webnovel

Bab 16- SEKRETARIS BARU

SEKRETARIS BARU

*Josephine Rachel Olivia*

Gadis yang masih setia dengan status melajangnya, kini ia benar-benar merasa bahagia. Karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan besar. Rachel sedang bersiap-siap, ia mulai menyatok rambutnya dan mengoleskan lipstik dibibirnya.

"Sudah beres," ucap Rachel monolog.

Rachel yang memang tinggal terpisah dengan orang tuanya, dan memilih merantau pun hanya tinggal di sebuah kost kecil. Yang lokasi rumahnya harus memasuki gang kecil dan sempit, jika diibaratkan hanya cukup 1 motor saja yang bisa masuk.

Tetangga kost yang memang sudah dekat dengan Rachel turut gembira, ketika Rachel memulai pekerjaan ditempat baru. Mereka dengan senang hati memberikan semangat serta doa, agar hari pertama ia bekerja berjalan dengan lancar.

Rachel memilih pergi menuju kantor dengan ojek online, mengingat ia tidak punya kendaraan pribadi. Selama ia bekerja di perusahaan yang jauh lebih kecil, penghasilannya selalu pas-pasan untuk biaya hidup.

Baru saja pertama menginjakkan halaman depan kantor, Rachel dibuat kagum karena ini lebih dari ekspetasi perusahaan besar yang ia bayangkan. Benar-benar megah, ia sendiri tidak menyangka kemampuannya bisa sepadan dengan pegawai disini.

Tanpa babibu, Rachel berjalan menuju receptionist dan meminta bertemu Elvan selaku pemilik perusahaan. Tentu saja receptionist menghubungi Barra terlebih dulu, karena semua urusan sudah jatuh ditangannya. Selaku CEO baru, pewaris tahta pertama ayahnya.

"Permisi, saya Rachel ingin bertemu dengan pak Elvan apakah bisa?" tanya Rachel kepada staff receptionist.

"Apa sebelumnya sudah ada janji?" jawab staff balik bertanya.

"Kebetulan saya ditugaskan menjadi sekretaris barunya pak Barra anak pak Elvan."

Seketika staff receptionist yang memang sedang berjaga 2 orang saling menatap satu sama lain, lalu salah satu dari mereka segera menelepon Barra.

"Baik, saya hubungi dulu ya Mba. Harap tunggu sebentar." balas staff receptionist.

"Mba, ditunggu di lantai 3 ya. Bertemu dengan pak Barra." tambahnya.

Rachel yang masih setia menunggu, ia mengucapkan terima kasih dan segera menuju lift ke lantai 3. Untungnya hanya ia seorang di dalam lift, serangan gemetar dan gugup pun mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Secara Rachel khawatir 'kan pak Barra, yang ada dipikirannya pria berusia dewasa dan berumur yang jauh lebih tua darinya. Dan ia juga mendengar rumor bahwa Barra adalah CEO tergalak yang pernah ada.

*Flashback on*

Setelah selesai makan malam, Dara beserta Abian dan Abrial juga Alvan memilih untuk pulang karena hari sudah larut. Dalam perjalanan Alvan tertidur dipangkuan Dara. Sedangkan Abrial duduk di depan bersampingan dengan Abian yang menyetir.

Abian mengemudi dengan kecepatan cepat, yang dimana membuat Dara trauma akan perilaku Barra yang pernah memarahinya. Karena ia takut dengan kecepatan mengemudi. Dara hanya bisa diam dan memejamkan mata, sembari ia peluk erat-erat Alvan didekapannya.

Tak lama kemudian mereka sampai, ketika memasuki rumah, Alvan diambil alih oleh Abian. Ia menggendongnya dan merencanakan akan menidurkan anak semata wayangnya ini di kamar. Abrial yang masih bersama Dara diluar segera menuju ruang tamu, Dara diminta untuk menunggu.

Abrial pergi meninggalkan Dara untuk memanggil orang tuanya, mereka akan membahas ide Abian yang akan menjadikan Dara babysitternya Alvan. Tak menunggu lama semua sudah berkumpul, Abian mulai membuka suara.

