya Bella lagi.

"Di lantai tiga, kamu ke sananya naik tangga saja ya, soal nya lift hanya untuk pribadi." Mira pun menjelaskan dengan begitu detail.

"Baiklah, kalau begitu Bella pergi dulu, bibik istirahatlah, besok harus penuh tenaga buat gendong dedek bayi." ucap Bella yang kemudian ia pun melangkah keluar dari kamar pembantu.

Seperti yang telah di jelaskan oleh Mira, Bella pun merebus air dan membawa kotak p3k menuju lantai tiga, tepat nya kamar tuan muda.

Tangga demi tangga kini telah ia lewati, kini Bella sudah terbiasa dengan hal itu, ia sama sekali tak merasa lelah, karena pekerjaan nya sehari-hari selama di kampung halaman adalah menaiki gunung.

To be continued...

avataravatar
Next chapter