webnovel

Bab 17- ADA APA DENGAN KARENINA?

ADA APA DENGAN KARENINA?

"Barra sudah menunggu lama ya?" tanya Elvan.

"Huh? Eh Papah, kenapa?" jawab Barra gelagapan.

"Kamu ini fokus sedikit!" bisik Elvan yang sudah berada disamping Barra.

Setelah Barra mencoba kembali fokus, mereka mulai mewawancara Rachel. Proses interview ini berjalan kurang lebih 30 menit.

"Rachel sudah pasti diterima, karena papah dapat info jika dia salah satu karyawati yang kinerjanya bagus." ujar Elvan.

"Papah harap Rachel bisa membantumu di kantor, kamu juga harus membantu Rachel mengarahkan jika nanti ada yang Rachel tidak paham." tambahnya.

Barra hanya mengangguk, ia setuju-setuju saja. Jika dilihat dari pandangannya, Rachel cukup bisa diandalkan.

"Saya rasa cukup ya, saya mau kamu bekerja esok hari. Menemui saya dulu di ruangan ini, nanti baru saya jelaskan tugas kamu apa saja." sahut Barra.

Rachel yang sedari tadi memperhatikan pun mengangguk, ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Lalu ia pamit meninggalkan ruangan.

"Gimana pilihan papah? Oke bukan?" tanya Elvan kepada Barra yang menatapnya lekat.

Barra hanya berdehem, "hm."

"Ya sudah papah balik ke rumah dulu, jaga kantor baik-baik." balas Elvan.

Barra mengangguk, dan memandangi Elvan keluar dari ruangannya. Lantas ia segera mencoba menghubungi Karenina yang masih menjadi bahan pikiran diotaknya.

Barra mencoba menelepon Karenina, tanpa menunggu waktu yang lama, panggilan masuk dari Barra pun diterima.

"Halo bang," sahut Karenina.

"Apa yang lo sembunyiin dari gua?!" balas Barra to the point.

"A-apa maksudnya sih bang?"

"Lo pulang kapan?" sahut Barra.

"Lusa pulang, abang mau jemput Rere?"

"Ya gua mau jemput lo, kita bicara 4 mata dulu sebelum pulang ke rumah. Kabari gua aja." ucap Barra tegas.

"Iya banggggg, bye." jawab Karenina.

Dilain tempat, Dara sedang mengepel lantai tepat di depan receptionist. Ia mengepel dari kanan ke kiri. Tetapi sayangnya Dara terlalu fokus, hingga tak sengaja menabrak Elvan yang sedang berjalan tergesa-gesa di belakangnya.

"Aduh! Argh!" jerit Elvan.

Sontak Dara membalikkan badannya, ia pun menganga dan meminta maaf berulang kali.

"Tolong ya Mba, kalo kerja yang benar! Kalo ngepel lantai itu juga sama lihat ada orang apa tidak, kamu pasangi juga tanda bahwa lantainya licin. Siapa sih yang merekomendasikan kamu kerja di perusahaan saya?!" ketus Elvan.

"Maaf Pak, saya tidak sengaja. Maaf saya terlalu fokus, b-biar saya bersihkan jas Bapak." jawab Dara gemetar.

"Siapa yang minta kamu kerja di perusahaan saya?!" tanya Elvan sekali lagi.

"P-pak Barra, Pak."

Elvan tepuk jidat, dan menggelengkan kepala sembari menyebut nama Barra berulang kali. Ia membuang nafas kasar, dan menatap tajam Dara yang masih menunduk di depannya.

"Lain kali hati-hati, saya permisi." ucap Elvan yang melewati Dara begitu saja.

Dara yang masih tertunduk dan memejamkan mata segera mengangkat kepalanya, dan membalikkan badan melihat kepergian Elvan. Lalu ia segera berlari menuju receptionist.

"Mba dia siapa sih? Kok galak ya seperti pak Barra." tanya Dara penasaran kepada staff receptionist.

"Ya ampun Dara! Itu pak Elvan, pemilik Aristides Group. Dia ayah dari pak Barra. Jelas dia galak, tapi pak Barra lebih galak." jawab staff receptionist.

"Hah?!" balas Dara berteriak serta menganga.

