webnovel

Antara Persahabatan dan Cinta

"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Daniel. Dia menatap serius wajah Ardo.

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa tiba-tiba kamu merekrut sekretaris baru? Apa satu aja gak cukup?" tanya Ardo.

Daniel tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ardo. Dia memalingkan wajahnya menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin sahabatnya ketahui.

"Kenapa kamu gak mendiskusikannya dulu denganku? Ingat kita mendirikan perusahaan ini bersama, walaupun jabatan kamu paling tinggi di sini," kata Ardo.

"Lantas, apa aku harus memecatnya? Apa itu maumu?" tanya Daniel. Situasi mendadak menjadi tegang antara dua CEO.

"Apa kamu menyukai wanita itu?" tanya Ardo. Dia menelusuri raut wajah Daniel untuk menemukan jawaban darinya.

"Jangan ngaco! Mana mungkin aku menyukai wanita seperti dia," jawab Daniel sekenanya.

"Syukurlah, karena kurasa aku menyukainya," ucap Ardo.

Daniel terkejut mendengar pernyataan dari Ardo. Sebuah perasaan aneh menggelayutinya. Dia merasa marah dengan apa yang ia dengar barusan.

"Apa kamu mengenalnya?" tanya Daniel penasaran.

"Gak juga, aku cuma gak sengaja ketemu sama dia tadi pagi. Dan kurasa aku tertarik padanya," jawab Ardo.

"Oh, yah silakan aja," ucap Daniel. Dia kini berjalan menuju kaca jendela ruangannya. Menatap kosong birunya langit di depan matanya.

"Kamu masih ingat kan janji kita buat gak menyukai wanita yang sama? Aku harap kamu gak melupakannya," kata Ardo.

"Tentu aja aku ingat," gumam Daniel.

"Oh iya, apa kamu udah dengar kabar terbaru dari Rachel? Dia bilang akan kembali ke Indonesia besok," kata Ardo tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Matanya kini menatap Daniel untuk melihat reaksi dari sahabatnya itu. Sedangkan Daniel masih bergeming. Tiba-tiba kenangan masa lalu muncul lagi di pikiran Daniel. Kejadian beberapa tahun silam.

Waktu itu..

"Aku akan ikut orang tuaku tinggal di Belanda," kata Rachel sembari mengemas barang-barang miliknya yang ada di ruangan kerjanya.

"Kalian jaga perusahaan dengan baik ya, jangan berantem terus," tambah Rachel yang saat itu hampir selesai berkemas.

Sedangkan dua lelaki itu tampak diam di depannya. Daniel dan Ardo menatap kepergian Rachel tanpa sepatah katapun.

Sebenarnya perusahaan Daniel saat ini didirikan oleh mereka bertiga. Daniel, Ardo, dan Rachel. Mereka berteman dan tumbuh bersama saat kecil, karena orang tua mereka adalah teman dekat.

Hingga mereka mendirikan perusahaan itu bersama. Karena perusahaan itu dibangun di tanah milik keluarga Daniel maka Daniel lah yang memiliki kuasa paling tinggi di antara mereka.

Hubungan mereka berjalan dengan baik sampai saat Rachel tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Daniel. Rachel tidak lagi menganggap Daniel sebagai sahabatnya tapi sebagai seorang pria yang dia suka.

Daniel teringat dengan Ardo yang saat itu mengatakan padanya bahwa ia menyimpan perasaan untuk Rachel. Berkali-kali Daniel mengatakan bahwa ia harus mengungkapkannya pada Rachel sebelum terlambat.

Tapi Ardo lebih memilih untuk diam karena tidak ingin merusak persahabatan mereka. Tapi kini tiba-tiba Rachel mengungkapkan perasaannya pada Daniel?

Hal itu tidak bisa diterima oleh Ardo. Dia merasa seperti terkhianati. Dia merasa bodoh, karena setiap waktunya dia habiskan untuk menceritakan perasaannya terhadap Rachel pada Daniel.

Tapi ternyata selama ini yang disukai Rachel adalah Daniel. Ardo melayangkan bogemnya pada wajah Daniel membuat Rachel memekik.

Daniel menerima setiap pukulan emosi dari Ardo. Dia juga tidak menyangka jika Rachel akan mengatakan hal itu padanya. Sebelumnya Daniel juga memiliki sedikit perasaan untuk Rachel. Tapi sebelum hal itu terbongkar Ardo lebih dulu mengatakan padanya kalau dia menyukai Rachel.

Tentu saja Daniel lebih memilih untuk menjaga persahabatan mereka. Dengan perlahan dia menghilangkan perasaannya terhadap Rachel demi Ardo.

Tapi semua sia-sia saat ternyata Rachel lebih memilih dirinya dibanding Ardo. Daniel mengira selama ini Rachel juga menyukai Ardo. Karena itulah Rachel memilih untuk pergi demi menjaga persahabatan di antara mereka dan menghilangkan perasaannya pada Daniel.