"Mah, Pah, tadi sudah kita bicarakan berdua sewaktu kita pergi. Abian sudah mengambil keputusan kalo Dara akan jadi babysitternya Alvan, dan dia tinggal di rumah Abian. Jadi Dara ga buat Mamah atau Papah kesal lagi. Menurut Abian juga Dar-" ucapan Abian terpotong.

Ceysa yang sudah menaruh cap buruk kepada Dara pun, enggan mendengar jika ada orang yang memuji gadis kampung itu.

"Stop, ga perlu diperpanjang Bian. Kamu ga perlu memujinya berlebihan, dia emang buat sial dan menyusahkan. Mamah ga setuju, Alvan kebawa sial lagi!" jawab Ceysa ketus.

Dara hanya terdiam dan menunduk, sedangkan Abian dan Abrial hanya bisa menghela nafas. Tetapi Adnan, justru belum mengetahui apapun tentang Dara.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Papah sama sekali ga tau, pembawa sial bagaimana maksudnya?" sahut Adnan kebingungan.

Ceysa pun segera menjelaskan panjang kali lebar dengan emosi yang menggebu-gebu. Lalu disusul oleh Abrial yang menjelaskan kejadian aslinya. Dari situ Adnan paham, dan angkat bicara.

"Menurut papah Dara anak baik, kejadian lalu itu pembelajaran buat Dara agar tidak mudah percaya pada situs lowongan pekerjaan. Dan ga ada sama sekali pembawa sialnya. Abrial sudah jelaskan, Barra pun tidak memecat Abrial, mereka sudah berteman lama. Barra memaafkan Abrial, dan tidak memperpanjang masalah. Tapi Mamah yang mengungkitnya terus, Barra justru menawari Dara pekerjaan." ujar Adnan.

"Tapi tetap saja, jika waktu itu Barra memecat Abrial bagaimana? Masa depannya hancur gara-gara gadis ini." ujar Ceysa.

"Kemungkinan kecil, karena selama ini Abrial berperan besar di perusahaan Barra tidak mungkin Barra asal pecat. Sudah lah Mah, mau sampai kapan dendam dengan orang yang tidak bersalah. Dia kasihan loh masih muda, sedang berjuang di kota besar seperti ini. Papah angkat tangan jika Mamah masih seperti ini, yang jelas papah setuju Dara menjadi babysitternya Alvan." balas Adnan sembari meninggalkan ruang tamu.

Mereka yang tersisa hanya diam jika Adnan sudah kesal dengan Ceysa yang susah diberi nasihat. Kejadian seperti ini memang sering terjadi, Ceysa adalah wanita yang keras kepala. Abian, Abrial, Dara dan Ceysa saling diam. Tidak ada yang bersuara satu pun setelah Adnan pergi. Sampai akhirnya 10 menit kemudian, Ceysa kembali membuka suara.

"Dara kamu benar bisa menjaga cucu saya dengan baik?" tanya Ceysa.

Dara yang sedari tadi menunduk, menahan agar tidak menangis segera ia angkat kepalanya dan mulai menatap Ceysa dengan tatapan sendu. Rasa-rasanya Dara ingin kabur tidak berurusan lagi dengan keluarga ini.

"Bisa Tante," jawab Dara singkat.

Ceysa pun mengangguk, lalu ia mengiyakan permintaan Abian dan mengizinkan Dara menjadi babysitter.

"Ya sudah saya setuju, tapi kamu cepat pergi ya dari rumah ini. Tinggal lah bersama Abian."

Setelah mengucap kalimat itu, Ceysa pun segera pergi menyusul Adnan yang sedang merajuk. Seketika Dara tersenyum tetapi hatinya sangat perih mendengar ucapan Ceysa terakhir. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Kini hanya tersisa Abian dan Abrial.

*Flashback off*

*Barra*

Di depannya sekarang sudah ada wanita cantik yang akan menjadi sekretaris barunya. Tetapi masih belum ada percakapan apapun setelah Barra mengucapkan, jika harus menunggu Elvan datang terlebih dulu sebelum berbincang lebih lanjut.

Ditengah-tengah menunggu Elvan datang, Barra hanya terdiam dan melamun menatap layar laptopnya. Ia masih terbayang apa yang sedang dilakukan Karenina, adiknya semalam. Sampai akhirnya suara Elvan membuyarkan lamunan Barra, matanya spontan melotot melihat kehadiran ayahnya.