3 Tuan muda.

Tangga demi tangga kini telah ia lewati, kini Bella sudah terbiasa dengan hal itu, ia sama sekali tak merasa lelah, karena pekerjaan nya sehari-hari selama di kampung halaman adalah menaiki gunung untuk membantu keluarga nya bercocok tanam.

Bella adalah seorang gadis yatim piatu yang di asuh oleh keluarga Mira selama ini, karena itu Bella sangat menyayangi Mira sehingga ia mau menggantikan pekerjaan Mira untuk menjadi seorang asisten rumah tangga di tempat Mira bekerja.

Sesampai nya di lantai tiga, gadis itu menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan kamar tuan muda yang di maksud oleh Mira tadi. Sampai pada akhir nya mata sayu Bella melihat sebuah pintu kamar yang terbuka lebar, dan ia yakin itu adalah kamar yang di maksud Mira, karena di lantai tiga tersebut tidak ada kamar lain lagi.

Bella pun melangkah mendekati kamar tersebut, dan ia mengetuk daun pintu yang memang sudah terbuka, sembari mengucapkan permisi dengan sopan.

Tok tok tok...

"Permisi," ucap Bella sopan. Namun, tak ada siapa pun yang ia lihat di dalam kamar tersebut, ia hanya mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, menandakan seseorang sedang berada di dalam sana.

Bella pun memilih untuk menunggu di tempat ia berdiri saat ini, yaitu di ambang pintu sembari memegang baskom berisi air yang ia rebus tadi dan kotak p3k.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sosok pemuda tampan hanya mengenakan sebuah handuk putih yang melilit dari perut hingga lutut nya.

Bella yang melihat pemandangan itu pun segera membalikkan tubuh nya, ia sangat terkejut, karena ia kira tuan muda yang di maksud bibik nya itu masih kanak-kanak. Dalam pikiran Bella tak ada sedikit pun terbersit bahwa yang akan ia rawat adalah seorang pemuda tampan dan gagah seperti yang ia hadapi saat ini.

"Maaf, saya akan kembali lagi nanti." ucap Bella yang hendak melangkahkan kaki nya untuk pergi dari sana.

"Tunggu," Suara besar dan berat itu menghentikan langkah Bella.

"Siapa kamu ? Kenapa ke kamar ku larut malam begini ?" tanya Philip yang kini hanya bisa melihat punggung gadis itu.

"A_nu, itu, saya keponakan pembantu rumah ini, saya yang akan menggantikan tugas bibik saya." jawab Bella gugup.

"Masuklah." perintah Philip.

"Sekarang ?" kata Bella yang kini masih takut untuk membalikkan tubuh nya.

"Aku sudah memakai baju, jangan khawatir, masuk saja. Kamu kemari di utus bibik mu untuk mengobati ku bukan ?" ujar Philip.

"Benar tuan muda."

"Kenapa masih diam, sini masuk." panggil Philip lagi saat melihat gadis itu masih terdiam di tempat nya.

"Ba_baik tuan muda." ucap Bella yang kemudian membalikkan tubuh nya perlahan menghadap pada seorang pemuda yang telah menunggu untuk di obati.

Bella melangkah mendekati tuan muda nya dengan wajah tertunduk, ia merasa sangat gugup dan takut jika sampai ada yang salah dalam pekerjaan yang ia lakukan.

"Kenapa kamu menundukkan wajah mu ? Yang perlu kau obati wajah ku bukan kaki ku." ujar Philip lagi, yang kini masih tak dapat melihat jelas wajah pelayan baru nya.

"Baik tuan muda." Bella pun mengangkat wajah nya melihat ke arah Philip yang saat itu duduk di sofa.

Tanpa sadar, kini Philip terpesona dengan kecantikan Bella yang begitu alami tanpa polesan make up sedikit pun di wajah nya. Bella yang hanya mengenakan baju lusuh, sandal jepit dan rambut panjang nya yang di ikat secara asal khas gadis desa pada umum nya. Namun, penampilan itu tak dapat menyembunyikan kecantikan paras Bella yang memang sudah sempurna dari sejak ia di lahirkan.

"Duduk lah di sini, kamu bisa memulai nya." kata Philip mempersilah kan Bella untuk merawat luka di wajah nya.

"Baik tuan muda, sebelum nya saya minta maaf karena telah lancang." ucap Bella yang kemudian ia pun mulai mengangkat tangan mungil nya untuk mengobati luka memar di ujung bibir Philip yang indah.

Philip terus mengamati wajah Bella yang saat ini berada dekat dengan wajah nya, terlukis sebuah senyum tipis dari bibir nya, tangan kekar nya juga tanpa sadar menyentuh tangan mungil gadis yang saat itu sedang mengoleskan salep di ujung bibir Philip yang terluka.

Bella yang menyadari hal itu pun secara refleks menarik tangan nya, dan mengambil jarak lebih jauh dari sang tuan.

"Sudah selesai, saya pamit dulu." pamit Bella seketika, ia pun kemudian melangkah keluar dari kamar tersebut dengan perasaan kacau dan sedikit jengkel.

"Sangat menarik." ucap Philip sembari menyentuh sisi bibir nya yang baru saja di rawat oleh Bella.

--------------------------

Keesokan hari nya, pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00, kini Bella mengantar sang bibik ke halaman rumah mewah itu. Mira yang akan pergi ke kampung halaman, dan Bella yang akan menggantikan semua pekerjaan di rumah itu pun sudah mendapat beberapa pelajaran dari Mira.

"Bella, ingat semua yang bibik bilang tadi ya, berhati-hatilah dalam semua hal yang kamu lakukan di rumah ini, karena tuan muda orang nya sangat sensitiv, dan jika kamu tidak sengaja melakukan kesalahan segera minta maaf, inti nya jangan sampai membuat dia marah." ujar Mira berpesan pada keponakan nya itu.

"Iya bik, Bella akan mengingat semua yang bibik katakan. Bibik hati-hati ya di jalan."

"Iya sayang, kalau begitu bibik pergi dulu ya, oh iya ini surat berikan pada tuan muda, setelah dia bangun nanti." pamit Mira sembari menitipkan sepucuk surat pada Philip yang sudah ia anggap seperti putra nya sendiri.

"Baik bik, bibik jangan lama-lama ya di kampung." ujar Bella yang kini sebenar nya merasa kurang nyaman tinggal di rumah sebesar itu, apalagi hanya berdua dengan tuan muda yang terlihat seperti orang nakal. Namun, karena bibik nya yang meminta, ia pun terpaksa menerima pekerjaan itu.

"Kamu yang sabar ya nak, kamu takut sama tuan muda ya ?" kata Mira yang menebak dengan benar.

"Benar bik, Bella seperti nya tidak bisa tahan jika tuan muda terus bertingkah seperti semalam." ujar Bella jujur.

"Memang nya dia semalam ngapain kamu ?" tanya Mira khawatir.

"Tidak ngapa-ngapain sih bik, dia cuma megang tangan Bella saat bela ngobatin luka dia."

"Lah iya kah ? Dia tidak biasa nya seperti itu, selama ini dia terkenal dingin apalagi sama yang nama nya wanita." ujar Mira yang memang benar ada nya.

"Benarkah bik ? Ah mungkin dia tidak sengaja menyentuh tangan ku, dan mungkin aku nya saja yang terlalu berpikir negatif." kata Bella menepis pikiran jelek yang selalu mengganggu dari semalam.

To be continued...

avataravatar
Next chapter