Tidak lama setelah itu Rachel terlihat memiliki kekasih seorang bule di sana. Terlihat dari postingan sosial media miliknya. Hubungan Daniel dan Ardo pun membaik, setelah Daniel menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Fellice.

Kini mereka sudah melupakan masa lalu kelam persahabatan mereka. Tapi kenapa tiba-tiba Rachel mengatakan pada Ardo kalau dia akan kembali?

***

"Apa kamu senang?" tanya Ardo. Dia menelusuri raut wajah Daniel, mencoba menemukan pembenaran atas pertanyaannya.

"Bukankah seharusnya kamu yang senang?" Daniel balik bertanya pada Ardo.

Ardo bangkit dari kursinya dan berdiri di sebelah Daniel. Dia tersenyum pada sahabatnya itu.

"Bukankah aku udah bilang kalau sekarang aku menyukai sekretaris barumu? Aku udah lama melupakan perasaanku pada Rachel," terang Ardo.

"Sekarang giliranmu untuk mencobanya dengan Rachel. Aku akan mendukungmu bro," kata Ardo sembari meninju pelan punggung Daniel.

"Aku harap kamu bisa secepatnya menemukan pengganti Fellice. Aku yakin orang itu adalah Rachel," ucap Ardo.

Setelah mengatakan hal itu Ardo keluar dari ruangan Daniel. Meninggalkan Daniel yang masih terpaku disana.

Ardo mendapati Marisa sedang sibuk mengerjakan sesuatu saat dia keluar dari ruangan Daniel. Dengan perlahan dia mendekati Maris dan duduk di kursi milik Selly yang sedang kosong.

Saking seriusnya Maris tidak menyadari kehadiran Ardo di sebelahnya. Ardo menyangga kepalanya dengan tangannya yang tertumpu pada meja. Memandang wajah wanita itu dari samping entah kenapa tidak membuatnya bosan. Sampai akhirnya yang punya wajah menyadarinya.

"Oh! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Maris terkejut setelah melihat kehadiran Ardo di sampingnya.

"Aku sedang memandangimu," jawab Ardo enteng dengan tidak memalingkan matanya dari wajah Marisa.

"Oh jadi kamu itu ternyata orangnya suka gombal. Pasti udah banyak wanita yang kamu gombali," ucap Marisa. Dia berusaha menyembunyikan rasa girangnya.

"Jangan menyimpulkan hal yang belum tentu benar," protes Ardo.

"Apa kamu gak kerja? Sepertinya kamu terlihat selalu bebas, bahkan keluar masuk ruangan Pak Daniel," tanya Marisa penasaran.

Ardo membenarkan posisi duduknya. Dia tampak memikirkan jawaban untuk pertanyaan Marisa.

"Ehm emang pekerjaanku tugasnya mondar-mandir kemana-mana," jawab Ardo. Hanya itu jawaban yang dia pikirkan. Dia belum bisa mengatakan yang sebenarnya pada Marisa. Karena Ardo berpikir mungkin Marisa akan menjauh darinya jika tahu jabatannya di perusahaan.

"Apa kamu... driver pribadi Pak Daniel??" tanya Marisa dengan yakin.

Sedangkan Ardo yang mendengarnya tidak bisa menyembunyikan tawanya. Tawanya pecah saat itu juga. Bagaimana bisa Marisa berpikir kalau dirinya adalah seorang driver?

Ardo merasa menyenangkan menggoda Marisa. Bahkan Ardo berpikir wajah Marisa sangat imut.

"Oh benar juga, kita belum tahu nama satu sama lain. Perkenalkan namaku Ardo," ucap Ardo. Dia mengusap telapak tangan pada jas nya sebelum mengulurkan tangannya.

"Marisa," ucapnya sambil menjabat tangan Ardo.

"Nama yang cantik seperti orangnya," timpal Ardo.

"Udahlah jangan terlalu mudah mengobral gombalan pada banyak wanita," kata Marisa.

"Aku gak mengobral, aku hanya mengatakanya padamu," lanjut Ardo.

"Udahlah sana jangan ganggu pekerjaanku," kata Marisa lalu mendorong pelan tubuh Ardo.

Meskipun terkesan norak, entah kenapa Marisa menyukai setiap gombalan yang keluar dari mulut Ardo.

Sementara itu Daniel mengintip mereka dari jendela ruangannya. Tiba-tiba dia merasa kesal lalu menendang sofa yang ada di sebelahnya.

"Auch!" Daniel mencicit kesakitan setelah menendang benda tak bersalah tersebut. Dia berjalan kembali ke kursinya lalu memencet tombol remote untuk menutup tirai jendela. Dia merasa benar-benar kesal dengan apa yang dia lihat.