Karena ia merasa dirinya memalukan, Dara segera memundurkan langkahnya. Menjauh dari ruang receptionist, dan diam-diam tangannya mengambil alat pel. Lalu kabur berlari menuju ruangan cleaning service.

Dara berlari terbirit-birit sampai air sabun yang berada dalam ember nyaris tumpah. Teman-teman 1 devisinya pun keheranan, mengapa Dara ngos-ngosan dan wajahnya berkeringat.

"Kenapa sih lo Ra? Habis lihat apa? Dimarahi pak Barra?" tanya salah satu rekan kerjanya.

Dara yang masih syok, tidak bisa menjawab. Ia masih belajar mengatur nafas dan meminum banyak air putih, bibirnya pucat pasi. Lalu Dara geleng-geleng kepala, dan mencoba menenangkan diri dengan duduk bersender.

"Gini, tadi gua dimarahi pak Elvan tolong dong gua takut dipecat." ucap Dara yang tiba-tiba menangis histeris.

"Eh Ra, jangan nangis dong Ra udah-udah. Kamu buat kesalahan apa Ra?" jawab rekan kerja Dara.

"G-gua tadi lagi mengepel lantai, karena gua fokus banget nih sama pekerjaan gua, gua ga sadar di belakang ada pak Elvan. Ketabrak deh, gua dimarahi habis-habisan. Tapi habis itu dia pergi." balas Dara sesegukan sembari membuang air matanya yang menetes.

"Ya Tuhan Daraaa! Gua harap lo ga dapat surat peringatan sampai 3 kali, gua takut lo dipecat Ra, gua tau banget lo lagi berjuang. Sabar Ra, lain kali lo harus hati-hati." ujar rekan kerjanya sambil memeluk Dara.

Tak selang lama Abrial datang ke ruang cleaning service, yang dimana ruang kerja Dara digabung dengan dapur. Abrial datang sebenarnya ingin membuat kopi, tapi ada tujuan lain yang membawanya ke dapur.

Abrial melihat Dara masih menangis histeris, ia masih berdiri di depan pintu dan menghela nafasnya. Lalu memanggil pelan Dara.

"Ra..." ucap Abrial.

Dara dan rekan kerjanya segera menoleh ke arah belakang. Mereka sama-sama terkejut melihat kehadiran pak Direktur.

"Eh Pak Abrial," sapa rekan kerja Dara.

"Kamu bisa tolong keluar? Saya mau bicara 4 mata dengan Dara, tolong jangan ada yang boleh masuk dulu ya. Saya akan kunci pintunya." perintah Abrial.

"Baik Pak, Ra gua tinggal dulu ya."

Rekan kerja Dara pun menuruti apa kata Abrial, ia memberitahu siapa saja yang ingin mengunjungi dapur dilarang dalam beberapa waktu. Setelah rekan kerja Dara keluar, baru lah Abrial masuk ia duduk di depan Dara.

"Ra," panggil Abrial sekali lagi.

Dara tak berani menatap Abrial, ia merasa telah mengecewakan banyak pihak. Jika melihat Abrial, ia selalu merasa sakit hati akan perlakuan ibunya yang berkata sangat pedas kepada Dara. Justru dengan Abrial berada di dekatnya saat ini membuat dirinya makin menangis.

"Eh Ra, kok lo jadi makin nangis sih?" tanya Abrial panik.

"Gua disini mau jemput lo, lo dipanggil Barra ke ruangannya." tambah Abrial.

Karena Dara tidak memberi respon, ia hanya terus menangis sampai terisak-isak, lantas Abrial menarik tubuh Dara ke dalam pelukannya. Ia biarkan gadis malang ini merasa tenang dan lega.

"M-maaf ya Abrial, gua selalu buat sial entah di rumah lo dengan keluarga lo ataupun di kantor. Pasti lo dapat cap buruk kan karena lo rekomendasikan gua ke pak Barra?" ucap Dara tersedu-sedu.

"Hah lo ngomong apa sih Ra? Wah lo parah sih. Gua sama sekali ga anggap lo gitu, kita manusia Ra pasti pernah buat salah, kejadian hari ini jadi pembelajaran aja buat lo. Tapi lo jangan terus menerus jatuh, bagi gua kesalahan lo wajar kok namanya juga masih belajar." jawab Abrial.

"Sudah ayok kita ke ruangan Barra, gua ada terus di samping lo, lo jangan takut." tambahnya.